Zea merasakan sesuatu yang keluar dari hidungnya. Ia pun segera mengeceknya.

"Zea i-idung lo berdarah!" Heboh salah satu siswi.

Zea mengangkat dan memperhatikan jarinya yang memerah karena darah. Kemudian ia kembali menatap beberapa siswa-siswi dihadapannya itu.

"I-ini.."

Brukk.

"ZEAA!"

Melihat Zea yang kehilangan kesadaran, Rafael pun sontak berlari melewati kerumunan tersebut.

"Zea bangun!" Rafael mencoba menepuk pipi Zea untuk menyadarkannya.

Tak melihat reaksi apapun, Rafael langsung mengangkat tubuh mungil Zea dan membawanya kearah uks sekolah.

....

Rafael membaringkan tubuh Zea pada  brankar uks dengan perlahan lalu memperbaiki posisinya.

Senyum Rafael terbit saat ia menatap dari dekat wajah gadis yang sedang tertidur damai itu.

Cukup lama ia memandang Zea. Sampai..

"K-kak?"

Rafael sontak terkejut kemudian dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah lain.

Sial.

"Lo udah bangun?" Tanya Rafael basa-basi.

Zea hanya membalas ucapannya dengan mengangguk.

"Kakak nga--"

"Zea!"

Pandangan mereka berdua kini beralih pada ketiga sahabat Zea yang datang bersama dengan teman-teman Rafael. Termasuk twins G.

"Zea lo gapapa? Katanya tadi lo kecentol bola terus idung lo berdarah? Sakit gak? Zea ad--"

Plak.

"Awshh! Sakit anjing!"

Reina mengusap-usap pelan keningnya yang baru saja terkena centilan maut dari Vania.

"Lo sih, ngapain nanyain orang kek lagi dikejar setan" timpal Vania.

"Ya namanya khawatir"

"Zea, kepala kamu masih sakit gak?"

Zea menatap kearah twins G yang menghampirinya dengan wajah khawatir.

Zea tersenyum.
"Udah enggak kok bang"

"Beneran?" Tanya Gibrant memastikan.

Zea mengangguk mantap.

"Kalo gitu gue pergi dulu" pamit Rafael.

Rafael tersenyum tipis pada Zea. Ia kemudian melangkahkan kakinya perlahan berniat untuk keluar.

"Tunggu kak"

Semua pandangan kini tertuju pada Zea yang tengah duduk di atas brnakar.

Rafael mengangkat salah satu alisnya, seolah mengatakan "kenapa?"

"Makasih ya kak udah ngantar Zea kesini" ucap Zea tulus dengan senyum manisnya.

Salah tingkah. Itulah yang sekarang Rafael rasakan. Ia benar-benar salting dengan dengan perkataan Zea baru saja, tetapi ia menutupinya dengan wajah datarnya.

Rafael mengangguk.
"Hmm"

"Ekhemm! Kalo salting ya salting aja kali, gak usah sok cool gitu" ucap Aksa menyindir.

"Keterlaluan banget lo Sa, kalo ngomong suka bener" timpal Garry.

Mereka semua pun tertawa.

Eh maksudnya semua kecuali Rafael:|

"Terserah" ucap Rafael singkat.

Iapun segera melangkahkan kakinya menjauh dari uks.

"Aelah si bos mah kalo malu keliatan banget HAHAHA!"

Rafael masih bisa mendengar perkataan sindiran dari teman-temannya itu. Awas aja.

Rafael kini berjalan di koridor sekolah. Namun ia bingung melihat wajah para siswa-siswi yang tersenyum aneh padanya.

Ia makin bingung saat tidak sengaja mendengar bisik-bisik dari para siswi-siswi.

"Eh, tadi kak Rafael keren banget anjir waktu ngangkat Zea ke uks"

"Ia gue juga liat, beruntung banget jadi Zea"

"Iya kann? Mereka itu kayaknya cocok banget deh"

"Setuju, daripada ama si putri licik itu, mending kak Rafael ama Zea"

"Ia apalagi Zea itu cewe baik terus polos,  bakalan gue jadiin best couple ini mah"

"Ekhem"

Sontak siswi-siswi itupun menatap kearah orang yang baru saja mereka perbincangkan.

"E-ehh hai kak"

Rafael tak menjawab. Ia kemudian melangkah melalui mereka begitu saja dengan wajah datarnya.

Jika kalian pikir Rafael marah, berarti kalian salah anjir!. Buktinya sekarang ia tengah senyum-senyum sendiri.

Aduhh🤩






Hahaha!

Gimana? Gimana?

Eh sebenarnya author gak tau cara tamatin ceritanya itu gimana😭

Maksudnya gak tau endingnya tu mo dibuat gimana

Kalian mau bantu gak? Hehe..

SEE YOU NEXT PART 😽🫶

Transmigrasi Viola [REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora