2•Dino

569 100 37
                                    

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Setiap pegawai di cafe mendapat jatah libur sehari secara bergiliran dan tibalah waktu libur yang Namira dambakan.

Niatnya hanya ingin bersantai di rumah, bermalas-malasan menikmati libur sambil makan segala camilan yang sudah dibelinya semalam.

Namun dering telepon mengganggu mimpi indah Namira yang sedang tidur siang. Mencoba tidak peduli karena bukan nada dering darurat.

Tapi panggilan ketiga kembali datang membuat Namira tak ada pilihan lain, segera ia terima panggilan bernama kontak 'Raisa'.

Omelan adalah kalimat pertama yang Namira dengar saat memposisikan ponsel pada telinganya.

Siapa yang tidak kesal ketika sedang sibuknya bersiap tapi seseorang yang dituju lama untuk menerima telepon.

Dari panjangnya ucapan Raisa di telepon yang dapat Namira simpulkan bahwa ia harus segera bersiap-siap karena Raisa akan datang menjemputnya pada pukul 14.45.

Kembali memejamkan matanya sampai tersadar akan waktu yang sontak membuatnya duduk. Terkejut dengan gerakan duduk begitu cepat membuat kram menghampiri kakinya.

Menahan tangis saking sakitnya, untung tak berangsur lama setelah membenarkan posisi betisnya rasa kram-nya hilang.

Entah harus bersyukur atau bagaimana, berkat itu kesadaran Namira terkumpul sepenuhnya dan langsung tergesa-gesa bersiap sebab waktu telah menunjukkan pukul 14.33.

Waktunya yang tersisa untuk bersiap hanya 12 menit. Memilih outfit yang tak merepotkan diri sendiri, hingga waktu 7 menit terakhir ia gunakan untuk merias wajah juga merapikan rambutnya.

Tepat setelah mengenakan sneakers-nya, suara teriakan ciri khas Raisa disusul gedoran pintu terdengar.

Pintu coklat itu terbuka dan langsung terlihat wajah Raisa yang semula memberengut tergantikan senyuman lebar.

"Long time no see, Namira. Gue kangen banget sama lo." Tanpa aba-aba Raisa langsung memeluk Namira penuh kerinduan, padahal baru seminggu ini mereka tidak bertemu.

Namira berusaha melepaskan diri dari dekapan Raisa.

"Lepas dulu, Sa. Kamu kekencangan peluknya, aku susah napas." Raisa tersadar untuk melepaskan Namira yang menunjukkan wajah masamnya.

"Ayo kita berangkat." Menggandeng Namira untuk memasuki mobil milik kekasihnya. Menyapa singkat Julio yang berada di kursi kemudi lalu diam mengamati interaksi manis keduanya dari belakang.

"Kita mau ke mana?" Kembali datang rasa penasarannya, karena di telepon tadi setelah omelan panjang, Raisa langsung menyuruhnya untuk cepat Bersiap dan tak mengatakan kemana tujuan mereka.

"Nonton seribu Dino."

Namira mengernyit bingung, meski keduanya bukan termasuk kategori bestie sekali, tapi Namira cukup tau bagaimana selera Raisa yang menyukai hal apapun berbau mistis.

"Kartun? Itu bukan selera genre-mu banget."

Raisa terkikik pelan sebelum kembali memasang wajah meyakinkan melihat Namira melayangkan tatapan curiga padanya.

"Pokoknya ikut aja, gue traktir." Merasa percuma jika kembali mendesak juga tak akan mendapatkan jawaban memuaskan.

Namira memilih diam sambil mengalihkan pandangannya ke samping. Malas melihat sepasang kekasih yang tengah bergenggaman mesra.

~••~••~••~

Sesampainya di sana, Namira langsung berpamitan untuk ke toilet. Meninggalkan Julio juga Raisa yang sedang print tiket yang sebelumnya sudah di booking online.

Tanpa Namira tau, bukan hanya mereka bertiga tapi ada dua orang lagi yang sudah datang lebih awal. Dua orang yang menjadi korban Raisa untuk mengantri popcorn dan cola, yaitu adik kembar bersama temannya, Rafael dan Jerome.

Terdengar pemberitahuan bahwa pintu teater tiga telah dibuka, keempatnya langsung pergi. Kebetulan melewati toilet wanita dan bertepatan dengan Namira yang keluar sambil berbenah dan menggelap bagian kemejanya yang tadi terciprat air saat mencuci tangan.

Namira yang menabrak jadi terhuyung ke belakang dan tangan yang sama kembali menahannya, seperti saat menyelamatkannya pada tangga cafe beberapa hari lalu.

"Hai, ketemu lagi."

Namira tersenyum kikuk membalas senyum manis yang Jerome berikan, apalagi menyadari tatapan teman-teman mereka yang saling melempar senyum penuh arti menyebalkan.

"Gue gak tau kalau kalian saling kenal."

"Cuman kenal tau muka doang, ya cukup taulah gue sering nongkrong di cafe itu."

"Iya, sambil mengenang mantan ya, Jer." Jerome menyikut Rafael yang berdiri di sebelahnya. Namira berdehem canggung, rasanya tenggorokannya kering.

Mengingat film yang sudah akan mulai, tanpa basa-basi lebih lanjut mereka langsung memasuki teater.

Melangkah pelan menaiki satu-persatu tangga sambil mencari seat-nya sesuai yang Raisa bagi secara random.

Menaiki tangga sambil menunduk hingga akhirnya menemukan angka juga abjad yang sesuai dengan tiket miliknya. Seat G16 dan tersisa satu kursi di sebelahnya yang ternyata diduduki Jerome.

"G17, gue duduk di sini." Jerome menujukan tiketnya saat melihat Namira yang tampak terkejut melihatnya, bingung ingin merespon seperti apa hingga hanya dapat mengangguk kaku dan duduk tegak canggung juga gugup pada Jerome yang jauh lebih santai.

~••~••~••~

Sejauh film berjalan mereka menonton dengan tenang sambil sesekali Jerome menguap bosan sebab alur belum sampai pada bagian inti.

Namira fokus mengamati sambil mencari di manakah dino yang dimaksud?

"Bukannya seribu dino?" gumaman Namira masih terdengar jelas oleh Jerome yang menumpukan kepala pada tangan yang berada pada sandaran yang memisahkan kursi keduanya.

"Seribu hari, karena arti dino itu hari."

"Berarti aku di bohongin?"

"Gak salah, cuman gak bisa dibilang bener juga. Polos banget sih, kecil," ledek Jerome membuat Namira mendesis kesal.

~••~••~••~

Sampai di pertengahan film, suasana semakin mencekam ditambah dinginnya ruangan membuat Namira tanpa sadar mencekram kuat lengan jaket Jerome.

Jump scare kesekian datang menghampiri, Namira langsung menarik tangan Jerome maju dan bersembunyi di balik punggung Jerome namun masih mengintip penasaran.

Jerome jadi gemas sendiri melihat Namira yang takut tapi masih coba menonton. Gadis lucu yang sedang menantang rasa takutnya, menjadi hiburan tersendiri teruntuk Jerome di ketegangan suasana dalam bioskop.

"Kalau takut kenapa masih nonton?" Jerome tak bisa menahan tawanya, berakhir terkikik geli dan itu memunculkan dua lesung pipinya.

"Penasaran." Kembali tenang dan sedikit melonggarkan pegangannya, tak berniat melepas tangan Jerome.

Pemeran di film kembali mengamuk, membuat teriakan Namira semakin membahana. Jerome mendekatkan dirinya dan berbisik.

"Say my name."

Namira mendongak, mereka bertatapan dalam remangnya ruangan.

"Nama kamu?"

"Yes, Jerome."

"Jerome!!" Disusul jeritan ketakutannya, membuat Jerome berinisiatif menutup mata Namira yang malah berusaha tetap melihat ekspresi pemeran yang sedang kesurupan itu dari celah jari Jerome yang dibukanya paksa.

Sedangkan dari dua barisan kursi depan terdengar suara tawa menggelegar si kembar, Raisa dan Rafael.

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Pamit✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now