9. Permintaan terakhir

33 1 1
                                    


بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Hujan tak selamanya deras, matahari tak selamanya terik dan langit tak selamanya biru. Sebab didunia ini tidak ada yang abadi, semuanya akan berlalu seiring berjalannya waktu

--Rayyanza Athallah Al-bizar--

Ayana hanya berjalan mondar mandir didepan pintu ruangan Aryan. Sudah tiga hari Aryan tak sadarkan diri. Padahal kecelakaannya tidak terlalu parah. Bahkan dokter belum memberitahu Ayana apa yang sebenarnya terjadi.

"Aya, Lo yang tenang". Ujar Zia mengusap lembut punggung Ayana

"Tapi, abang____".

"Aya, tenang dulu, Abang Lo pasti baik baik aja, berdoa sama Allah".

Ayana mengangguk.

"Aya". Ujar seorang lelaki yang langsung memeluk Ayana.

"Astaghfirullah". Ujar rayyan dan Zia yang melihat lelaki itu lancang memeluk Ayana.

"G-gibran". Lirih Ayana yang hendak melepaskan pelukan Gibran, namun tangan Gibran menahannya.

Keyzia langsung menatap rayyan yang sedang mengalihkan pandangannya.

"Maaf jika saya lancang, tapi bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya itu termasuk perbuatan maksiat. Perbuatan maksiat mengarah pada zina dan itu termasuk perbuatan yang dilarang oleh Allah".

Gibran langsung melepaskan pelukannya dan menatap tajam rayyan yang sedang berdiri.

"Lo nggak usah ceramah didepan gue". Sarkas Gibran yang menunjuk pada rayyan

"Saya hanya mencoba menebar kebaikan. Soal kamu percaya atau tidak itu urusan kamu".

Gibran menarik kemeja milik rayyan yang hendak pergi. "Lo nggak takut sama gue".

Rayyan tersenyum. "Kita sama-sama manusia, buat apa takut, saya hanya takut sama Allah".

"Sok suci Lo". bisik Gibran. "Gue ini ketua geng motor, gue bisa aja bikin Lo mati ditangan gue".

STARLIGHT Where stories live. Discover now