22. Suami Rahasia

31 3 0
                                    


بذكر اسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.

Bukannnya tidak mencintai, hanya saja masih merasa tidak pantas

--Ayana humeyra anastaizia --
.
.
.


Saya menerimamu apa adanya, bukan apa adanya, semua kekurangan dan kelebihan, sampai kapan lagi kita harus merahasiakan pernikahan ini

--Razzanza Athallah Al-bizar--

.
.
.

°•• HAPPY READING ••°


🖤🖤🖤

Mentari sudah menampakkan dirinya, menyapa para  penduduk bentala tiada henti nan tiada bosan. Manik mata bewarna kecoklatan menatap seseorang yang dirindukannya selama tiga hari ini.

"AYANA," Panggilnya girang yang langsung memeluk sang empu.

"Aku kangen banget sama kamu," imbuhnya dengan tulus. Hal inilah yang terasa hilang dari hidup Ayana, namun ia kembali mendapatkannya lagi.

Perlahan tangan Ayana bergerak menyentuh punggung sahabatnya, tepatnya Ayana membalas pelukan Aliza.

"Maaf ay , aku sebenarnya nggak bermaksud buat ngerebut posisi kamu, maaf udah___."

Ucapan Aliza berhenti saat Ayana melepas pelukannya, lalu meletakkan telunjuknya pada bibir sahabatnya.

"Kamu nggak salah, akunya aja yang belum bisa nerima takdir Allah."

Ayana menatap manik mata sahabatnya, semakin mendalam rasa bersalah yang ada dalam dirinya. Sungguh dia terlihat seperti orang yang egois sebelumnya.

"Maaf, maaf gara-gara aku, persahabatan kita hampir hancur."

Aku?, sejak kapan Ayana menggunakan logat aku-kamu padahal biasanya lo-gue,  selama tiga hari pergi dari pesantren entah kemana mendadak pulang dengan  banyak perubahan. Apakah gadis itu sudah bertemu malaikat pencabut nyawa untuk negosiasi usia sehingga membuatnya bisa kembali dengan selamat dengan syarat menjadi perempuan yang lebih baik dari sebelumnya.

"Kamu habis kesasar kehutan ya?"

Ayana membulatkan matanya, mengapa jawabannya melenceng sekali. Dirinya minta maaf tapi kenapa responnnya diluar nurul. Nggak habis fikri!

"Kenapa kamu ngejawabnya gitu?, aku kan minta maaf tadi."
Aliza menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " E - maaf ay, habisnya kamu aneh nggak biasa pakai aku kamu."

"Kan tiga hari kemarin aku belajar dari pangeran," jawab Ayana puitis, kepalanya mendongak, matanya menatap atap asrama kamarnya dipesantren, seolah membayangkan betapa tampannya pangeran itu yang tidak lain adalah suami rahasianya.

Aliza bergidik ngeri. "A'udzubillahi Mina syaitan."

Ayana menatap sahabatnya yang mengarahkan telapak tangannya didepan wajah cantiknya, namun tak sampai menempel. Bibirnya bergerak cepat seperti orang berdzikir tapi tepatnya ia seperti orang yang sedang di ruqyah. Apalagi Aliza membaca ayat kursi.

"Keluarlah jin iprit dari tubuh sahabat aku !"

Ayana membulatkan matanya. "Za, aku nggak kesurupan."

Aliza membuka matanya yang tadinya memejam. Ia mencari kebenaran, dari mata, hidung, mulut, tangan, kaki dan seluruh tubuh masih lengkap, kaki juga tidak melayang, kakinya aman masih bisa menginjak tanah.

STARLIGHT Where stories live. Discover now