"Kau bosan, Ren?" tanya Chrys. Mata anak itu bergantian antara aku dan soal di tangannya.
Aku tidak menjawab. Sepertinya ekspresi dan responsku dari tadi sudah jelas.
"Sudahlah, nikmati saja. Jarang-jarang kan, olimpiade diadakan seperti ini? Lagi pula kau pasti sudah sadar, 'kan? Dari awal acara ini tidak menekankan pada pelajaran semata, tetapi kekompakan, strategi, dan tentunya hiburan bagi para penonton! Bahkan mungkin acara ini diadakan hanya untuk meningkatkan kedatangan turis."
Aku mengerling. Chrys bisa saja benar. Semua ini hanyalah panggung sirkus dengan tujuan tertentu. Entah itu pamer teknologi atau yang lain.
Anak di sampingku menggebrak bangku. Tangannya terangkat. "Jawabannya udara, Pak!" kata Chrys. "Udara bisa diam, bisa bergerak. Bisa dipanaskan, bisa mendingin. Menyelip ke segala tempat!"
"Jawaban yang masuk akal, tetapi bukan itu," timpal Pak Ben. "Masih ada yang kurang.
"Yah ...."
"Jawabannya adalah air." Alva bersuara. "Air dapat bergerak cepat dari tempat tinggi ke tempat rendah. Dapat diam dalam genangan. Dipanaskan dan didinginkan. Mengeras menjadi es, serta menyelip hampir ke segala tempat."
"Benar!" Pak Ben bertepuk tangan, yang lain mengikuti. "Nah, begitu cara mainnya. Sekarang, silakan kerjakan."
Aku langsung beranjak dari tempat duduk. Baiklah, sepertinya tidak ada jalan lain selain mengikuti permainan bila ingin menyelesaikan semua kekonyolan ini.
"Hey, Ren, mau ke mana?" tanya Chrys. Pantatnya masih menempel di kursi dengan erat.
"Kamar," jawabku singkat.
"Tunggu!" Anak itu bangkit lantas merangkulku. "Bagaimana kalau kita kerjakan bersama? Akan lebih mudah kalau banyak otak yang bekerja." Chrys melihat ke arah Chloe dan Mischa. "Ya, kan, Gadis-Gadis?"
"Katakan saja kalau kau malas berpikir," tuduhku. Kuenyahkan lengannya yang sedari tadi menempel di bahuku.
"Te ... tentu saja tidak!" kilah Chrys.
"Terserah—"
Tim Prima Sophia bergerak terburu-buru keluar dari ruangan. Saat mereka melewatiku, Alva memberi salam dua jari. "Semoga beruntung!" katanya dengan senyum meremehkan. Dia kemudian membisikkan sesuatu kepada anggotanya. Mereka lantas menyebar.
Entah perasaanku saja atau mereka telah menemukan sesuatu?
Kebosananku terhadap sesi latihan ini berubah 180 derajat. Ada sesuatu yang menarik perhatian mereka. "Ayo, ke ruangan," perintahku.
"Plin-plan sekali kau," ejek Chloe. Gadis itu berjalan cepat di sampingku.
"Diam. Ada sesuatu yang aneh."
Setelah sebelumnya aku kembali ke kamar untuk mengambil stylus bersama Chrys, kami berkumpul di ruang tim. Aku langsung duduk di sofa dan segera menganalisis setiap soal yang ada.
"Hei, Ren, bisa kau beri tahu kami yang kau dapat?" Chrys terus bertanya hal yang sama semenjak kami datang ke ruangan. Aku belum menghiraukannya dan terus membaca dari atas sampai bawah, berharap menemukan sesuatu yang janggal hingga membuat tim Prima Sophia sangat bersemangat. "Kami kan, penasaran."
"Sudah, jangan pedulikan dia Chrys. Lebih baik kita pesan makan dulu sebelum makan siang. Aku lapar."
"Aku mau kentang panggang dengan keju mozarela," celetukku. Bagaimanapun juga, aku harus mengisi perut untuk bahan bakar otak.
"Kau yakin? Itu makanan berat, loh." Chrys bertanya dengan nada ragu. Aku mengangkat wajah untuk menunjukkan kalau aku serius. Alis lelaki itu mengerut.
YOU ARE READING
Avatar System: Brain Games (END)
Science FictionMenjadi juara umum di kelas sepuluh sebelumnya, mengantarkan Arennga menjadi salah satu perwakilan untuk mengikuti Olimpiade Sains Persahabatan bersama dua sekolah lainnya dari negara yang berbeda. Bersama tiga rekan setim dan avatar mereka masing-m...
Bab 26: Syntax Error
Start from the beginning
