"Aku tidak peduli, aku akan melakukan apapun untuk membuatmu menjadi milikku " Michael Kaiser
'Aku lelah.. " Isagi Yoichi
"Kau milikku!! Sampai kapanpun!! Itoshi Rin
∆Warning∆
karya ini bukan milik saya!!! banyak adegan kekerasan dan Seksual Disetia...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PERHATIKAN!!!.
Chapter ini mengandung 1821++ dan kekerasan Disetiap Kata Tersebut, Untuk Para Bocil silahkan Skip!!!.
•••
"Rin.."
Isagi membuka pintu kamarnya cukup keras. Seketika kegelapan langsung menyapa kedua matanya. Sinar rembulan yang masuk ke dalam kamarnya, telah menjadi sebuah penerangan yang dapat membantunya untuk melihat ke sekitarnya.
Tidak ada siapapun..
Lalu di mana Rin?
Isagi berjalan memasuki kamarnya.
Namun tiba-tiba saja ada tangan besar yang membekap mulutnya dan memeluk perutnya dari belakang.
"Hai sayang.. kau merindukanku?" suara berat yang terucap dari bibir Rin menusuk indera pendengarannya.
"Lama tidak bertemu denganku, ternyata kau berani bermain-main di belakangku. Benar begitu, Isagi Yoichi.."
"hhhmmmm "Isagi tak mampu berbicara karena Rin masih membekap mulutnya.
Isagi ingin sekali melepaskan dirinya namun ia tidak bisa melakukannya. Aura Rin begitu menguasainya dan mampu membuatnya menjadi terdiam tanpa perlawanan.
"Kau benar-benar ingin ku hukum ya?"
"hhhhmmmm... "
''Tenang saja, aku sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untukmu. "
"hhmmmm..."
Rin mendorong Isagi cukup keras hingga punggung isagi menabrak dinding kamar itu.
Sambil membekap mulut Isagi, Rin mengambil sebuah suntikan berisi obat bius dan menunjukannya di depan mata Isagi.
Isagi terkejut, tubuhnya bergetar.
Hukuman seperti apa yang akan ia dapatkan kali ini?
Rin terlihat lebih agresif dari biasanya. Tatapan dingin penuh akan kemarahan tergambar dengan jelas di kedua matanya.
Pandangan yang Rin berikan telah berhasil melumpuhkan dirinya dan menciptakan percikan ketakutan yang mulai menyerang hatinya.
"Aku akan membuatmu tertidur sebentar sayang. Agar semuanya mudah dan kita bisa langsung bermain ke intinya. "itu adalah kalimat terakhir yang Isagi dengar sebelum rasa nyeri menusuk lengannya.
