"Oh, Alisa yang sudah besar, bukan kah begitu?" Jennifer menimpali.
Dengan senyum merekah pandangan Lisa berpindah pada kakak keduanya. "Aku sudah menjadi seorang ibu, Jenn."
"Aku tau ..." Jennifer membalas senyum adiknya.
Larut dalam obrolan serta candaan bersama sembari menikmati hidangan makanan, suara Matthew memanggil putri bungsunya sejenak membuat keheningan di ruang makan keluarga Fernandez.
Lisa yang duduk tepat di sebelah Rosaline mengangkat pandangannya dan menoleh pada sang ayah. "Ya?"
"Apa kau sudah tau minggu depan adalah ujian setaramu dan kemudian kau akan melanjutkan kuliah?" Matthew berujar.
Kepala Lisa mengangguk. Dia sudah tau hal itu.
Perihal ini pun sudah mereka bicarakan sejak lama dan Lisa memang setuju dengan apa yang telah menjadi keputusan ayahnya. Bukan, bukan semata ingin menjadi anak yang berbakti setelah terpaan badai kehidupannya, melainkan Lisa pun sadar dia seorang anak perempuan. Dia sadar, dia adalah seorang perempuan yang kehilangan mimpi besarnya, yang ditinggalkan, bahkan merasa dirinya hina kala itu.
Tak bisa terus berlarut, bukan? Tak bisa hanya berada di titik itu saja, benar kan? Dia sudah kembali bangkit, dan bukan kah dia harus membuat sebuah perubahan dalam hidupnya? Bukan kah hidup adalah tentang berjuang? Bukan kah hidup tentang menjalani berbagai macam kisah? Bukan kah hidup harus mengalami proses pendewasaan? Yeah, dan Lisa paham akan hal itu. Dan dia sudah sangat siap untuk memasuki kehidupan barunya, mimpi barunya kini.
"Universitas mana yang kau pilih, Alisa?" Christina bertanya.
"Stanford mungkin," jawab Lisa seakan masih menimbang dan belum bisa memastikan pilihannya.
"Mungkin? Kau tidak yakin dengan pilihanmu?" tanya Jennifer. "Pergilah ke sana. Kau akan bertemu banyak orang hebat, percaya lah."
"Salah satunya dirimu dan Valerio?" Lisa menampilkan tawa kecilnya yang langsung mendapat balasan dari tunangan kakak perempuannya itu.
"Yeah, orang-orang seperti kami." Valerio membalas.
"Sejujurnya aku tidak sabar dengan kehidupan sebagai seorang anak kuliah. Ehm tidak, tapi ibu muda yang berkuliah. Akan kuusahakan membagi waktu sebaik mungkin," tutur Lisa.
"Jangan khawatir, Alisa." Christina berkata kembali. "Kau tidak perlu khawatir dengan Ryder. Ibu akan selalu menjaganya. Lagi pula, kau bukan hanya berkuliah semata, putriku," imbuhnya sembari melirik sebentar pada sang suami. "Apa kau tidak ingin mengatakan hal lain pada putri kecil kita?"
Lisa terlihat sedikit bingung dengan ucapan ibunya pada sang ayah. Pandangannya jelas menunjukkan hal tersebut. "Mengatakan hal lain apa, mom?"
Matthew sedikit berdeham dan memperbaiki posisi duduknya. "Aku sempat ingin menundanya, tapi karena ibumu telah menyinggung hal itu, sepertinya aku akan mengatakan saja sekarang. Sangat kebetulan, karena kita sedang berkumpul di sini."
"Apa itu, dad?" Lisa dibuat penasaran dengan apa yang hendak dilontarkan ayahnya.
"Alisa, setuju atau tidak kau harus menjadi penerusku," ucap Matthew, sarat akan ketegasan di sana.
"What?"
"Perusahaan keluarga kita semakin besar di mana-mana, dan kau tau bukan hanya aku, ibumu dan Jessica yang akan mengurusnya saja. Kami membutuhkanmu."
"But, dad-"
"Kau akan belajar dengan Jessica dan dibantu Rai. Boleh kah untuk yang kali ini kau mengikuti keinginan orang tuamu? Kau boleh menjadi apa pun juga, melakukan apa pun yang kau inginkan, tapi tolong terima yang satu ini."
ВЫ ЧИТАЕТЕ
ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋ
Фанфикшн15+ From Instagram Liskook's fanfiction by @storiesbybelleza • Tentang Alisa Fernandes yang harus berjuang mempertahankan anaknya dan meninggalkan mimpi besarnya sebagai seorang idola pop Korea. "Dia bukan putramu, jangan sekali-kali mengatakan itu...
• 1st Year •
Начните с самого начала
