04

11 1 0
                                    

"Close your eyes." Cleza menoleh ke arah Arlen. Ia mendengar seseorang yang berbisik.

"Hah? Lo ngomong sama gue Ar?" tanyanya memastikan.

"Enggak kok," jawab Arlen.

"Serius?"

"Close your eyes."

Suaranya lembut. Sangat menenangkan. Untuk kedua kalinya Cleza mendengar ini. Ia masih menatap Arlen. Bukan laki-laki itu yang berbisik.

"Close your eyes."

Suara ini seperti menghipnotis Cleza. Ia menutup matanya dan tertidur.

•••^•••

"LARI!" Seseorang berteriak dari sudut koridor remang-remang.

"Ka-kaki gue..." Gadis itu merintih kesakitan. Kakinya terluka. Ia tak bisa berlari cepat.

"AWASSSS!"

Cleza terkesiap. Matanya terbuka. Rupanya mimpi.

"Cle? Why?" tanya Arlen. Laki-laki itu sedikit terkejut melihat Cleza.

Deg. Deg. Deg.

Napas Cleza bekerja tak beraturan. Mimpi ini sedikit melelahkan. Entah mengapa ia merasa lelah dan butuh istirahat.

"Mimpi buruk ya?" tanya Arlen. Tangannya menepuk-nepuk pundak Cleza. Mungkin itu akan menenangkannya.

"It's okay," ucap Arlen lagi.

Cleza masih menyesuaikan diri dengan deru napas yang kacau. Ia ingin membalas ucapan Arlen namun terasa berat.

Gue kenapa? batin Cleza. Ia sendiri pun bingung.

Cleza melihat sekeliling. Semuanya tertidur kecuali Arlen, supir, dan dirinya.

Semuanya tidur? batinnya.

"Iya. Semuanya tidur." Arlen tersenyum. Ia seperti bisa membaca pikiran Cleza.

•••^•••

"Berapa lama lagi kita sampai Pak?" tanya Pak Bandi.

"10 Menit lagi Pak."

Beberapa dari mereka lega. Akhirnya mereka akan sampai di panti asuhan sebentar lagi. Semuanya sudah bangun dari tidur kecuali Rosa.

"Rosa bangunin Liv," ucap Cleza.

"Dari tadi udah gue bangunin gak bangun bangun. Rosa agak kebo gitu ya?" kata Oliv lalu mencoba membangunkan gadis itu lagi.

Pukul 09.00. Cuaca sangat cerah. Mereka memasuki wilayah pedesaan yang asri. Terlihat palang besar bertuliskan "Desa SaraWara".

"Desa Sara Wara," gumam Cleza.

"Guys? Udah sampe?" tanya Rosa yang masih setengah sadar. Baguslah ia sudah bangun.

"Bentar lagi sampe Ros."

"Gak ada sinyal ya disini?" tanya Oliv. Gadis itu menghela napas kasar.

"Iya, gue juga gak ada sinyal," tambah Willy.

"Gue mau ngabarin ortu padahal," kata Oliv.

"Semoga di panti nanti ada sinyal. Jangan sedih dulu guys!" Gio mencoba untuk membangkitkan semangat teman-temannya.

"Aminn!"

"Nanti kalau udah sampai, kita langsung ke kamar. Ada yang ngarahin kita buat ke kamarnya kok. Masuk kamar sesuai yang udah dibagi. Taroh koper atau barang kalian dengan rapi. Jam 11 siang kita mulai kegiatannya. Tetep jaga sopan santun ya. Ramah sama anak-anak panti." Cleza menjelaskan.

"Oke Clez."

"Seksi dokumentasi jangan lupa keluarin kameranya waktu kegiatan dimulai," tambah Arlen.

"Shap!" seru Willy sebagai seksi dokumentasi.

"Kita sudah sampai anak-anak!" kata Pak Rozak.

Mereka sudah memasuki area Panti Asuhan Kasih Mentari. Panti asuhan ini terlihat sangat besar dan terawat. Beberapa pengurus panti sedang bermain dengan anak-anak di taman bermain.

"Semangat guys!" ucap Cleza. Mereka lalu turun dari bus dengan tertib.

•••^•••

"Halo, selamat datang di panti asuhan kami," seorang wanita berumur sekitar 55 tahunan menyapa mereka ketika memasuki gedung panti. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh yang berisi. Ia nampak anggun memakai kebaya. Rambutnya disanggul rapi.

"Halo Ibu," Cleza yang membalas sapaan wanita itu pertama kali. Ia langsung mencium punggung tangannya. Yang lain pun melakukan hal yang sama.

"Ini saya, kepala Panti Asuhan Kasih Mentari, Bunda Amela. Panggil Bunda saja ya." Wanita bernama Amela itu memperkenalkan diri. Wanita itu berbicara sambil tersenyum ramah.

"Saya Cleza Bunda, yang waktu itu pernah menghubungi Bunda soal kegiatan ini." Cleza memperkenalkan diri.

"Saya Rozak. Ini rekan saya Bandi. Kami pembina mereka dalam kegiatan ini." Pak Rozak juga memperkenalkan diri.

"Wah kalian cantik-cantik dan tampan sekali. Salam kenal ya untuk kalian semua. Ya sudah, ayo masuk ke kamar kalian! Pasti perjalanan kalian melelahkan bukan?" kata Bunda. Yang lain mengangguk sambil tersenyum.

Mereka akhirnya diarahkan Bunda dan 2 pengurus panti lain untuk menuju kamar. Di lantai pertama mereka melihat banyak anak-anak yang bermain bola dengan bahagia. Lukisan lukisan antik terpajang di beberapa bagian dinding. Dari pintu utama, mereka masih berjalan lurus.

"Ini ruang makan panti. Biasanya kami makan bersama di ruangan ini," kata Bunda sambil menunjuk tulisan 'Ruang Makan' di pintu. Mereka lanjut berjalan sampai ujung koridor.

"Nah, untuk aula kami ada di sini. Kegiatan kalian nanti di aula bukan?" kata Bunda sambil menujuk sebuah pintu ruangan berwarna merah bertuliskan 'Aula' di sebelah kanan. Aula berhadapan dengan tangga menuju lantai 2. Mereka mengangguk paham. Setelah itu mereka menaiki tangga.

"Di lantai 2 ini adalah tempat para pengurus panti beristirahat di kamarnya. Kamar mereka ada di koridor sebelah sana. Untuk para tamu, kamarnya ada di koridor ini." Bunda menghentikan langkah lalu menjelaskan. Memang terlihat banyak pintu kamar di koridor ini. Di ujung koridor ada pintu juga. Kemungkinan itu pintu untuk kamar pengurus panti.

"Di koridor ini ada 8 kamar. 1 kamar bisa di isi 2 orang. Silahkan pakai kamar yang mana saja. Saya turun dulu ya? Ada sesuatu yang harus saya siapkan."

"Oke Bunda."

Bunda Amela dan 2 pengurus panti itu kemudian menganggukkan kepala sekali lalu tersenyum dan pergi meninggalkan mereka di koridor itu.

"Ini kita langsung aja ya ke kamar masing-masing bareng partnernya. Inget kan partner sekamar kalian siapa?" kata Cleza.

"Inget Cle," jawab yang lain kompak.

"Nomor kamar kalian inget?" tanya Cleza.

"Inget Cleza," jawab yang lain kompak pula. Cleza mengacungkan jempol.

"Bapak dan Pak Rozak langsung ke kamar kami ya, kamar 1. Semangat ya buat kegiatan kali ini!" ucap Pak Bandi.

"Oke Pak!" Pak Rozak dan Pak Bandi langsung menuju kamar 1 yang letaknya ada di dekat tangga.

"Selamat istirahat guys! Persiapin diri kalian. Jangan lupa jam 11 kita mulai kegiatannya!" ucap Arlen sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam kamar masing-masing.

"SIAP BOSS!"

•••

Next?
Comment dulu!

Tap Tap Run! Where stories live. Discover now