Bagian 22

3.4K 354 19
                                    

GOOD KISSER

---

Kim Sunoo menggeliat kala terangnya lampu kamar menerobos masuk ke dalam retina matanya. Beberapa kali lelaki manis itu mengerjap, lalu matanya bergerak menatap jam yang menempel di dinding bercat hijau sambil mengusap-usap matanya.

“Jam delapan,” gumamnya.

Lelaki manis itu menggerang dan mulai merenggangkan otot-ototnya, lalu membalikkan tubuhnya ke sebelah kiri. Sedetik kemudian ia terkejut saat mendapati seorang lelaki bersurai hitam ikut tertidur di sampingnya. Lelaki itu tertidur menghadap ke arahnya, membuat Sunoo menahan napas karena menyadari jarak mereka sangatlah dekat.

Mata Sunoo terus bergerilya menatap sosok di hadapannya. Wajahnya yang begitu tenang membuat Sunoo tak bisa mengalihkan pandangannya. Mata lelaki itu yang biasa menyorot tajam kini tertutup rapat, tetapi itu sama sekali tak menghilangkan kesan tampan yang melekat padanya walau ia tengah tertidur. Belum lagi hidung mancung dan bibirnya yang terlihat memabukkan. Dan jangan lupa dengan bentuk rahang lelaki itu yang menambah kesan tegas pada dirinya.

Ah, kalian tahu? Dia terlihat seperti seorang pangeran yang sedang tertidur.

Eits, tunggu!

Lelaki itu tertidur? Park Sunghoon tertidur? Apa vampir seperti Sunghoon bisa tidur?

Ah, Sunoo mengabaikan hal itu. Sunghoon pernah berkata padanya kalau vampir bisa tertidur dua sampai tiga jam sehari. Bukankah begitu?

Menatapi wajah Sunghoon yang tengah tertidur membuat Sunoo benar-benar terpesona dan ingin memandanginya lebih lama lagi. Jemarinya pun sudah gatal sedari tadi ingin menyusuri rahang tegas lelaki itu. Namun, hal itu ia urungkan karena takut mengganggu tidur Sunghoon.

Sunoo berteriak kecil. Demi apa pun, Lelaki manis itu sangat terkejut. Mata tajam itu tiba-tiba terbuka lebar dan menatapnya kosong, persis seperti di film-film horor yang sering Sunoo tonton.

Lelaki manis itu menggerakkan tubuhnya ke belakang, berniat menambah jarak di antara mereka. Sunghoon yang melihat itu seketika langsung bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah kursi tempat belajar Sunoo, tepat di sisi kiri tempat tidur. Sunoo ikut bangkit, lalu bergerak ke tepi tempat tidur dan duduk di sana.

Mereka bertatapan cukup lama, sebelum akhirnya suara Sunghoon memecah keheningan yang melanda. “Apa masih sakit?”

Sunoo menggeleng. “Kau sendiri?”
Sunghoon menggeleng sebagai jawaban. Lalu detik selanjutnya mereka sama-sama terdiam, bingung mau melakukan apa.

“Maaf,” ucap Sunghoon.

Sunoo mengernyit. “Untuk apa?”

“Karena aku kau—”

“Apa, sih! Itu bukan salah kamu. Berhenti menyalahkan diri kamu sendiri.” Sunoo langsung memotong ucapan lelaki itu saat dia paham ke mana arah pembicaraan mereka. Semua bukan salah lelaki itu, mungkin memang sudah takdirnya seperti ini.

Sementara di sisi lain Sunghoon hanya bisa terdiam memperhatikan Sunoo yang sedang kesal. Terlihat dari lelaki manis itu yang mengerucutkan bibirnya lucu. Demi apa pun, dirinya ingin melumat habis bibir ranum Sunoo.

“Ada apa?” tanya Sunoo sedikit kasar. Pasalnya dia merasa risih karena Sunghoon terus menatapnya dalam. Namun, detik itu juga dia menyesalinya. Karena Sunghoon sama sekali tak menggubris pertanyaan Sunoo dan malah memperdalam tatapannya, membuat Sunoo gugup setengah mati.

Sunoo berdeham, menetralisir suasana juga jantungnya. Berbeda dengan Sunghoon yang masih saja terus menatapnya, seakan jiwa lelaki itu pergi entah ke mana meninggalkan raganya.

“Sunghoon?” panggil Sunoo sambil memajukan wajahnya untuk memastikan. “Kau—”

Kejadian ini begitu cepat. Sunghoon mencium Sunoo sampai-sampai lelaki manis itu kaget mendapat perlakuan seperti itu darinya. Sunghoon melumat bibir Sunoo dengan lembut, tangan Sunghoon memegang kepala Sunoo guna memperdalam ciuman mereka.

Sunoo yang sedari tadi terdiam hanya merasakan lumatan Sunghoon, kini mulai ikut terbuai. Lelaki manis itu dengan hati-hati mulai membalas lumatan di bibirnya. Sementara tangannya memegang pundak Sunghoon kala lelaki itu memeluk tubuhnya, mendekat. Ciuman mereka begitu lembut, tak seperti ciuman di film-film yang pernah Sunoo tonton dimana kedua perannya berciuman dengan penuh nafsu. Kim Sunoo tak tahu alasan Sunghoon melakukan ini, tapi harus dia akui, bahwa dia sangat terbuai dengan keahlian Sunghoon yang satu ini.

Sunghoon memiringkan kepalanya ke kanan lalu kembali mencium Sunoo. Ia menekan bibir Sunoo untuk memperdalam ciuman mereka. Mereka saling melumat lembut, menciptakan decapan yang cukup keras memenuhi ruangan.

Lama mereka melakukan itu, Sunghoon akhirnya melepaskan ciumannya lalu menempelkan keningnya di kening Sunoo. Kini kening mereka bersentuhan, begitu juga dengan hidung mereka.

Sunoo mengambil napas dalam-dalam dengan mata yang terus tertuju pada bibir Sunghoon yang tengah tersenyum. Manis, sangat manis.

Untuk beberapa detik, Sunoo kehilangan orientasinya. Ia tak mampu berpikir jernih. Rasanya seperti ia di kill dua kali. Pertama, berciuman dengan Sunghoon dan yang kedua, melihat senyum manis lelaki itu.

“Maaf,” ucap Sunghoon serak. Sunoo beralih menatap lelaki itu dengan sorot kecewa. Walaupun pikirannya masih di ambang-ambang, namun, Lelaki manis itu dapat mencerna ucapan Sunghoon. Jadi lelaki itu menyesal sudah berciuman dengan Sunoo? Begitu maksudnya?

Sunoo menatap bingung Sunghoon yang sedikit terkekeh tanpa membuat jarak di antara mereka. Sedetik kemudian, lelaki itu memiringkan kepalanya lalu mengecup Sunoo. Hanya sekilas. Setelahnya lelaki itu menarik diri dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.

“Tak perlu berpikir aneh-aneh, Sunoo.” Sunghoon berucap, Ah, pasti lelaki itu mendengar pikirannya. Sunoo hanya mengangguk seperti orang linglung, lalu melangkah mundur dan duduk di tepi kasur dengan pandangan lurus ke depan. Sunghoon yang melihat itu hanya memaklumi, toh, Sunoo juga belum pernah ciuman seperti ini.

“Kau ingin minum?” Sunoo menoleh lalu menggeleng. “Kalau begitu, apa kau menginginkanku?”

⸙⸙⸙

“Bodoh! Kenapa kalian tidak langsung membunuh lelaki itu?”

Teriakan seseorang memenuhi penjuru ruangan. Sebuah ruangan yang cukup gelap dengan lantai dan dindingnya yang terbuat dari batu sabak. Terdapat tiga orang di dalam sana, dua orang laki-laki dan satu orangnya lagi perempuan. Terlihat salah satu laki-laki dari mereka memancarkan kilat marah di matanya, berdiri di hadapan pasangan tersebut sambil berkacak pinggang, menampilkan kesan bossy dalam dirinya.

“Tuan, rencana B kita gagal kalau lelaki itu ikut terbunuh. Karena sebenarnya kita pun belum tahu, bagaimana perasaan kaparat itu terhadap lelaki itu. Apa kaparat itu hanya mengkhawatirkan nyawanya, atau juga mengkhawatirkan Lelaki manisnya. Karena jika kita tahu perasaan lelaki itu, keuntungan kita membunuh lelaki manisnya lebih besar, Tuan,” terang seorang lelaki dengan kepala yang terus menunduk hormat.

Orang yang dipanggil tuan itu langsung mengangkat satu alisnya mendengar penjelasan tersebut. “Apakah benar? Bagaimana jika aku yang melakukannya sendiri?”

“Itu akan lebih bagus, Tuan. Karena Tuan dapat menjadi lebih kuat jika mencicipi darah hasil argumen mereka,” sahut lelaki itu kembali.

“Hahahaha ....” Tawa jahat itu terdengar begitu menakutkan. Kedua tangannya melebar, seakan memperdalam perannya sebagai sosok jahat. Matanya berkilau tajam, lalu menyeringai saat otak liciknya merencanakan sesuatu.

“Bodoh sekali Alpha Klan Moroi.”

[END] TRAPPED BY YOUWhere stories live. Discover now