9. TRENDING TOPIC

180 15 0
                                    

Zea dan Bella menatap sekitarnya aneh, saat keduanya berjalan memasuki gerbang sekolah, semua orang tertuju pada keduanya lebih tepatnya ke arah Zea. Sepertinya Bella tau apa yang membuat mereka menatap Zea, cewek dengan bando di kepalanya merangkul pundak Zea, membawanya untuk cepat masuk kelas.

"Emang hari ini kita aneh?" tanya Zea meletakkan tasnya di atas mejanya dan setelahnya duduk di kursinya.

"Bentar." Bella langsung membuka ponselnya, Zea ikut melihat apa yang sedang dilakukan Bella.

Dua remaja itu menatap satu sama lain dengan pandangan tak percaya, Bella sudah menduga itu. "Lagi? " Zea menghembuskan napasnya.

Bella memilin bibirnya menatap Zea teduh. Zea tidak suka menjadi pusat perhatian, Bella sangat tau itu. "Yakin gak mau nyoba lagi buat nolak? Gue takut ke ulang lagi." ucap Bella pelan-pelan.

"Lo tau kalau nyokap..." Zea tidak melanjutkan ucapannya, dia menatap Bella, sorot itu menampakan kekhawatiran di sana. "Revan bakal tau ya? Takut dia marah,"

"Marah paling, dia kan Mr. Possessive. Miliknya hanya miliknya." Bella mengucapkan fakta tentang Revan. "Mungkin dia minta penjelasan sama lo,"

"Zea, lo trending no 1 di Twitter." cewek yang duduk didepan mereka berucap antusias. "Selain di Twitter, di Instagram sekolah juga rame ngomongin lo. Lo udah liat postingan akun Lambe kece SMATASA?" Zea mengangguk kaku.

"Gila Ze, lo se-viral itu!"

*******

Revan melepaskan helmnya, tangannya menyisir rambutnya ke belakang. Cowok jangkung itu turun dari motornya, tapi raut wajahnya menampilkan ekspresi heran karena orang-orang sekitarnya menatapnya, memang biasa Revan ditatap mereka namun ada yang beda dari tatapan mereka. Revan kembali menormalkan ekspresi wajahnya sambil berjalan ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, Azka dan Eza sangat heboh, tapi memang dasarnya dua orang itu selalu heboh.

"Repan, Repan, Repan!"

"Lo tempe gak sih?

"Wanjay lah, gue kaget cug."

Revan duduk di kursinya sambil berdecak mendengar ocehan Azka dan Eza. "Berisik lo pada!" desis Revan kesal.

Azka memaksa Revan mengahadapnya, cowok itu langsung menepis tangan Azka yang menempel pada wajahnya. Terkadang Revan ingin pindah satu meja dengan Agas, tapi apalah daya ketika semester baru, mereka akan mengadakan undian nama mereka, nama yang keluar pertama akan duduk dengan nama kedua, dan seterusnya.

"Apaan sih!"

"Lo gak buka hp apa?" tanya Eza.

"Mati, low. Lupa charger." Revan mengeluarkan ponselnya dan chargeran, cowok itu meminta tolong pada teman kelasnya yang duduk paling depan untuk men-charger ponselnya, karena colokannya terdapat di depan sana. "Emang kenapa?"

"Tapi lo jangan ngamuk,"

"Jangan ngereog,"

"Jangan guling-gulingan,"

"Jang-"

"Bacot!" Revan menatap Eza dan Azka kesal. Dua sahabatnya itu terus saja mengulur waktu, kalau begini waktunya akan terus habis, lebih baik ngebucinin Zea lebih bermanfaat.

Eza dan Azka menyengir tak berdosa, sedangkan Agas menatap datar ketiga sahabatnya dan kembali membaca buku tanpa niat nimbrung. Eza memberikan ponselnya pada Revan yang langsung diterima cowok itu. Azka dan Eza sebenarnya ketar-ketir melihat ekspresi datar Revan, oke, Revan lebih menyeramkan ketika menampilkan ekspresi datar seperti itu. Revan mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya, Azka dan Eza menghembuskan napasnya lega karena ponsel Eza tidak terkena amukan, tapi tetap saja melihat Revan yang tenang, memasang wajah datar dan mata tajamnya membuat kedua orang itu tidak berani berbicara apapun.

REVAZEKde žijí příběhy. Začni objevovat