Mendengar ajakan Haruto membuat Sunoo menganggukan kepalanya setuju. Keduanya tersenyum, lalu Haruto mengangkat jari jempolnya dan kembali menatap ke arah depan di mana sudah ada Pak Thor di sana.

“Nah, dapat pasangan, kan,” ucap Jungwon.

Sunoo mengangguk, lalu menoleh ke depan dan tersentak mendapati pak Thor. Dialihkan pandangannya ke arah pojok tepat di mana gerombolan siswa tadi berkumpul. Namun nihil, para manusia tadi sudah pergi. Ah, kapan mereka keluar dari kelas ini?

Saat Sunoo ingin menolehkan pandangannya ke depan, sesuatu seakan menghentikannya. Di sana, tepat di arah pojok, sebuah mata tajam tengah menoleh ke arahnya. Menatapnya dalam yang dibalas oleh Sunoo.

Mata itu terus menatapnya tanpa sekali pun berniat untuk mengalihkan tatapannya. Ingin Sunoo menyudahi aksi tatap-tatapan mereka. Namun, mata itu seakan-akan mengunci matanya. Dadanya bergemuruh hebat, mulutnya terkatup rapat.

“Sunoo, keluarkan bukumu!” bisik Jungwon sambil menyikut lengannya.

Terkesiap, Sunoo langsung gelagapan dan menoleh ke arah Jungwon. “A-apa?”

Jungwon mendecak, sedikit bingung dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini. Tangannya bergerak terangkat memegang pipi lelaki itu untuk memastikan suhu tubuhnya. “Kepalamu masih sakit?” Jungwon memegang dahi Sunoo yang masih dibalut perban.

Sunoo menggeleng. “Ah, sudah membaik, kok.” Sunoo menyingkirkan tanga Jungwon nlalu membalikkan tubuhnya untuk mengambil buku paket beserta alat tulis lainnya yang kemudian ditaruh di atas meja.

“Tapi kau jadi aneh. Apa karena efek samping obatmu?”

“Aish … lupakan!”

⸙⸙⸙

Sudah sekitar satu jam Sunoo memilih baju untuk dikenakannya ke pesta nanti malam. Di keluarkannya semua baju formal miliknya, mencocokannya sebentar, lalu diumbruk ke ranjang tidur saat dirasa gaun itu kurang cocok di tubuhnya. Sampai akhirnya, pilihannya jatuh pada baju pesta berwarna putih yang cocok untuk remaja seusianya, juga tidak terlalu norak. Padahal sudah tiga kali lelaki itu mencocokan baju tersebut di tubuhnya.

Digantungnya baju itu di samping lemari lalu berjalan untuk menyiapkan diri karena pesta di mulai pada pukul tujuh malam. Sekitar dua jam lagi jika dihitung dari sekarang.

Sunoo berjalan menuju nakas, mencomot sepotong roti lalu memasukkannya ke dalam mulut. Dirinya sedikit tersentak saat tiba-tiba ponselnya bergetar menampilkan sebuah panggilan masuk.

“Haruto?” cicitnya saat melihat nama si penelfon.

“Halo, Haruto. Ada apa?” tembak Sunoo langsung sesaat setelah dirinya menggeser tombol hijau.

“Sunoo, maaf sekali. Aku tidak bisa datang ke pestanya Minji.”

“Ya? Kau serius?”

Terdengar Haruto berdecak dari seberang sana, “Iya. Aku sedang menemani Nenekku di rumah sakit.”

Sunoo menghela napas berat, tubuhnya seketika melemah. “Ya sudah tak masalah. Kesehatan Nenekmu lebih penting.”

“Maafkan aku, Sunoo. Aku jadi merasa bersalah denganmu.”

“Aih, sudah ku bilang tak masalah. By the way, get well soon for your grandma!” ucap Sunoo final dan langsung mematikan panggilan tersebut secara sepihak.

Sunoo sedikit merasa kesal. Bayangkan! Siapa yang tidak kesal jika seperti ini? Ah, kenapa selalu aja ada penghalang saat dirinya ingin bersenang-senang? Kenapa lelaki itu baru bilang sekarang saat dirinya sudah menyiapkan segalanya untuk menghadiri pesta itu?

Sunoo menghela napas berat. Satu tangannya terulur untuk memijat pelipisnya. Namun sekali lagi, ponselnya itu kembali berdering. Diambilnya benda pipih itu dan langsung menggeser tombol hijau lalu ditempelkan ke telinganya.

“Haruto, sudah ku bilang tidak masalah. Bagaimana kabar Nenekmu?” ucap Sunoo sambil memejamkan matanya. Sedikit tidak rela saat mengatakan kalimat itu.

Seseorang di seberang sana terdiam cukup lama. Membuat Sunoo mengernyitkan dahinya karena si penelfon tak kunjung mengeluarkan suaranya.

“Halo, Haruto. Kau mendengarku?”

Ini aku, Sunghoon.”

Suara di seberang sana membuat Sunoo terpekik. Dijauhkannya ponsel itu untuk melihat si penelfon. Ah, ternyata nomor tidak dikenal. Dari mana lelaki itu tahu nomornya?
Sunoo memegang dadanya yang bergemuruh kaget, lalu kembali mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

“Ah, ternyata kau.” Sunoo berdehem mencoba untuk menetralkan kegugupannya. “Ada apa?”

Kau datang ke pesta Minji?” Suara lelaki itu terdengar sedikit ragu. Sunoo menggigit bibirnya bawahnya lalu menggeleng pelan.

Tersadar akan kebodohannya, Sunoo langsung berkata, “Tidak.”

Kenapa? Datanglah bersamaku.”

“Hah, kau yakin?” Sunoo terpekik. Kenapa lelaki itu mengajaknya? Padahal kemarin banyak manusia yang mengajaknya untuk datang bersama. Apa Sunghoon menolak semua ajakan itu? Ah, apa yang harus Sunoo katakan? Dan apa yang akan terjadi nanti jika teman-temannya yang lain melihat dirinya datang bersama Sunghoon?

Iya,” kata Sunghoon, “Satu jam tiga puluh menit lagi aku ke rumahmu.”

Lelaki itu langsung mematikan panggilan itu secara sepihak. Apa-apaan Sunghoon? Padahal dirinya belum mengiyakan jawaban lelaki itu.

[END] TRAPPED BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang