Langkah Kecil

1.6K 128 27
                                    

Shani

***

Shani menghela napas berat begitu meeting dengan salah satu brand akhirnya selesai juga. Sudah hampir 2 jam dia duduk di kursi yang sama sambil berdiskusi tentang kontrak yang lumayan besar untuk dia dan JKT48. Shani tidak sendirian. Dia datang bersama Putri dan Fritz. Mereka bahkan belum sempat makan berat selain takjil untuk berbuka.

Akhirnya Shani bisa menngadahkan kepala menghadap langit-langit kantor. Berat sekali pembahasan panjang malam ini. Dia lalu membuka ponsel. Puluhan notifikasi muncul. Semua memberikan ucapan selamat atas masuknya dia di jajaran member senbatsu single original kedua. Jujur saja, Shani sempat lupa pengumuman itu akan dilakukan malam ini.

Hal pertama yang Shani lakukan setelah itu adalah memutar video pengumuman yang sudah banyak di-share para fans di Twitter. Dia menatap serius satu persatu nama yang muncul, hingga wajah Chika ikut terpampang. Tanpa sadar Shani besorak keras, membuat Putri dan Fritz menoleh. Untung saja client mereka sudah pergi.

"Baru liat pengumuman ya?" tanya Putri.

"Iya, Kak." Wajah Shani agak memerah karena malu. Untung saja mereka tidak tau karena siapa Shani jadi bersorak begitu.

"Wah, selamat ya, Shani!" ucap Putri sambil merapikan laptop yang digunakan meeting.

"Selamat ya, Shan!" Fritz juga bersuara. "Gak papa kan, gak jadi center?"

Shani mengangkat wajah dan tersenyum lebar. "Gak papa, Kak."

"Oke. Selamat bekerja lebih giat lagi ya." Fritz dan Putri meninggalkan ruangan meeting, meninggalkan Shani sendirian yang kembali terfokus pada layar ponsel.

Shani mengangguk. "Makasih, Kak." Dia lalu mencari kontak seseorang, tapi begitu jempolnya tinggal menyentuh tombol call, Shani mengurungkan niatnya. Jarinya mengetuk-ngetuk meja di cukup lama, seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Kemudian dia mengangguk sendiri sambil berdiri, seolah sudah mendapatkan keputusan apa yang akan dia lakukan. Shani keluar kantor sambil memesan sebuah taksi online. Hatinya yang masih berbunga-bunga yang mendorong gadis ini untuk pergi ke suatu tempat.

***

"Makasih banyak, Kak Mira." Chika tersenyum pada Mira saat mereka sudah sampai di depan rumah Chika. "Mau masuk dulu gak?"

"Gak hari ini deh. Udah malem," jawab Mira yang dibalas jempolan tangan oleh Chika. "Nanti pas sampai rumah, aku mau main game dulu ya."

"Sip! Kan udah ketemu, gak sleepcall gak papa. Aku mau group call bareng Christy sama Mami Aya. Tadi mereka udah nge-chat aku pas di jalan."

Mira mengangguk-angguk. "Oke. Aku langsung pulang ya. Tidur, jangan bergadang terus."

Chika membuka pintu. "Duh, beliin Kak Mira kaca yang gede apa ya," canda Chika sambil turun dari mobil. "Makasih buat hari ini, Kak Mira. Jangan ngebut-ngebut."

Mira tersenyum. "Siap!"

Chika menutup pintu mobil, lalu menunggu mobil Mira pergi sebelum dia membuka pagar rumah. Saat Chika akan masuk pagar, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di belakangnya. Dia menoleh, berpikir mungkin Mira balik lagi karena ada sesuatu yang tertinggal. Namun bukan mobil Mira yang berhenti. Chika buru-buru masuk pagar rumah dan menutupnya, takut itu mobil penculik.

"Chika!" terdengar suara panggilan dari orang yang baru turun dari mobil itu.

Chika menengok karena tak asing dengan suaranya. "Ci Shani? Hah?" Dia membuka lagi pintu pagar. "Ci Shani nga ..." Belum sempat pertanyaannya selesai, Chika sudah dipeluk oleh Shani.

This is ChikaWhere stories live. Discover now