08

594 93 12
                                    

"Bry Lo kemana sih" gumam farell yang sedang menatap kosong keluar jendela. waktu sudah akan malam namun adiknya tak kunjung pulang sedari kemarin.

tok tok tok...

Farell langsung beranjak kearah pintu, ia membuka pintu perlahan dan terlihat seorang lelaki paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya.

"kenapa?" tanyanya tanpa basa-basi. "turun kita makan" farell pun langsung mengangguki ucapan ayahnya.

°

°

°

"nyetirnya pelan-pelan aja bisa ga sih?" Deon memutar matanya malas, Bryan sedari tadi terus saja mengoceh yang membuat telinganya sakit, entah kenapa Deon selalu terlihat salah Dimata Bryan.

"Lo jangan gatau diri gitu deh, udah untung gue boncengin pulang Lo" Bryan yang mendengar itu menatap tak suka kearah Deon, tak ikhlas sekali pikirnya.

ia terus saja mencibir Deon namun suaranya sangat dipelankan agar tak didengar oleh sang empu.

°

°

°

"udah deh gausah pegang-pegang" Deon mencoba melepaskan tangan Bryan yang sedari tadi melingkar epik di lengannya.

"pala gue pusing goblok, gue pegang Sampek kamar doang deh" Deon hanya bisa pasrah saat mendengar ucapan Bryan. tanpa disadarinya ia semakin dekat dengan adiknya itu.

"bry Lo kenapa?" Bryan beserta Deon langsung menoleh keasal suara yang tersirat kekhawatiran didalamnya.

"gapapa bang cuma lecet dikit" balas Bryan yang dibarengi dengan tawa canggung di akhir kalimat, ia bingung harus menjawab seperti apa ketika ditanyai tentang kondisinya.

"abis tawuran dia palanya bocor" mendengar itu sontak Bryan langsung memukul pelan kepala Deon, enteng sekali pemuda itu berkata hal demikian.

"enak aja Lo main nuduh-nuduh"

"nak kamu beneran gapapa?" tatapan Bryan beralih ke seorang wanita yang baru saja menanyai keadaannya.

"beneran mah, Bryan cuma pusing dikit nanti abis istirahat pasti sembuh" hati Helen menghangat tatkala mendengar jawaban lembut dari Bryan, tak seperti biasanya ia mendapat respon positif dari anaknya itu.

xibra, Alan, Deon serta farell menatap tak percaya kearah Bryan, dirasuki setan apa bocah itu pikir mereka.

"yaudah mah Bryan ke kamar dulu" pamitnya undur diri saat semua pasang mata mengarah padanya. " Lo anterin gue" ucapnya sembari menarik tangan kakak keduanya.

sesampainya di kamar Bryan langsung masuk meninggalkan Deon tanpa mengatakan sepatah katapun. "ni bocah kenapa jadi beda gini" batin Deon sembari menatap lekat pintu kamar adiknya.

sementara itu Bryan sedang kelimpungan mencari ponselnya, ia menggadah seluruh isi kamar namun tak mendapati benda pipih tersebut.

"ck siapa sih yang maling" Bryan berdecak sebal lalu keluar dari kamarnya menuju kamar kakak ketiganya, farell.

tok tok tok

pintu terbuka dan menampilkan sosok tampan dengan balutan piyama abu-abu yang terlihat sangat epik di tubuhnya. Bryan sempat terpana akibat ketampanan kakaknya itu namun dengan segera ia langsung menggelengkan kepalanya, ingat ia jauh lebih tampan.

"kenapa?" tanya farell saat Bryan tak kunjung berbicara sedari tadi. "lo liat hp gue?" tanya Bryan yang langsung mendapat anggukan dari farell.

"ada di bokap" mendengar jawaban farell membuat Bryan memasang wajah cemberut, ia belum siap berhadapan dengan ayah barunya itu. farell terkekeh gemas melihat raut wajah adiknya, oh sungguh kenapa adiknya ini sangat menggemaskan.

"kalau gitu gue ke kamar papa dulu" ucapnya lalu diangguki oleh farell. Bryan berjalan gontai menuju kamar ayahnya. ia tahu meski terkesan mengabaikan, ayah Bryan asli sebenarnya membenci anak bungsunya itu. Bryan hanya bisa maklum karena meski adalah darah dagingnya sendiri baginya Bryan tak lain adalah sumber penderitaan dari sang istri.

Bryan menatap lamat kearah pintu didepannya, ia sudah sampai di kamar ayahnya sedari tadi namun tak kunjung mengetuk pintu tersebut.

clek

Bryan tergelonjak kaget saat pintu tiba-tiba terbuka. dari balik pintu terlihat sepasang suami istri yang baru saja errr-- mungkin berkelahi?

"kalian kenapa?" tanya Bryan heran ketika melihat penampilan acak-acakan dari kedua orangtuanya itu. "Loh sayang kamu ngapain disini?" bukannya menjawab Helen malah balik bertanya sedangkan xibra memandang enggan kearah Bryan.

"Anu itu" Xibra menaikan alisnya seakan bertanya 'apa' pada anak bungsunya itu. "hp Bryan katanya ada di papa jadi Bryan mau ngambil" Helen dan xibra yang mendengar itu mengangguk-angukkan kepalanya.

Xibra pun segera mengambil ponsel Bryan dan memberikannya pada sang empu. "makasih pa, Bryan balik ke kamar dulu" ucap Bryan yang hanya dibalas deheman oleh sang ayah.

"kepala kamu udah gapapa nak?" Bryan tersebut lembut mendengar pertanyaan sang ibu, "iya mah Bryan kan kuat" Helen pun terkekeh pelan mendengar jawaban dari anaknya, Bryan benar-benar telah berubah ia berubah kearah yang lebih baik.

"lain kali jangan tawuran terus masih untung cuma kepala yang terluka" bryan merotasikan matanya, orang tua itu benar-benar pikirnya.

"terserah" ucapnya lalu langsung pergi.

°

°

°

"hallo bar?" sapa Bryan pada seseorang di telepon.

"siapa?" Bryan mendengus, kenapa orang ini tak mengenali suaranya pikir Bryan.

"ini gue Bryan orang yang udah lo pungut di jalanan"

"ohh elo"

"iya" jawab Bryan lalu hening setelahnya padahal panggilan masih menyala.

10 menit lamanya panggilan menyala namun masih tak kunjung ada yang bersuara.

"ck yang bener aja deh" kesal Bryan.

"kenapa?" Bryan menghela nafas sejenak, benar-benar orang yang tidak asik pikirnya.

"pokoknya simpen aja nomor gue, udah gitu aja bye" Bara hanya menatap datar ke arah ponselnya, setelah mengatakan itu Bryan langsung mematikan sambungan mereka, "aneh" batin bara yang masih setia menatap layar ponselnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 12, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bad StoryWhere stories live. Discover now