BAB TUJUH

2.8K 624 9
                                    

Adinia tertawa dengan sinis dan membenarkan kacamatanya yang tebal, "Tidak perlu," jawabnya kepada pria yang baru saja mengatakan ia ingin menjadi pacarnya. Pria pertama selama dua puluh delapan tahun ia hidup yang kali pertama ingin menjadi pacarnya. Gael Zachariah.

"Sejujurnya entah apa yang kupikirkan," kata Adinia kepada Gael. "Ketika—errr, malam itu aku bertemu denganmu. Pada akhirnya, aku seharusnya tahu kalau ayahku tidak akan mengubah pikirannya. Ia akan tetap membuatku menikah dengan pria bodoh yang tadi kamu lihat."

"If you don't like him, it's your choice to not choose him, Adinia," kata Gael dengan suara dalam yang tegas. "Kamu tidak perlu melakukan apapun yang orang tuamu inginkan kalau kamu tidak menginginkannya."

"It's not that easy," kata Adinia.

"It's as easy as saying yes to me when I touched you, when you slipped those fingers to your wetness, and you let me fucking taste you Adinia," kata Gael kepada Adinia dengan nada marah tapi kata-kata pria itu membuat Adinia tersipu merah memikirkan apa yang terjadi enam bulan yang lalu.

"It's not the same," kata Adinia kepada Gael. "Apa kamu tahu siapa diriku?"

"Aku tahu namamu," jawab Gael dengan jujur.

"Aku terlahir sebagai putri mahkota kerajaan Ttagiantabiantara, ayahku adalah Agreva Agnibrata," ucap Adinia kepada pria itu. "I need to marry Teran, at the end of the day."

"Tapi kamu berpikir untuk mencari pacar—aku, enam bulan lalu, apa yang berubah? Kenapa sekarang kamu menyerah? Kamu berkata kepadaku kalau kamu ingin pergi keluar dari kota ini dan hidup sendiri. Aku menawarkan diriku untuk menjadi pacarmu—jalan keluarmu, Adinia."

"..."

"..."

"Kamu pasti perlu uang," kata Adinia. "Apalagi alasanmu ingin menjadi pacarku, bukan?"

Gael mendengar kata-kata wanita itu dan merasa tersinggung. Ia tidak bisa menerima kalau ia ingin membantu Adinia karena uang. Ia tidak melakukannya untuk uang, tapi ia mengerti kenapa Adinia mungkin berpikir seperti itu. Ia adalah pria malam yang dibayar oleh para wanita untuk memuaskan kebutuhan mereka. Mungkin tidak lagi dengan Agatha Brenda, tapi sebagian besar kliennya, masih membutuhkan tubuhnya dan sebaliknya ia menginginkan uang. Jadi alasan ia tersinggung adalah karena dulu ia harus menyaksikan kakaknya...

Masa lalunya... Ia tidak ingin mengingatnya tapi malam ini Adinia membuatnya mengingat semua hal yang pernah terjadi kepada kakaknya—Calypso Luna.

"Ya, kalau itu yang akan membuatmu keluar dari masalah ini—biarkan kamu percaya kalau aku menginginkan uangmu."

"I thought so," kata Adinia meyakinkan dirinya sendiri kalau Gael melakukan semua hal ini karena uang yang akan ia berikan. "Gael—namamu benar Gael, bukan? Walaupun aku membayarmu sekarang, aku tidak akan bisa mengubah nasibku. Ayahku juga tidak akan percaya kalau aku tiba-tiba mengumumkan kepada dunia kalau kamu adalah pacarku. Tidak ada yang percaya. Look at me," kata Adinia kepada Gael.

"I'm looking at you, Adinia," balas Gael.

"If you are really looking closely, aku bukan wanita yang diinginkan siapapun. Jadi menikahi Teran membuat pria itu berpikir kalau dirinya adalah malaikat yang turun menolongku. I should thank him, dan satu-satunya cara berterima kasih kepadanya adalah menerima semua perkataan dan kata-katanya. I thought six months ago I shouldn't give up, now I don't have a choice. Aku sudah tersudut sekarang. Semua pionku habis, Gael. Jadi aku harap kamu mengerti kalau aku menolakmu—tidak membutuhkan jasamu lagi—karena aku memang tidak memiliki pilihan lagi."

Pada saat itu Gael hanya menatap wanita itu tidak tahu apa yang harus ia katakan lagi. Sesaat kemudian Adinia memegang dadanya dan membalikkan tubuhnya. "Sial," gumam wanita itu dengan pelan.

"Adinia?" tanya Gael. "Apa kamu baik-baik saja?"

Dari belakang Adinia terlihat baik-baik saja, tapi ketika Gael melihat lebih dekat, dada wanita itu terlihat naik dan turun keatas dengan cepat, seiringnya dengan napas memburu wanita itu. "Adinia?" tanya Gael. Ia mengulangi pertanyaannya lagi dan bertanya, "Apa kamu baik-baik saja?"

"Aku...." Adinia baru saja akan berjalan menjauh tapi sekarang wanita itu menunduk dan Gael dengan cepat memegang bahunya dan memutar tubuhnya sehingga ia bisa menghadap wanita itu. Gael melihat wanita itu kesulitan bernapas dan memegang dada kirinya dengan erat.

"Aku...." bisik wanita itu.

"Apa yang kamu perlukan?" tanya Gael kepada Adinia. "Kita ke rumah sakit."

"Obatku," gumam Adinia.

"Obatmu? Dimana obatmu? Ya, Tuhan, tubuhnya bergemetar hebat dan kamu terlihat tidak bisa bernapas, Adinia. Mana obatmu?" tanya Gael dengan tegas.

"Aku tidak tahu," Adinia mencoba berpikir tapi ia tidak mengingat dimana ia terakhir kali memegang tas tangannya. Sial, pikir Adinia setelah ia dengan cepat mengingat kalau ia meninggalkan tas tangannya di mobil Teran. "Ada... di mobil Teran."

Gael memikirkan kemungkinan ia kembali ke ruang dansa, meminta Teran untuk keluar dan ke mobilnya untuk membawakan obat Adinia—kemungkinan yang mungkin akan membuat Adinia mati. Entah apa yang sedang terjadi kepada wanita itu, tapi ia tahu kalau ia tidak bergerak sekarang dengan cepat, mungkin ia telah membahayakan nyawa Adinia. "Kita ke rumah sakit terdekat sekarang. I know it's not ideal, but let's go. Aku akan menggendongmu. Tapi sebelum aku melakukan itu, apa kamu bisa menjawabku, Adinia—apa ini? Kamu sakit apa?"

"Jantungku.... Aku sakit jantung."

Gael mengangguk dan perlahan menggendong wanita itu. "You got me, let's go.

Be Careful, It's My Heart | Red Series no. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang