BAB EMPAT

5.4K 676 31
                                    

Gael memanjakan jari-jari Adinia di bibirnya dan mengulumnya seperti ia sedang memakan permen manis. Wangi mawar itu terbawa ke dalam mulutnya dan ia sangat yakin pada saat itu pertahanan dirinya telah runtuh sepenuhnya. Ia harus mengklaim Adinia dan memilikinya. Pemikirkan yang sangat mengganggu dirinya karena sebelumnya ia tidak pernah menginginkan seorang wanita lebih daripada sekarang.

Wanita itu menatapnya dengan mata berbinar, "Apa ini yang harus kulakukan ketika menyentuh tubuhku?"

Gael mengangguk dan ia mengeluarkan jari-jari wanita itu yang sekarang basah dari mulutnya. "Lick it," Gael memerintahkannya. "Jari-jarimu masukkan ke dalam mulutmu, terutama jari tengah dan manismu, Adinia."

"Oh, kenapa?" tanya Adinia dengan polos.

Gael tersenyum, pertanyaan wanita itu belum pernah ditanyakan oleh kliennya yang lain. Tentu saja menjelaskan adalah hal yang baru bagi Gael. "Karena dua jari itu yang akan kamu gunakan untuk menyentuh dirimu sendiri, Adinia."

"Oh, oh, baiklah," kata Adinia yang menuruti perintah Gael. Ia memasukkan jari-jarinya yang sudah basah dan mulai mengulumnya. Gael menatap gerakan wanita itu yang biasa saja tapi sangat erotis baginya. Sial! Apapun yang wanita itu lakukan membuatnya semakin mengeras dibawah sana.

"That's enough," kata Gael mengambil alih—ya, ia haru smengambil alih.

Adinia mengeluarkan jari-jarinya yang semakin basah dari mulutnya dan menunggu perintah Gael selanjutnya. "Aku akan membuka celanamu sekarang, Adinia."

Ia membaca tatapan wanita itu yang khawatir dan Gael menyadari sekali lagi Adinia takut akan bentuk tubuhnya. "Hanya kancing celana jinsmu saja, bagaimana?"

Adinia menggigit bibirnya dan mengangguk. "Baiklah."

"Again, you can stop me anytime, understand?" tanya Gael.

Adinia mengangguk dan Gael perlahan-lahan menurunkan tangannya ke depan kancing celana jins wanita itu. Ia lalu membukanya dengan mudah dan matanya kembali ke mata wanita itu. "Masukkan jari-jarimu ke dalam celana dalammu, Adinia."

"Ke bawah sana?" tanya Adinia.

Gael mengecup bibir wanita itu dan berbisik diatasnya, "Ya, lakukan sekarang selagi basah. Lalu tekankan jari tengah dan manismu tepat diatas klitorismu."

"Dimana?" Adinia bertanya tidak yakin ia mengerti dengan maksud pria itu.

"Klitorimu, Adinia. Here, let me guide you," Gael membawa jari-jari wanita itu ke bawah celananya jinsnya yang terbuka dan memasukkannya ke dalam celana dalam. Lalu Gael memosisikan jari-jari Adinia tepat diatas titik sensitif wanita itu. "Here."

"Aku.... Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini."

"Jari tengah dan manismu, gerakan perlahan-lahan, dengan arah berputar," kata Gael kepada Adinia.

"Hmmm, like this?" tanya Adinia dan Gael melihat jari-jari itu bergerak. Sangat erotis, sialan!

"Ya," kata Gael. Entah kenapa suaranya begitu parau dan dalam ketika ia menjawab wanita itu. Gael lalu berkata, "Tekankan lebih lagi. Sampai kamu merasakan kenikmatan dalam menyentuh dirimu sendiri."

Adinia mengangguk dan ia merasakan wanita itu menggerakan jari-jarinya sekali lagi. "Apa kamu merasakannya?" tanya Gael kepada Adinia.

"Ya," dan jawaban wanita itu diikuti oleh erangan yang membuat Gael tersenyum.

"Kamu menikmatinya bukan? Menyentuh dirimu sendiri seperti ini dan aku melihatmu selagi melakukannya?" tanya Gael.

"Ya, ya, ya, Tuhan," kata Adinia yang mulai merasakan kenikmatan tubuhnya sendiri.

"Touch yourself and let me watch," kata Gael. "Percepat iramanya, tekan lebih dalam dan buat dirimu melayang, Adinia."

Adinia melakukan apa yang Gael minta. Ia mempercepat gerakannya dan ia menekan jari-jarinya diatas klitorisnya yang membengkak. "Ak-Aku...."

"What do you want?"

"Ak-Aku...." Adinia mengerutkan dahinya. Ia tidak bisa berhenti. Tapi ia tidak yakin kenikmatan ini seharusnya berlanjut. Ia merasa seperti akan terjatuh dari awan tinggi tapi ia tidak tahu kalau ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri. "Ahhh...." Erangan dari bibir Adinia keluar dan pipinya memerah.

"Look at you," kata Gael yang sekarang mencium bibirnya sehingga erangan itu tertutupi bibir pria itu. "You're close, Adinia."

"Aku tidak bisa berhenti," kata Adinia.

"Good," bisik Gael yang sekarang sudah menggigit cupingnya. "Faster Adinia. I need to see you come for me."

Pada detik berikutnya Adinia lepas kendali. Ia melayang tapi tidak jatuh. Sekujur tubuhnya bergemetar terutama di daerah selangkangannya. Ia berteriak dan Gael menggunakan kesempatan itu untuk mencium bibirnya. Adinia menggigit bibir bawah Gael untuk mencoba melepaskan sensasi tubuhnya yang tidak kunjung berhenti tapi hal itu tidak berguna. "You came, good girl."

"Ap-Apa itu?" tanya Adinia. Ia menarik jari-jarinya keluar dari celana dalamnya dan Gael menahan tangannya dengan memegang pergelangannya. Sekali lagi Gael membawa jari-jari wanita itu ke bibirnya dan ia berkata, "Can I taste your wetness?"

Adinia mengangguk dan jari-jarinya yang baru saja memuaskan dirinya sendiri sekarang dikulum pria itu. "Orang Perancis mengatakannya sebagai kematian kecil—la petite mort—ketika kita merasakan orgasme, Adinia. You're fucking sweet. The taste of you is wild, Adinia."

Lalu pria itu melepaskannya tiba-tiba dan tubuh pria itu yang berada dibawah tubuhnya sekarang turun dari ranjang. "Ada apa?" tanya Adinia.

Gael membalikkan tubuhnya dan ia menatap dirinya sendiri. Ia membasahi dirinya sendiri. Celananya menjadi basah dan untuk kali pertama ia kehilangan kendali dirinya sendiri. "Aku harus membersihkan diriku sendiri," gumam Gael yang berjalan ke kamar mandi.

"Oh, apa kamu baik-baik saja?"

Tidak! Pikir Gael.

Be Careful, It's My Heart | Red Series no. 2Where stories live. Discover now