part 13

1.3K 94 10
                                    

Pagi-pagi buta Nares sudah nongkrong di bawah pohon jengkol dengan wajah yang muram.

Mpok Kunthi yang saat itu asik nongkrong di salah satu cabangnya menunduk dan menatap Nares sembari mengayun kakinya. Anak bajangnya bermain-main di sekitar kebon seraya hilir mudik berlarian ke arah pemakaman bersama arwah-arwah bayi yang lain.

"Tong! jangan lari-lari Lu! ntar jatoh!" teriak Mpok Kunthi yang berambut berantakan saat anak kesayangannya hampir saja terperosok masuk lubang kuburan yang menganga.

Si bocah plontos serupa tuyul tapi dengan wajah menyeramkan itu hanya mengangguk dan kembali bermain bersama arwah anak kecil yang lain.

"Biarin aja la Mpok, jangan teriak-teriak, berisik," keluh Nares yang saat itu menghela napas dalam dan memeluk kakinya yang tertekuk.

"Lu nape, Tong. Sedari tadi Mpok perhatiin bibir Lu manyun terus. Kehabisan sajen, Lu?" Mpok Kunthi cekikikan seraya menggerak-gerakkan kakinya.

"Hmmh, Mpok. Nares ga sengaja nyium cewek ntu tadi. Seriusan, ga sengaja. Kayaknya marah, Mpok," adu Nares dengan wajah yang tertekuk, sedih.

" Halah, ga marah ntu. Cuma malu doang. Lagian Lu, Res, segitu doang dah manyun. Makanya jangan kelamaan jomblo Lu, biar tahu pacaran itu asiknya gimane,"

"Tuh sama Neng Poci, kasihan, semenjak Lu jarang nongkrong di mari, Neng Poci kelihatannya sedih," tutur Mpok Kunthi sembari menunjuk ke arah pocong yang duduk di batu nisan tak jauh dari mereka.

"Kok malah Nares, Mpok? kan bukan salah Nares lah," kilah Nares, tak terima karena di salahkan.

"Dasar hantu ga peka Lu, Res. Neng poci itu suka, cinte ma elu. Nah, elu malah cuek,"

"Mpokkk, Nares ga suka. Neng poci kalau pakai bedak ketebelan. Putih segala muka, trus kenapa sih matanya itu hitam. Kan jadi seram. Kek Mpok Kunthi,"

Plakkk!

Mendengar ucapan Nares sontak kuntilanak berambut panjang yang tergerai sampai ke mata kaki itu melayang ke arah Nares dan menggeplak kepala hantu tampan berwajah oppa Korea itu.

"Aduh, Mpok, tega bener, dah. Main fisik ini!" keluh Nares seraya menggosok kepalanya yang sakit.

"Lu kira kita hantu mau punya muka putih begini? ini udah dari sononya. Lu aja juga putih, cuma menang Lu ganteng doang,"

"Percuma, Mpok. Nares lagi bucin sama cewek di kosan ntu. Jadi cewek-cewek hantu cakep seperti Fatimeh dan Poci mana masuk hitungan," tiba-tiba saja Fatimeh sudah nangkring di cabang pohon jengkol.

"Apaan sih, Lu. Ikut-ikutan bae," Nares berdecak kesal. Ia pun bangkit dan terbang melayang, meninggalkan Fatimeh dan Mpok Kunthi.

"Lha, Nares pulang?"

"Yoi, Mpok. Mana bisa dia jauh-jauh dari tu cewek. Fatimeh mo nyusul, Mpok. Bye-bye,"

Dan, lagi-lagi Mpok Kunthi ditinggal pergi. Kuntilanak itu pun terbang ke arah pekuburan dan duduk bersama Poci yang saat itu masih terlihat sedih .

"Sabar, ye, Neng. Cinta memang tak harus memiliki,"

Neng poci yang di ajak bicara hanya mengangguk dan menatap sendu ke arah hantu tampan yang saat itu terbang melayang, menembus langit biru dan sekejap mata hilang dari pandangan.

***

"Apa yang Bang Rendra lakukan?" tanya Nara heran.

"Aku ....,"

"Aku ingin berbicara serius padamu, Nara," ujar Rendra dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Berbicara tentang apa, Bang? silahkan Abang duduk dulu," tawar Nara seraya menunjukkan karpet hijau yang terbentang di lantai tak jauh dari ranjangnya.

My Handsome GhostWhere stories live. Discover now