part 5

3.2K 134 0
                                    

Saat Nara mendekat ke jendela tiba-tiba angin kembali menerpa wajahnya dengan kencang.

Mata Nara semakin awas menyusuri sekitar saat wajahnya kini berada tepat di ambang jendela.

Kilatan cahaya menyinari taman samping rumah yang penuh dengan bunga-bunga, taman bunga yang jika malam menjadi gelap karena tidak ada lampu penerangan di sekitarnya itu tampak menakutkan bagi Nara.

Jder!

Mata Nara tiba-tiba membulat saat kilatan cahaya menciptakan sosok  laki-laki sedang berdiri diantara rumpunan bunga hydragea sedang menatap ke arahnya.

Seketika tubuh gadis  itu membeku, menatap lurus ke arah rimbunan bunga dengan mata yang melotot tanpa kedipan sedikitpun.

Degup jantung yang bergemuruh saat mengetahui ada seseorang yang saat ini sedang mengawasinya.

Untuk beberapa saat gadis itu diam seribu bahasa tanpa pergerakan, tapi ketika kilatan cahaya susulan kembali menyinari taman di samping rumah, sosok itu sudah tidak tampak.

Nara langsung tersadar dan beberapa kali mengucek matanya, ia lalu bergegas menutup daun jendela dan menguncinya.

Brakk!

"Halusinasi, atau memang tempat ini berhantu?" gumam Nara putus asa.

Dengan kaki yang masih gemetar Nara menuju ke ranjang dan meraih ponselnya.

Nara lalu melihat pesan yang sejak tadi ia abaikan. Pesan dari Brian, kekasihnya.

Kata-kata umpatan keluar dari ketikan Brian. Membuat gadis itu kembali menitikan air matanya, sakit hati dan bimbang.

[Kemana saja Kau jal*ng! bisa-bisanya pindah kosan tanpa mengabariku. Apa kau mau video kita tersebar?]

Tubuh gadis itu luruh ke lantai. Air matanya menggenang di kedua pelupuk matanya.

Benar-benar merasa bodoh dan berada di titik terendah. Bagaimana jika Brian melakukan ancamannya? dan video itu tersebar luas di dunia maya?

Sudah pasti ia akan didepak dari perguruan tinggi yang saat ini menjadi tempatnya menimba ilmu dan kedua orang tuanya akan semakin terpuruk. Apa kata orang nantinya?

Berbagai pertanyaan silih berganti memenuhi pikiran Nara. Dengan tubuh yang lemas, rasa ketakutan yang kian merajainya, dan juga pikiran-pikiran buruk tentang dirinya, membuat Nara lemah.

Energinya terkuras habis. Gadis cantik yang di terpa banyak masalah itu menangis dengan tubuh yang meringkuk, dan tanpa ia sadari matanya memejam, ia pun tertidur dalam kesedihan.

***
Sosok bertubuh tinggi itu menatap iba gadis yang saat itu tertidur di lantai keramik yang dingin.

Ia menyentuh kepala si gadis, merasakan panas yang menjalar dari keningnya.

"Gadis ini demam," lirihnya.

Merasa bersalah dan kasihan, tubuh transparan itu perlahan menjadi solid, membentuk tubuh laki-laki tinggi dengan tubuh tegap dan dada yang bidang.

Tangan yang berwarna putih pucat itu menjulur ke tubuh Nara, menyelusup di pinggang dan juga antara bahu dan leher.

Sosok itu mengangkat tubuh Nara perlahan. Merasakan tubuhnya diangkat, Nara yang sangat lemah membuka matanya dan menatap sekilas wajah tampan dengan mata berwarna coklat muda dan hidung mancung dengan bibir tipis menawan, sebelum ia kembali diliputi kegelapan yang sangat pekat.

***

POV Nara.

Darahku berdesir saat sesuatu seperti mengangkat tubuhku. Mati-matian Aku ingin membuka mata, karena tubuh yang sangat lemah ini, jangankan untuk menggerakkan tubuhku, membuka mata pun aku sulit.

My Handsome GhostWhere stories live. Discover now