25: Teman II

54 8 6
                                    

"abang.." gue berjalan memasuki kamar Soobin. "Ryujin mau min-"

"huwaaa..."

Gue melihat Soobin menangis. Dia menggigit bawah bibirnya sambil menatap sedih kearah gue.

Soobin menegakkan tubuhnya dan menghampiri gue. Ia memeluk gue dan mengusap kepala gue lembut.

"abang kenapa?"

"abang sedih.. habis nonton anime."

Yaampun, cuma gara-gara anime doang dia nangis berasa kayak abis diputusin pacar.

"bang itu cuma anime."

"tapi ceritanya sedih." Soobin melihat wajah gue yang kebingungan lalu memeluk gue lagi. "huwaaa sedih bangettt..."

Lebay banget.

"emang ceritanya tentang apa?"

"adek mau liat?" matanya berbinar saat gue bertanya. kayaknya dia emang sengaja ngajak gue biar nonton anime bareng.

"bilang aja judulnya, nanti adek nonton sendiri di kamar."

"A-aa~ ayo nonton bareng abang. Sini-sini." Tubuh gue didudukkan di kasur lalu dihadapkan ke depan laptopnya. Soobin duduk disamping gue dan mulai memutar anime yang ditontonnya lagi.

"bang gue mau pinjem gunting." Sergah gue sebelum opening anime ini selesai. tapi Soobin gak pernah nanggepin gue. Dia fokus banget ngenalin karakter-karakter di anime biar gue paham.

"bang... denger gue gak?"

Soobin ngusap kepala gue lalu ngelurusin pandangan gue biar fokus nonton. "abang pinjemin setelah nonton. Temenin abang dulu nonton. Sekarang mereka udah besar.."

Gue menyimak adegan dimana sang tokoh utama laki-laki ketemu lagi dengan tokoh utama perempuan di SMA setelah ucapan menyakitkan itu. tapi bagaimnapun si tokoh laki-laki ini tidak pernah membenci apa yang dikatakan tokoh perempuan itu dulu. Padahal kalau itu aku, aku pasti terluka berat ketika dikatakan sebagai anak pembawa sial dan lebih baik menghilang.

Kontras dengan pemikiran abang gue yang polos, dia malah menangisi keputusan tokoh laki-laki itu. Dia pikir itu adalah suatu keputusan yang sulit namun sang tokoh utama tetap memilihnya. Dia sangat mengapresiasi keberaniannya.

Dan satu episode berakhir.

Abang gue udah banjir air mata. "adek huwaaa..." lagi-lagi dia memeluk gue saking sedihnya ngeliat scene terakhir dimana si tokoh utama perempuan mengetahui ketulusannya.

TOK! TOK! TOK!

Pintu dibuka. "Hei, Choi Soobin berhenti nangis. Kuping gue panas nih dengerin tangisan lo!" omel Yeonjun dari kamar sebelah. Agaknya dia terkejut pas gue lagi pelukan sama Soobin.

"jangan bilang lo juga ikutan?"

"Abang..." Soobin kini beranjak dari tempat tidur lalu memeluk Yeonjun. "gimana ini. gimana perasaan Natsume yang selalu ditinggalkan. Natsume kasihan..."

Natsume itu nama si tokoh laki-laki.

"Bin.. lepas, gue engap pelukan sama lo."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Three BrotherWhere stories live. Discover now