Chapter 3 " Mutasi Genetik"

18 9 0
                                    

Ajisaka merasa putus asa saat menyadari betapa lemahnya dirinya. meskipun dia berjanji kepada ibunya untuk melindungi adiknya, namun kenyataannya ia tak mampu menyelamatkan Binar dari cengkeraman pria berambut coklat. rasa malu dan kekecewaan memenuhi hatinya, membuatnya terdiam dan tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Dalam keheningan itu, Yuki, gadis berambut biru yang sebelumnya berdiri di sudut ruangan, tiba-tiba berbicara dengan nada yang centil, "wajahmu imut ketika kau marah, hehe. ngomong-ngomong, sejak kapan kau ada di bunker ini?"

Ajisaka hanya diam dan menatap gadis itu dengan penuh benci, sementara Binar terus menangis karena masih trauma dengan kejadian yang baru saja dialaminya.Pria berambut coklat yang sebelumnya mencengkeram Binar dengan kasar, kini berbicara, "Yuki, sudah cukup bermain-main. ayo selesaikan ini dan pergi dari sini."

Namun, Yuki sepertinya tidak ingin berhenti mengganggu Ajisaka. ia jongkok di depan Ajisaka dan memegang dagu laki-laki itu, "apa ya, kamu ingin adikmu diapakan? mungkin kita bisa menjadikannya stok makanan?"

Ajisaka semakin marah mendengar perkataan Yuki. ekspresinya semakin menakutkan dan Yuki semakin kegirangan melihat reaksi laki-laki itu, "hahaha, lihat dirimu sangat memalukan. ahh.. kenapa aku sangat bahagia saat ini!" kata Yuki sambil tertawa dengan senyum yang menyeramkan.

Namun, tiba-tiba terdengar suara "doorrrr" dan Ajisaka merasakan nyeri di kakinya. Yuki menembakan pistolnya ke arah kaki Ajisaka, membuatnya berteriak dan meringis kesakitan. Melihat kakaknya tertembak, amarah Binar memuncak. rambutnya yang awalnya hitam, perlahan-lahan berubah menjadi putih dan terangkat seperti ada angin yang menerpanya dari bawah. bola matanya juga berubah warna menjadi putih bercahaya.

Binar melepaskan diri dari cengkeraman pria berambut coklat berkat gelombang kejut yang ia keluarkan, sehingga pria itu terlempar dan menghantam sebuah lemari yang ada di belakangnya. darah segar keluar dari mulutnya karena benturan yang ia alami.Ajisaka merintih kesakitan sambil memegang kaki yang tertembak, sedangkan Binar kini terlihat sangat ganas dan mematikan dengan mata yang bercahaya putih. Yuki yang tadinya bersenang-senang, kini terlihat sangat gugup, gusar akan apa yang terjadi selanjutnya.


"Kau akan merasakan apa yang kau lakukan pada kakakku!" teriak Binar dengan suara yang bergetar dan tajam.

Binar lalu melompat menuju Yuki dengan cepat, ia menyerang dengan sebuah tendangan yang cukup kuat sehingga Yuki terpental beberapa meter dan jatuh ke dinding bunker. Yuki terlihat sangat lemah dan tidak berdaya, sedangkan Binar masih terus menyerang dengan gerakan-gerakan cepat dan akurat.

Ajisaka yang sedari tadi menahan sakit ia cuma kebingungan tentang apa yang terjadi kepada Binar. Ia terus memanggilnya agar Binar menghentikan apa yang ia lakukan, ia khawatir kepadanya karena yang ia lihat sekarang bukanlah Binar yang ia kenal. tapi dilain sisi Ajisaka sangat bersyukur dan berharap Binar mengalahkan semua penyusup itu.

Melihat Yuki kini sedang terpojok karena serangan Binar yang membabi buta, Nad berlari dengan cepat dan menendang Binar hingga ia terlempar mangehantam tembok.

" Apa kau baik-baik saja?" Tanya Nad ke Yuki yang kewalahan menghadapi Binar.

Yuki mengusap darah yang ada di mulutnya dan berkata " Yup, aku tak tau kalo dia juga mengalami mutasi genetik "

Binar yang sudah bangkit hanya menatap mereka dengan amarah yang meluap-luap. Ajisaka tahu bahwa Binar sekarang bukanlah Binar yang ia kenal karena ia bertarung tanpa sadar dan membabi buta dengan senyum yang menakutkan " Binar, sudah cukup. Hentikan !! Teriak Ajisaka.

" Sudah ku bilang jangan main-main, sekarang jadi lebih merepotkan" balas Nad ke Yuk.

"Iya iya, ayo kita sekarang kita selesaikan" jawab Yuki sambil mengikat rambutnya.

Lalu mereka berdua menghampiri Binar untuk melawannya dan tanpa disangka rambut mereka perlahan berubah menjadi putih sama seperti Binar namun mata mereka tak berubah. Dan menyerang Binar secara bersamaan.

Binar dengan penuh amarah mengambil posisi defensif, sambil menatap tajam Nad dan Yuki. Kedua lawannya bergerak maju, masing-masing dengan senjata mereka.

Nad memegang sangkur dengan tangannya yang kuat dan memulai serangan dengan menebas ke arah Binar. Namun Binar berhasil menghindar dengan gerakan cepat ke belakang, dan segera membalas dengan serangan balik menggunakan tinjunya.

Yuki, yang berada di belakang Nad, mengambil kesempatan untuk menembak Binar dengan pistolnya. Namun Binar dengan refleks cepat berhasil menghindar dan menyerang Yuki dengan serangan berturut-turut menggunakan tinjunya.

Nad kembali menyerang Binar dengan menebas dari arah lain, tetapi Binar sekali lagi berhasil menghindar dan menyerang balik. Pertarungan mereka terus berlanjut dengan serangan dan bela diri yang cepat dan gesit.

Namun, ketika Nad dan Yuki sudah hampir berhasil membunuh Binar, tiba-tiba seorang pria muncul dan memukul tengkuk Binar hingga ia tidak sadarkan diri dan dengan cepat menahan kedua tangan Nad dan Yuki. "Cukup!" seru Pria itu, "Kalian mau membunuh anak kecil?". "Kamu berdua tidak boleh membunuhnya. Kita harus membawanya ke markas untuk mempelajari lebih lanjut tentang kemampuannya."

Nad dan Yuki mengangguk patuh dan membantu membawa Binar dan Ajisaka ke markas pasukan revolusi.

Ajisaka yang kebingungan dan marah melihat rencana Jack untuk membawa adiknya, Binar. Namun, karena banyak darah yang dikeluarkan ia tak sadarkan diri, Ajisaka tidak dapat melakukan apa-apa untuk menghentikan mereka.

"Kenapa kalian harus membawa adikku? Apa yang kalian lakukan padanya?" tanya Ajisaka dengan suara yang meninggi.

Jack memandang Ajisaka dengan tatapan yang tenang, "Kami harus membawa Binar karena kemampuan mutasi genetiknya sangat langka dan berharga bagi pasukan revolusi kami. Kami ingin mempelajari lebih lanjut tentang kemampuan ini ".

Ajisaka masih marah dan kebingungan, namun dia juga merasa takut dengan kekuatan dan niat buruk pasukan revolusi tersebut. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, namun dia berjanji akan melakukan segalanya untuk menyelamatkan adiknya dari tangan mereka.

Namun rasa sakit yang sangat hebat membuatnya tidak mampu berdiri dengan tegak lagi. Darah segar mulai mengucur keluar dari luka tembak di kakinya yang terlihat semakin parah. Ajisaka berusaha untuk tetap tenang dan menghentikan perdarahan dengan cara menekan luka dengan tangan dan kain yang ia miliki. Namun, setiap kali ia melepaskan tekanannya, darah terus mengalir deras.Tubuhnya mulai terasa lemah, dan penglihatannya menjadi kabur. Meskipun ia mencoba untuk berdiri dan berjalan, namun ia tidak mampu melakukannya. Hingga akhirnya, Ajisaka jatuh ke lantai dan kehilangan kesadaran.

Setelah Ajisaka kehilangan kesadaran, Jack memerintahkan anak buahnya untuk segera membawanya ke dalam markas pasukan revolusi. Di dalam markas, terdapat tim medis yang siap menangani luka-luka dan kondisi medis para anggota pasukan.

***

Setelah sadar, Ajisaka merasa bingung dan panik. Ia mencoba bangkit dari tempat tidurnya, namun medis yang merawatnya menghalangi dan memintanya untuk tenang.

"Apa yang terjadi pada adikku? Di mana dia?" tanya Ajisaka dengan nada khawatir.

Jack yang ada di dekatnya mencoba menenangkan Ajisaka dan menjawab pertanyaannya, "Tenanglah, Adikmu dalam keadaan aman. Kami sedang merawatnya dan memastikan ia mendapat perawatan yang tepat. Aku adalah Jack, pemimpin dari pasukan revolusi."

Ajisaka menatap Jack dengan wajah bingung dan bertanya, "Pasukan revolusi? Aku tidak tahu apa itu. Kenapa kalian membawa adikku dan aku ke sini? Apa yang kalian inginkan?"

Jack mencoba menjelaskan situasinya kepada Ajisaka, "Kami membawa kalian berdua karena kami ingin melindungi kalian dari NWO . Adikmu memiliki kemampuan langka yang sangat berharga bagi perjuangan kami. Kami tidak ingin jika NWO mengambil adikmu dan melakukan sesuatu yang buruk kepadanya, Kami tidak akan menyakiti kalian, kami hanya ingin kalian bergabung bersama kami dalam perjuangan melawan pemerintah."

Ajisaka masih merasa bingung dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia sempat berontak dan bertanya kepada Jack, "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kalian bisa melawan pemerintah?"

Jack tersenyum dan menjawab dengan tegas, "Saya adalah pemimpin pasukan revolusi, kami adalah orang-orang yang tidak puas dengan keadaan yang ada dan ingin mengubahnya menjadi lebih baik. Kami berjuang melawan pemerintahan ini dan mencoba memberikan keadilan bagi semua orang dan mengembalikan dunia seperti sedia kala."

Setelah mendengar penjelasan dari Jack, Ajisaka terlihat semakin bingung dan kaget. Ia tidak pernah mendengar tentang NWO atau perang nuklir yang terjadi. Selama empat tahun terakhir, ia dan adiknya hanya hidup di dalam bunker dan tidak pernah berhubungan dengan dunia luar.

Ajisaka bertanya dengan heran, "Perang nuklir? NWO? Saya tidak pernah mendengar tentang hal itu. Bagaimana bisa terjadi?"

Jack menjawab dengan serius, "Ya, perang nuklir terjadi kurang lima tahun lalu, dan NWO muncul sebagai pemerintahan baru setelah itu. Mereka mengendalikan segala hal, mulai dari politik, ekonomi, hingga teknologi. Kami ingin menggulingkan mereka dan mengembalikan kebebasan dan keadilan bagi rakyat."

Ajisaka merasa semakin kaget dan bingung. Ia tidak pernah membayangkan bahwa dunia yang ia kenal selama ini telah berubah sedemikian rupa. Namun, ia juga merasa tertarik dengan tujuan pasukan revolusi dan ingin membantu mereka. Ia bertanya pada Jack, "Bagaimana saya bisa membantu kalian?"

Jack tersenyum dan berkata, "Kami membutuhkan orang-orang seperti kamu, yang memiliki kemampuan dan tekad untuk melawan kezaliman. Kamu bisa bergabung dengan pasukan revolusi kami dan berjuang bersama kami untuk membebaskan dunia ini dari NWO."

Setelah Jack memberikan penjelasan kepada Ajisaka, ia melihat bahwa Ajisaka masih terlihat lemah dan pingsan. Jack segera memanggil tim medis untuk menangani Ajisaka dan membawanya ke ruangan perawatan yang disediakan di markas pasukan revolusi.

*

Ajisaka kembali sadar beberapa jam kemudian, merasa masih lemah dan sakit. Dia mencoba untuk bangkit, namun merasa tak mampu berdiri. Ia melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa ia berada di sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang medis, dengan peralatan medis yang terpasang di sekitarnya.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Jack masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Jack dengan ramah.

Ajisaka mengangguk lemah, "Masih sakit," jawabnya pelan.

"Kamu harus beristirahat dan pulih betul-betul," ujar Jack, "Kamu beruntung karena sudah selamat dari peluru Yuki yang mengandung Racun. Saat ini, kamu berada di markas pasukan revolusi."

Ajisaka terdiam, merasa semakin bingung dan takut. Ia mencoba untuk berbicara, namun suaranya terdengar parau dan lemah, "Kenapa kalian ingin menggulingkan pemerintah?"

Jack menjawab dengan tegas, "Pemerintah yang ada sekarang adalah NWO. Mereka bertanggung jawab atas perang nuklir yang menghancurkan seluruh dunia. Pasukan revolusi berusaha untuk membangun kembali dunia yang lebih baik dan adil, dan melawan kekuasaan NWO yang korup."

Saat itu, pintu ruangan terbuka kembali dan seorang anggota pasukan revolusi masuk membawa makanan. "Ini untukmu," ujar anggota pasukan revolusi dengan ramah, "Kamu harus makan agar bisa cepat pulih."

Ajisaka menerima makanan itu dengan rasa terima kasih dan menghabiskannya dengan cepat. Setelah selesai makan, ia bertanya pada Jack, "Bagaimana dengan adikku?"

Jack tersenyum, "Dia sedang makan bersama anggota pasukan revolusi lainnya. Dia dalam kondisi baik-baik saja dan aman di sini."

Ajisaka merasa lega mendengar kabar tentang adiknya. Ia mulai merasa tenang dan siap untuk pulih sepenuhnya. Namun, ia masih merasa bingung dan ingin tahu lebih banyak tentang pasukan revolusi dan tujuan mereka.
**
Ajisaka berjalan keluar ruangan dengan langkah yang pincang. Luka tembak yang dideritanya masih terasa sakit, namun ia merasa lebih baik setelah beristirahat beberapa waktu. Matanya terpaku ke arah langit, menatap keindahan awan yang berarak di angkasa. Selama hampir empat tahun terakhir, ia hanya melihat tembok bunker yang suram dan berlumut, jadi pemandangan yang ia lihat sekarang benar-benar tak biasa. Di sekitarnya, ia melihat banyak orang yang lalu lalang di markas pasukan revolusi, dan itu mengingatkannya pada masa lalu, ketika hidup masih damai dan penuh tawa.
Ia terus berjalan, menelusuri lorong-lorong yang dipenuhi orang-orang yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Hati Ajisaka merasa hangat ketika melihat adiknya, Binar, yang sedang bermain bersama teman-teman barunya. Selama bertahun-tahun di dalam bunker, hanya ia dan Binar yang hidup bersama, jadi ketika adiknya berkata ingin punya teman, Ajisaka sangat bahagia ketika Binar bertemu dengan teman-teman baru yang menyenangkan.
Binar melihat Ajisaka yang sedang menatapnya dengan senyuman. Lalu Binar berteriak memanggilnya dan berlalri menghampiri Ajisaka “ Kakak!!”.
“Lihat kak, sekarang aku punya banyak sekali teman. Ini namanya Toby, yang ini Rara dan yang ini Bams” Binar menunjuk teman-temannya dengan kegirangan.”
Ajisaka tersenyum ketika melihat Binar yang sangat antusias. "Lanjutkan mainmu, Bin. Kamu pasti senang banget ya," kata Ajisaka dengan suara lembut.

Binar tertawa dan berlari kembali ke teman-temannya yang sedang bermain. Ajisaka lalu dihampiri oleh Jack, seorang anggota pasukan revolusi yang telah merawat Binar dengan baik selama Ajisaka beristirahat.

“Bukankah dia sekarang terlihat lebih bahagia??”. Kata Jack sembari menepuk pundak Ajisaka
Ajisaka menoleh kearah Jack lalu membalas “ iya.. aku bersyukur datang ketempat ini. Dan aku berterima kasih kepadamu karena sudah menjaga adikku dengan baik”.

“Itu sudah kewajiban kami. Dan aku salut kepada kalian karena sudah bertahan tanpa orang dewasa didalam bunker untuk waktu yang cukup lama” Jack berkata dengan penuh hormat.

“apa kau bisa ikut keruanganku??” sambung Jack

“Baiklah,, dan tolong jelaskan kepadaku semua yang kalian tahu.” Balas Ajisaka.

*

Binar (Hiatus)Where stories live. Discover now