Chapter 2 " Siapa?"

37 15 2
                                    

***

Ajisaka dan Binar sangat terpukul ketika mereka menyadari bahwa ibu mereka telah meninggal dunia. Mereka merasa kesepian dan kehilangan, terlebih lagi mereka masih berada di dalam bunker dan tidak dapat keluar karena diluar bunker lingkungan masih tercemar, mau tidak mau mereka harus bertahan sedikit lebih lama agar lingkungan sedikit jadi lebih baik. Meskipun mereka merasa takut dan sedih, mereka mencoba untuk tetap bersemangat dan saling menopang satu sama lain.

"Kak, Mama sudah tidak ada lagi ya?" tanya Binar dengan suara pelan.

Ajisaka mengangguk sedih, "Ya, Binar. Mama sudah pergi ke tempat yang lebih baik."

Binar menatap ke arah dinding bunker, lalu menatap kembali ke Ajisaka dengan mata berkaca-kaca, "Kita harus bagaimana, Kak? Kita mau keluar dari sini tapi kita tidak bisa."

Ajisaka mengambil napas panjang, "Kita harus tetap sabar, Binar. Kita harus bisa bertahan hidup di sini sampai kondisi di luar membaik. Mama pasti ingin kita kuat dan tetap bersemangat."

"Mama pasti akan selalu menjaga kita dari tempat yang lebih baik, kan Kak?" ucap Binar sambil mencubit tangan Ajisaka.

Ajisaka mengelus kepala adiknya, "Ya, pasti. Mama selalu sayang sama kita berdua."

Mereka terus bertahan hidup di dalam bunker dengan keadaan yang semakin sulit. Mereka hanya memiliki persediaan makanan dan air yang terbatas, dan mereka harus mengatur dengan baik agar bisa bertahan hidup. Ajisaka dan Binar berusaha untuk mematuhi semua yang telah diajarkan oleh ibu mereka, menjaga kebersihan, kesehatan, dan keamanan.

Beberapa hari setelah kepergian ibu mereka, Ajisaka dan Binar sedang duduk di ruang tamu bunker, merenung dan mengenang kenangan bersama ibu mereka. Tiba-tiba, Ajisaka berdiri dan memegang tangan adiknya.

"Binar, kita harus berdoa untuk Mama. Kita harus memohon pada Tuhan agar Mama tenang di tempat yang lebih baik."

Binar mengangguk dan mereka berdua duduk bersila di tengah ruangan. Ajisaka memimpin doa mereka, "Ya Tuhan, tolong jaga Mama kita di sisi-Mu yang lebih baik. Berikanlah kekuatan pada kami untuk bisa tetap bertahan hidup di sini. Kami memohon pada-Mu untuk menyelamatkan kami dan menyembuhkan bumi ini dari bahaya radiasi. Amin."

Setelah doa mereka selesai, mereka merasa sedikit lega dan tenang. Mereka merasa bahwa ibu mereka sekarang sudah berada di tempat yang lebih baik dan mereka harus tetap kuat dan bersemangat untuk tetap hidup.

***

Ajisaka dan Binar telah berada di dalam bunker selama hampir empat tahun sejak bencana nuklir yang menghantam kota mereka. Mereka menghadapi banyak kesulitan dan rasa sedih setelah kehilangan ibu mereka, namun mereka tetap bertahan hidup dan bekerja sama untuk melawan tantangan yang ada di hadapan mereka.

Selama berada di dalam bunker, Binar selalu menjadi sumber keceriaan bagi keluarga mereka. Dia sering kali membuat tingkah lucu dan menunjukkan kegembiraannya walaupun situasinya sangat sulit. Suatu hari, ketika Ajisaka sedang berlatih bela diri menggunakan pedang katana, Binar mencoba menirunya dengan mengepalkan tinjunya dan berdiri dengan penuh semangat.

"Ayo, Kak! Aku juga bisa bela diri! Tuh, lihat saja!" kata Binar dengan nada riang.

Ajisaka tersenyum melihat kegembiraan adiknya dan merasa senang melihatnya bersemangat. "Hebat sekali, Binar! Kapan-kapan, aku akan mengajarkanmu beberapa gerakan bela diri yang sebenarnya," kata Ajisaka sambil menepuk bahunya dengan lembut.

Binar bersemangat mendengar hal itu dan mulai mempraktekkan gerakan-gerakan imajiner yang ia lihat dari film aksi. "Ya! Aku akan menjadi petarung hebat seperti Kakak nanti!" ujarnya dengan penuh semangat.

Binar (Hiatus)Where stories live. Discover now