BAB 2 - Namanya Judy

60 16 0
                                    

Allen bergantian menatap ke depan dan bawah, di mana ia sekali-sekali menendangi kerikil dengan ujung sandalnya. Rumah Allen tak jauh dari rumah Jason. Di tikungan depan sana, ia hanya tinggal berbelok ke kanan dan melewati rumah keluarga Russell serta Bibi Marge yang amat baik - bukan berarti keluarga Russell tidak baik. Namun, Bibi Marge ini memanglah amat baik. Mengutip kata-katanya yang selalu ia berikan kepada Brenda, Bibi Marge ini memanglah super-duper baik.

Bibi Marge adalah wanita tua ramah berusia pertengahan tujuh puluhan yang tinggal sendirian di rumah bertingkat dua sederhananya, yang terlihat begitu nyaman serta sangat terawat. Walaupun di usianya yang tak lagi muda ini, Bibi Marge berkeras kepada orang-orang agar tetap memanggilnya begitu alih-alih dipanggil dengan sebutan seperti nenek atau sejenisnya.

Dulu saat Allen masih kecil, dan ibunya memutuskan untuk menitipkannya kepada Bibi Marge saat sibuk di kantor dengan pekerjaannya, Bibi Marge selalu membiarkan Allen memakai sofa tunggal empuk berlengan kesayangannya sementara ia memanggang kue untuk Allen. Ia suka sekali membuat berbagai jenis kue yang seringnya akan diberikan kepada keluarga Russell, keluarga Carter yang berseberangan dengan rumahnya, lalu tentu saja keluarga Sullivan - keluarga Allen, dan Allen akan menjadi orang pertama yang akan merasakannya, sekaligus orang pertama yang bilang jika kuenya amat lezat dan luar biasa.

Tanpa terasa Allen sudah berhenti di sana, di depan pagar kayu rapi bercat putih bersihnya. Rumah Bibi Marge. Allen dapat melihat sosok Bibi Marge yang membelakanginya, sibuk menyirami bunganya dengan bersenandung riang. Bibi Marge melihat Allen beberapa detik kemudian, dan matanya berbinar.

"Allen!" serunya, seperti ketika amat bersemangat saat bertemu teman lama. "Habis main dengan Jason, ya?"

Allen tertawa, mengangguk. "Kuharap aku tak mengejutkanmu," katanya yang dibalasi gelengan dan lambaian tangan oleh Bibi Marge. Allen tersenyum lebar. "Bagaimana harimu, Bibi Marge? Baik dan sehat?" Allen meletakkan satu tangannya pada sudut segitiga yang menjadi bagian atas pagar rumah Bibi Marge dengan senyum mengembang.

"Ya, seperti biasa." Wanita itu mencoba mengibaskan rambut putih pendeknya, seperti yang dilakukan oleh anak-anak perempuan yang biasa dilihat Allen di sekolahnya. "Dan aku yakin hari ini aku kelihatan makin muda. Percaya, tidak?"

"Oh, ya?" Allen pura-pura memandang menyelidik, dan sesaat Bibi Marge terlihat kecewa. Allen tersenyum makin lebar, lalu mengusap wajahnya dengan gaya yang mirip-mirip seperti sedang frustrasi, kemudian berkata, "Oh, benar sekali! Ya ampun, bodohnya aku sebab tak menyadari itu!"

Bibi Marge seketika itu tertawa, membuat kerutan di ujung matanya jelas kentara. "Kan, apa yang sudah orang tua ini bilang!" Wanita itu melambaikan tangan lagi, kemudian raut jenakanya segera lenyap, digantikan dengan senyum tulus. Jenis senyuman yang selalu diperlihatkan seorang nenek kepada cucu kesayangannya. "Kau memanglah anak baik. Terima kasih. Namun, sudah cukup omong kosongnya."

Wanita itu berjalan mendekati pagar, tepat di mana Allen berdiri tak jauh dari sana, dan mengarahkan slangnya ke deretan bunga cantik dan warna-warninya.

"Nah, kau mau kusiram sekalian?" katanya, menyipitkan mata.

Allen menyengir, menggeleng, langsung mundur menjauh.

"Nah, sudah, sudah, itu lebih baik." Bibi Marge tampak begitu lega. "Kupikir kau harus tahu ini," katanya lagi, berganti mengarahkan slang ke bagian kanan. "Tadi aku hampir membuat basah kuyup anjing tetangga saat ia lewat di depan situ." Wanita itu menunjuk pada tempat Allen berdiri dengan dagunya.

"Benarkah? Tapi bukannya anjing keluarga Russell mati minggu lalu?" tanya Allen keheranan, mengingat-ingat bagaimana Minnie, salah satu anak perempuan Mr. Russell yang berusia delapan tahun, mengundangnya dengan tersedu untuk menghadiri upacara pemakaman anjing kesayangannya itu di halaman belakang rumahnya.

Allen and the Girl Next Door Where stories live. Discover now