[01] : Awal Kesialan (a)

63 28 16
                                    

Halo!

Sebelum baca bab 1, aku harap kalian baca ini dulu yaaa.

Readers rules ;
1. Jangan sider!
2. Tinggalkan jejak berupa vote & komen.
3. Jika tidak suka, silakan pergi dan jangan meninggalkan hate komen.
4. Dilarang keras spam next!
5. Jangan plagiat!

Happy reading!

01 ; Awal kesialan (a)

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

01 ; Awal kesialan (a)

Arjuna menatap miris uang yang tersisa di dalam dompet lusuhnya. Sekarang masih pertengahan bulan, tapi uang yang Arjuna miliki sudah hampir habis, yang tersisa hanya 300 Ribu.

"Cukup sampai akhir bulan?" gumamnya lirih.

Arjuna menghela nafas pelan sambil memberesken buku-buku yang akan dia bawa untuk bahan mengajar sore ini.

Setelah semuanya beres, Arjuna segera melajukan motor maticnya ke arah jalan raya.

Sekarang masih jam 3 sore, seharusnya Arjuna tidak akan datang terlambat ke rumah anak yang akan dia ajar, namun sesuatu dihadapannya sungguh akan membuatnya terlambat.

Segerombolan pemuda yang tampak seperti berandalan tengah menghadang dua gadis berseragam SMA. Namun, bukannya takut kedua gadis SMA itu malah terlihat arogan dan sombong.

"Gue gak mau jadi PACAR lo!"

"Ayolah Clar, kalo lo jadi pacar gue, semua yang lo mau bakalan lo dapetin."

Gadis bername tag Clarissa itu menyilangkan kedua tangannya dengan arogan, "Cih, gue bisa beli sendiri apapun yang gue mau," ujarnya sinis.

"Gue akan kasih lo bunga tiap hari."

"Gue bisa beli sendiri."

"Gue bisa--"

"Gue gak butuh apapun dari lo, Delon!"

Arjuna menatap bosan drama picisan di hadapannya, dia yakin akan datang terlambat ke tempat tujuannya karena hal ini. Ck, remaja sekarang memang tidak punya rasa malu.

Tidak mau membuang waktu lagi, Arjuna membunyikan klakson dengan keras berharap gerombolan pemuda itu menyingkir dari jalanan. Beberapa pengguna sepeda motor lainnya melakukan hal yang sama dengan Arjuna, mereka jengkel dengan para pemuda ini yang seenaknya saja berhenti di tengah jalan tanpa memikirkan resiko kemacetan karena perbuatan mereka.

"Bubar!"

Tin!

Tin!

"Bocah sialan! Minggir lo semuaaa!"

"Lo kira ini jalan punya Nenek moyang lo!"

"Dasar berandal!"

Teriakan kesal beberapa orang mulai terdengar bersahut-sahutan di jalan raya itu, akibatnya gerombolan pemuda tersebut segera membubarkan diri dengan rasa malu dan jengkel.

Arjuna mengusap keringat di lehernya, cuaca akhir-akhir ini kelewat cerah sampai Arjuna harus mandi 3x menggunakan air dingin, bahkan setelah mandi pun Arjuna sering kali merasa kepanasan.

Setelah mengendarai sepeda motornya selama 30 menit akhirnya Arjuna berhenti di depan sebuah rumah minimalis bertingkat dua.

Hari ini Arjuna memakai kemeja putih dengan celana jeans hitam.

Arjuna memasukan sepeda motornya ke dalam pekarangan rumah anak yang akan dia ajar. Ini bukan pertama kalinya Arjuna datang untuk mengajar, maka dari itu Arjuna bisa masuk ke pekarangan rumah orang tanpa di curigai oleh satpam komplek.

Total satu bulan Arjuna mengajar adalah 8 kali pertemuan, satu minggu hanya dua kali pertemuan. Yah, itu juga karena Arjuna masih seorang pelajar, dia masih membutuhkan waktu untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

Arjuna turun dari sepeda motornya, dia berjalan ke depan pintu kayu di depannya lalu menekan bel beberapa kali.

"Bi Minah," sapa Arjuna dengan senyum ramahnya.

Wanita paruh baya itu tersenyum membalas sapaan Arjuna. "Den Juna, den Banyu sudah menunggu di dalam," ucapnya.

Arjuna masuk ke dalam rumah mengekori perempuan paruh baya yang dia sebut 'Bi Minah'

"Kak Juna!"

"Halo Banyu."

Anak laki-laki bernama Banyu itu berlari memeluk kaki Arjuna dengan senyum lebar.

"Ayo duduk, kita mulai belajarnya sekarang ya." Suara lembut Arjuna membuat Banyu patuh.

"Oke, Kak."

Banyu itu masih berumur 8 tahun, dia anak laki-laki yang ceria, tutur katanya sangat sopan karena didikan orang tuanya.

Selama menjadi tutor kurang lebih dua bulan ini dia belum menemukan kesulitan yang berarti. Tugasnya hanya mengajari Banyu dan membantunya mengerjakan PR jika ada, terkadang dia akan menemani Banyu sampai kedua orang tuanya pulang.

Walaupun tugasnya terbilang mudah, Arjuna tetap mendapat bayaran sesuai gajinya sebagai tutor.

Terkadang para orang tua yang merasa puas dengan kinerja Arjuna akan memberinya bonus tanpa pikir panjang. Tidak heran beberapa teman sekolah Arjuna juga mengajukan diri untuk menjadi muridnya setelah melihat beberapa teman mereka yang semula memiliki nilai rendah mulai meningkat dari biasanya setelah Arjuna menjadi tutor mereka.

Tidak terasa sudah tiga jam Arjuna habiskan untuk mengajari Banyu.

Sekarang pukul setengah tujuh malam, sudah waktunya Arjuna untuk pulang namun, kedua orang tua Banyu belum juga kembali dari acara makan malam seperti biasa.

Art yang bekerja dirumah Banyu pun sudah pulang sejak pukul lima sore tadi, jadi Arjuna tidak tega meninggalkan Banyu sendirian dirumahnya.

Setelah membantu Banyu memberekan buku pelajarannya, Arjuna mengajak Banyu ke ruang tamu sambil menunggu kepulangan orang tuanya.

Arjuna dan Banyu tengah duduk di atas karpet berbulu diruang tamu, keduanya tampak asik dengan kegiatan masing-masing.

Banyu asik sendiri menonton acara televisi, sedangkan Arjuna tengah mengerjakan tugas sekolahnya.

Bunyi bel terdengar keras di dalam rumah, Arjuna yang tengah memegang pensil pun bergegas membuka pintu yang langsung menampilkan wajah kedua orang tua Banyu.

"Kak Ibel," sapa Arjuna.

Wanita berusia 30an tahun itu tersenyum singkat. "Makasih ya Jun, kamu sudah nunggu kami pulang," ucapnya tidak enak.

"Ngga pa-pa Kak, Juna kasihan kalau harus ninggalin Banyu sendiri di rumah."

Pria yang berdiri di samping wanita bernama Ibel itu memberikan selembar uang berwarna merah kepada Arjuna.

"Ini, kamu bisa pulang sekarang Juna, Terimakasih ya."

Arjuna menerima uang 100 Ribu itu dengan perasaan senang, dia memang berharap mendapat uang setelah menemani Banyu.

"Terimakasih, kak Frans."

[To Be Continued]

Endless Beauty Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt