U R Rong

182 23 9
                                    

Attack on Titan belongs to Hajime Isayama.

Media proves everything.

*****

Levi meneguk teh hangat yang sudah disediakan Eren. Hari ini rumah Levi menjadi tempat berbuka puasa untuk teman-teman sepereuniannya. karena masjid sedang direnovasi. Kebetulan Eren adalah remaja masjid di Masjid Al-Jannah alias Masjid al-Paradise, mashallah. Jadi, Levi meminta bantuan Eren.

Ada Erwin, Hange, Mike, yang lainnya, dan squad Levi lain kecuali Petra karena dia non-muslim.

Karena sudah buka, jadi teh hangat menjadi pembatal puasa setelah dua belas jam menahan hawa nafsu.

Tak terkecuali Levi. Levi si penyuka teh, lebih dari apapun. Kecuali ...

Satu tegukan.

Dua tegukan.

Tiga tegukan.

Eren melihat Levi diam saja tanpa komen enak atau tidaknya seperti biasa yang dilakukan Levi kini agak heran.

Benar saja firasat intuisinya telat. Levi datang menghampiri Eren.

"Ikut saya." Eren makin curiga karena Levi menggeret Eren. Yang paling menyeramkan adalah Levi tidak mengeluarkan sepatah suara.

Ia tak tahu apakah Levi marah atau apa.

Saat di belakang hawa horror pun muncul, Eren takut bayangan doujin yang disumpel Annie menjadi kenyataan.

'Astagfirullah, Eren!' dengan cepat Eren menghilangkan pikiran negatifnya.

"Kamu tau kenapa saya ajak kamu ke sini?"

"Engga, bang."

Levi pergi, lalu kembali dengan gelas berisi air.

Sus.

"Minum!" Dengan paksaan, Levi meminumkan air itu ke Eren.

Dan sekarang Eren mengerti kenapa:)

Di situlah Eren ingin menangis. Harga dirinya direbut oleh kejamnya dunia. Ia tak bisa menangis, Levi begitu kejam.

Ia pun tak sadarkan diri akibat ulah Levi.

***

Tiga hari kemudian...

Pukul delapan pagi, terdengar suara dari dalam kamar mandi. Tak lain, tak bukan adalah Eren yang ditemani Armin.

"Hueeekkkkkk, hueeeekkk!"

Hal itu membuat Eren trauma seumur hidup. Wajahnya semakin memucat, terlihat seperti mayat hidup. Matanya penuh kosong. Traumanya belum teratasi.

Membayangkan hal itu membuatnya trauma.

"Sabar, Ren, sabar, puasa lo batal loh!" ujar Armin yang berada di samping Eren.

"Hueeekk, hueeekkk!" Sedetik kemudian ia kembali memuntahkan isi perutnya yang tidak ada apa-apa, hanya cairan putih bening yang keluar.

"Diam lu! Gue masih kebayang kasarnya Bang Levi." Armin hanya mengusap punggung Eren, sedangkan si brunet pun muntah lagi. "Gara-gara itu juga gue ga sanggup ngapa-ngapain, mau jalan aja susah."

"Huweeeekkkk!"

"Tabah aja, yang ikhlas. Bang Levi juga mungkin kelepasan kasar sama lo."

"Tapi sesek, harga diri gue. Lo mana ngerti, Min! Gue trau— huweeekkk!"

"Batal aja deh puasanya. Terus makan, kalo kaya gini lu gak ada nutrisi buat puasa," saran Armin. Eren menggeleng lemah.

"Gak, gak, gak! Gue kalau makan malah tambah muntah, baunya kecium jadi kebayang rasanya itu."

"Duh, udah penyakitan nyusahin pula—eh astaghfirullah."

"Huweeekkk!"

Tanpa mereka ketahui, seorang Ackerman lain tengah menguping pembicaraan mereka dari luar. Ya, Mikasa yang menguping. Dia mendengar semuanya bagaimana kasarnya Levi hingga membuat ia trauma.

Mikasa terlalu sadar diri bahwa Eren memanglah tidak suka dengannya. Tapi bukan berarti Levi—si cebol itu bisa berlaku semena-mena dengan Eren. Mikasa tidak terima.

Hatinya sakit; begitu sakitnya hingga ingin mengajar si cebol hingga kejantanan-nya tidak bisa berdiri.

Bungkus odol itu hancur oleh remasan Mikasa, menyalurkan amarahnya. Niat ke kamar mandi untuk mengganti pasta gigi, malah dia mendengar kabar menyakitkan.

'Eren,' lirihnya di dalam hati membayangkan penderitaan Eren setelah menyadari bahwa ia hamil.

Mikasa mengambil konklusi lalu bergegas pergi menuju kediaman sepupunya si Levi. Hal ini begitu krusial bagi Mikasa, tak peduli apapun caranya ia akan melindungi Eren.




***





Sementara itu, Eren yang sudah mendingan duduk bersandar di sofa ruang tamu ditemani sang sahabat pirang, masih dalam memegang perutnya. Armin dengan kesalnya melempari Eren minyak aroma terapi.

Eren tidak terima. Mau nyolot, tapi Armin udah nyolot duluan. "Lo juga pake bego segala, teh basi dijadiin buka takjil. Mana itu disuguhi ke temen-temennya bang Levi lagi!"

"Mana gue tahu kalo tehnya basi, anjir!"

Yah, ternyata Eren muntah karena ulahnya sendiri yang ceroboh.

Kasihan bgt Mikasa aowkaowk yang ngelabrak Levi padahal Levi tidak salah.

Kasihan Annie yang kecewa impiannya tidak terwujud.

Kasihan Reiner jadi gawang Blue Lock.

Kasihan Erwin yang ngelerai Mikasa sama Levi mau twunanrs—kalo kata Bertol.

Kasihan Marco yang krisis eksistensi.

Kasihan Pieck yang jadi tumbal Annie.

Kasihan Ymir yang ketawa karena kebodohan duo Ackerman.

Paling kasihan dengan Levi yang jadi korban kesalahpahaman.

Tapiii lebih kasihan lagi gue sih, nulis ini harus membodohi diri sendiri aowkaowk.

***

Slmt kena preng slama 2x🙏🤡🤰

Attack on Us! (Attack on Titan fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang