O - Dua Asing Yang Sempat Saling

473 39 8
                                    

~ ONESHOT ~

.
.

HAPPY READING

Mark : Mahen
Haechan : Haikal

Mark : MahenHaechan : Haikal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"BUTUH PELUKAN?"

Yang ditanya mengangguk, lantas menerima sebuah pelukan teramat erat dari sang pemilik tubuh yang memeluknya. Banyak masalah yang ia hadapi, tentu tak bisa menerima langsung tumpukan masalah yang sebelumnya belum terselesaikan, justru tiba lagi masalah yang lain.

Bukan ingin menyerah, justru ingin istirahat sejenak. Butuh penenang dikala dirinya merasa lelah.

"Ada saya di sini. Kamu nggak akan sendirian, Haikal. Kalau kamu butuh sebuah pelukan, saya siap beri tubuh saya untuk kamu peluk, untuk kamu bersandar." Yang lebih tua bersuara, lengannya makin mengeratkan pelukan keduanya.

Memang, hidup ini ya dijalani masing-masing, milik masing-masing pula. Tapi besar kemungkinan akan membutuhkan orang lain untuk membuat hidup ini lebih memiliki makna. Butuh orang lain untuk merasa lebih hidup. Bukankah manusia itu termasuk makhluk sosial? Dan bukankah menyendiri itu adalah hal yang sangat menyakitkan? Padahal di sekitar banyak manusia yang mampu memberi bantuan, tetapi tak mampu memberi sandaran serta rasa aman.

"Rasanya sesak, Bang... Haikal takut. Haikal takut nggak bisa bertahan lagi. Semua orang―bahkan keadaan pun maksa Haikal untuk jauh lebih kuat, tapi Haikal justru makin jatuh dan lemah."

Memberi usapan yang terasa lembut pada bagian kepala belakang Haikal. Mahen harap usapannya ini mampu membuat Haikal merasa nyaman sekaligus tenang. "Saya ada di sini. Rasa takutmu akan saya usir pelan-pelan dengan pelukan saya. Haikal saya akan merasa aman dalam pelukan ini. Milik saya nggak boleh sampai berulang kali terjatuh, dia harus lebih bertahan agar dunia dan semesta tau kalau dia sekuat ini."

"Abang selalu mengerti tentang Haikal, tentang gimana rasa takut yang hinggap dalam diri dan hati Haikal. Makasih, Abang... Abang udah sejauh ini mencintai Haikal yang selalu merepotkan Abang. Kalau semisal Abang udah nggak butuh Haikal―"

"Saya selalu butuh kamu, Haikal."

Cup~

Mahen melepaskan pelukan keduanya hanya untuk memberi kecupan begitu dalam dengan penuh rasa sayang di kening Haikal. Setelahnya pemuda yang lebih tua kembali memeluk cintanya. Memberi tahu bahwasannya tak ada yang lebih penting, kecuali dekapannya yang mampu menumbuhkan rasa aman sekaligus tenang.

"Saya selalu butuh kamu. Kapan pun dan di mana pun itu. Nggak semestinya kamu bilang kayak gitu, Haikal," ujar Mahen tegas namun terdengar lembut pula. Bukan membentak, bukan pula meninggikan suara, Mahen benar-benar tak bisa menyakiti Haikal melalui perkataannya ataupun intonasi nada suaranya. Mahen hanya bisa bersikap lembut agar Haikal merasa nyaman dan tak merasa takut padanya, apalagi merasa kecewa.

MARKHYUCKWhere stories live. Discover now