{40}Arkan gila

249 12 3
                                    

Happy reading ✨




Sudah 2 hari semenjak Arkan dan Dhea berbincang di rooftop, waktu yang singkat itu telah mengubah banyak hal dalam hidup Arkan, mungkin akan lebih tepat jika itu di sebut memperkeruh. Dan ya, secara langsung itu artinya hari ini juga hari terakhir yang Ronald-papa Randa berikan untuk Arkan menyelesaikan permasalahan di dalam ARTASA.

Namun, sejak 2 hari yang lalu Arkan sama sekali belum menginjakkan kakinya di markas, bahkan Arkan tidak bertemu dengan seorangpun dari anggota ARTASA, sebenernya para inti sudah meminta kepada Arkan untuk menjenguk Lena, tapi Arkan menolak dan melarang semua orang untuk menjenguk Lena dengan alasan itu akan mengganggu Lena, para inti juga sudah mengajak Arkan untuk bertemu tapi Arkan menolak dengan alasan tidak ada yang menjaga Lena yang masih koma, Randa sudah mengajak Arkan untuk berbicara 4 mata tapi Arkan menolak, bahkan saat Reyhan diam-diam datang ke rumah sakit Arkan malah bersembunyi di dalam ruangan Lena dan mengunci ruangan itu, aneh memang. Itu seperti bukan Arkan.

Arkan  menatap dirinya di pantulan cermin kamar mandi, rambut-rambut kecil mulai membentuk jambang di wajahnya, bulatan hitam di bawah mata juga menegaskan bahwa Arkan memang kurang tidur, pipinya menirus menandakan bahwa pola makan Arkan tidak terjaga akhir-akhir ini, bahkan tubuhnya pun mulai terlihat ringkih.

"Cukup pantas untuk di permalukan" ujar Arkan pada cermin di depannya.

Arkan keluar dari kamar mandi dan melihat Lena yang masih terbaring dengan serangkaian alat bantu di tubuh wanita paruh baya itu, ya, Lena masih koma dan belum sadarkan diri sejak di bawa ke rumah sakit, dan yang lebih parahnya lagi keadaaan Lena semakin memburuk setiap pemeriksaan dilakukan.

Cowok itu menghampiri ibunya, mengecup singkat pipi Lena, mungkin jika di hitung Arkan lebih banyak mencium Lena 2 hari terakhir ini daripada 17 tahun sebelumnya.

"Setelah Arkan balik dari markas Arkan bakal ngajak Zela pulang dan kita pindah ke luar negri ya, ma. Mama sabar bentar, Arkan mau ketemu om Ronald dulu, Arkan udah cerita kan kalo Arkan hari ini bakal di turunin dengan tidak hormat sebagai ketua, Arkan pergi dulu ya, Arkan enggak bakal lama" Arkan mengelus puncak kepala Lena sepanjang bercerita kemudian mengecupnya lagi sebelum akhirnya Arkan benar-benar meninggalkan ruangan itu.

Baru saja menutup pintu kamar inap Lena, seorang cowok bangkit dan segera menahan Arkan, Arkan yang sebelumnya tidak mewanti-wanti pun harus rela di tahan oleh Arga, Arga sudah menunggu Arkan kurang lebih 2 jam, sayangnya Arkan tidak tau itu.

Canggung, itu yang menggambarkan suasana saat itu.

"Kalo emang gak ada keperluan gue harus pergi sekarang" ujar Arkan memecah keheningan.

"Gue ikut sama Lo" jawab Arga cepat.

"Lo-"

"Gue juga anggota ARTASA, gue junior di sana  karna baru daftar kemarin dan langsung di terima, gue juga di nobatkan sebagai anggota inti, tapi sayangnya ketua kami gak ada di sana saat itu" jelas Arga riang, padahal Arkan tidak bertanya namun itu inisiatif dari Arga.

Jujur, Arga hanya ingin berteman seperti dulu dengan Arkan, sumpah Arga tidak bermaksud apapun. Arga juga berani bersumpah bahwa ia sama sekali tidak membenci Arkan, Arga hanya kecewa tapi Arga sudah melupakan itu semua karna Arga bisa mengerti keadaan Arkan, sebenarnya bisa di bilang Arga adalah anggota yang paling peka dan peduli setelah Randa namun Arga lebih memilih mencari tau dengan caranya sendiri, Arga tau namun Arga diam, Arga itu tau batasan.

Arkan sendiri bingung bagaimana menanggapi Arga, sikap Arga seolah-olah tidak ada masalah di antara mereka, ada rasa tidak enak dan perasaan bersalah yang menyelimuti hati Arkan, Arkan ingin meminta maaf namun ia gengsi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ARKANWhere stories live. Discover now