Panggil 'Ardel' aja

832 119 1
                                    

Ada saat-saat tertentu dimana Ashel risih dengan orang-orang disekitarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada saat-saat tertentu dimana Ashel risih dengan orang-orang disekitarnya. Jam kosong seperti ini seharusnya ia manfaatkan untuk melanjutkan bacaan novelnya yang belum tuntas atau tidur. Namun beberapa siswa kelas lain selalu dengan tidak tahu malunya masuk ke dalam kelas dan duduk disekitaran bangku Ashel. Entah apa yang mereka obrolkan padanya, Ashel malas menanggapinya.

Ngomong-ngomong soal Marsha. Akhir-akhir ini temannya itu pergi tanpa memberitahunya dulu. Kalau saja Ashel tahun kapan Marsha keluar kelas, ia mungkin akan ikut bersamanya.

Sedikit informasi bahwa Ashel dan Marsha baru berteman beberapa bulan ini. Karena sistem kelas peminatan yang baru ditentukan saat kelas 11, jadilah semua kelas diacak dan bertemu dengan teman baru lagi. Seperti Ashel dan Marsha sekarang.

Panjang umur bagi Marsha. Baru saja dibicarakan gadis berponi itu nampak dari luar jendela tengah berjalan bersama dua laki-laki dibelakangnya.

Sementara Marsha masuk, kedua laki-laki tadi menahan langkah dan memilih untuk menunggu di luar.

"Ashelll! Maaf ya, aku tadi dipanggil latihan dance buat acara besok," sesalnya sambil mendorong kaki-kaki panjang milik laki-laki disekitarnya untuk duduk disebelah Ashel.

Ashel tampak tak mendengarkan.
Netranya sibuk meneliti seseorang di luar kelas sana. Jaket zipper hitam yang dikenakannya itu nampak tak asing bagi Ashel. Dan dugaannya benar. Begitu netra mereka saling bertemu, seketika tatapan lesunya itu menjadi berbinar.

Itu Ardel, parnert lombanya beberapa minggu yang lalu.

"Maaf, permisi ya."

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ashel bangkit dan sedikit berlari kecil menyusul Ardel yang telah berjalan sekitar 7 meter lebih dulu darinya.

"Danu, Fidanu!"

Merasa namanya dipanggil, si pemuda membalikkan tubuhnya dan mendapati Ashel yang masih melangkah cepat ke arahnya.

"Mau ke mana?" tanya Ashel dengan salah satu tangan menumpu pada dinding. engap.

"Perpus," jawab Ardel.

"Mau ikut!"

Sepasang mata itu mendelik kaget. Urusan mereka perihal lomba sudah usai, kenapa Ashel masih berbicara dengannya? Pikirnya.

Masih berusaha untuk mengontrol ekspresi wajahnya, Ardel mengendikan bahu acuh dan berjalan lebih dulu ke tempat yang akan dituju.

"Ya udah."

•••

Di jam kosong seperti ini, perpustakaan kedapatan banyak pengunjung. Entah untuk tidur, mojok bersama pacara, bergosip ria, atau membaca buku.

Ashel menyusuri rak buku cerita hingga mendapati pemandangan yang sudah tak asing baginya. Disudut ruangan sana, gadis-gadis berkumpul hanya untuk bergosip.

Teras Rindu (Delshel) [End] ✔Where stories live. Discover now