Jangan Terlalu Jatuh

621 100 1
                                    

"Mall emang serame ini ya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mall emang serame ini ya?"

"Kamu belum tau aja week day juga serame apa."

Sebelah kaki keduanya menginjak eskalator yang akan membawa mereka ke lantai atas. Ardel mengedarkan pandangan, merasa aneh dengan suasana mall yang menurutnya berisik. Padahal lebih berisik effect sound senapan pada game yang sering Ardel mainkan di PC nya.

Jadi bagaimana keduanya bisa berada di mall? Ini semua karena duo jahil yang meninggalkan mereka di tempat makan sekitar setengah jam yang lalu. Beralibi ke toilet dan pergi mengangkat telepon dari orang tuanya, lalu tak kembali hingga makanan mereka habis.

Ashel sih tidak masalah, sebab tak ada lagi atmosfir canggung antara dirinya dengan Ardel.

"Lebih rame dari ini?"

Ashel tertawa melihat reaksi Ardel, kenapa sekaget itu sih. "Iya."

Refleks tangan Ashel menarik ujung lengan jaket Ardel ketika sampai di ujung eskalator. Pemuda itu terlalu sibuk meneliti sekitar hingga lupa kalau ia tengah berada di eskalator.

"Gra-me-di-a," gumam Ardel, mengeja nama tempat yang terpampang jelas begitu mereka melangkah masuk ke dalamnya.

Sadar kalau Ashel tak ada disebelahnya, sepasang mata itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan sembari pergi mencari. Sementara yang dicari sedang berada dijajaran rak buku novel.

Sebentar lagi ulang tahun Ardel (kata Zedhiaf) jadi Ashel berniat untuk memberinya kado. Cukup membuat pusing karena Ashel bingung harus membeli apa. Namun Marsha bilang, beli apa yang Ardel suka. Dan buku novel yang pertama terlintas dikepalanya. Maka disinilah Ashel berada. Entahlah Ardel suka atau tidak, tapi melihat kecintaannya terhadap buku membuat Ashel berpikir, tidak ada salahnya dengan memberi buku untuknya.

Tangannya meraih salah satu novel yang menarik perhatiannya. Genre fantasi. Setelah membaca blurb di bagian belakang buku Ashel yakin Ardel akan suka. Berhubung Ardel tak ada disekitarnya, dengan tergesa Ashel pergi ke kasir untuk membayar buku tadi.

"Beli buku apa?"

"Astaga!"

Ardel mendengus lucu melihat refleks Ashel ketika terkejut.

"Buku matematika." Ashel menjawab dengan gugup sambil memasukkan buku tadi ke dalam ransel.

"Bukan komik erotis?" gurau Ardel yang langsung dihadiahi pelototan oleh Ashel. Si gadis mendorong punggung tegap itu untuk membawa nya pergi ke luar.

"Kamu dimana sih tadi? Dicariin gak ketemu-ketemu." Ashel meringis, untuk apa bertanya padahal ia tak mencarinya sama sekali tadi.

"Liat-liat gitar," jawab Ardel sambil menatap lurus ke depan.

Omong-omong soal gitar, Ashel jadi ingat saat hari jadi sekolah beberapa bulan yang lalu. Saat Ardel tampil bersama Zedhiaf diatas panggung. Mungkin orang-orang hanya menyoroti sang penyanyi hingga tak sadar eksistensi si pemetik senar gitar disebelahnya. Ardel terlihat keren saat itu.

Teras Rindu (Delshel) [End] ✔Where stories live. Discover now