9. Like a Normal

39 4 0
                                    

"Maeeee!!!! Kok hpnya Haechan bisa ada disini?" Pertanyaan yang Haechan lontarkan, ketika paginya ia menemukan ponselnya yang sudah terletak diatas nakasnya, dengan keadaan yang sudah di charger.

Yup! Tadi malam tuh, sehabis dia pulangin Renjun dalam keadaan tidur, yang mana dia tuh gendong perempuan mungil itu ke kamar milik dia, menaruhnya diatas ranjang berukuran Queen size, memakaikan selimut serta pendingin udara. Setelahnya, barulah dia pulang ke rumah.

Mengenai ponselnya yang ilang? Dia udah pasrah dan hanya bisa berharap kalau misalkan video ngewenya dia sama kekasihnya tuh gak bocor. "Eh bentar." Gumaman yang tiba-tiba dia keluarkan, begitu dirinya mengingat sesuatu.

"Video ngewe? Emangnya gue pernah ngewe sama Renjun? Kapan? Dimana? Setau gue, gue gak pernah ngewe sama dia. Tapi kenapa si anak curut itu bilangnya takut video ngewenya ke bongkar?" Sambungnya, yang teringat kalau dia ini belum pernah, dan gak akan pernah nyicipin tubuh mungil milik kekasihnya itu. Lantas? Kenapa kemarin dia ini panik?

"Ini dia tuh kemarin niatnya bercandain gue, supaya gue ini cepetan nyari hpnya, atau malah pengen ngasih tau ke gue kalo misalkan dia udah pernah ngewe sama orang lain, terus di videoin?" Gumaman yang terus keluar dari mulutnya Haechan, atas apa yang saat ini ia pikirkan, dan masih bergelut atas pemikirannya sendiri.

"Ah! Gak mungkin itu si anak kurcaci udah ngewe sama orang! Gue gak liat tanda-tanda dia gak perawan ah! Jalannya masih normal, gak ngangkang juga. Fisiknya yang lain juga gue liatnya masih fresh. Lagipula, jangankan ngewe! Ciuman aja kadang suka ke habisan nafas kayak orang punya penyakit asma!" Sambungnya, yang terus melontarkan kalimat penuh positifnya, dan tidak meragukan pasangannya.

"Lagi--" Ucapannya terhenti karena teriakan ibunya yang menggelegar sampai kamarnya, dan sukses menganggu acara melamunnya. "Iya, iya, Mae! Sabar!" Jawabnya, yang langsung bergegas kebawah, yang mana ibunya sudah memanggil dirinya.

"Kamu ngapain aja sih, dikamar?!" Ocehan yang dikeluarkan oleh Ten, begitu melihat anak bujangnya yang baru saja turun, setelah sedari tadi dirinya panggil.

"Sabar kenapa sih, Mae?! Lagi demen banget teriak-teriakan sih!" Sunggut Haechan tak kalah sewotnya dengan ocehan serta protesan yang keluar dari mulut sang ibu.

"Kamu tuh lama banget! Itu si Renjun udah nungguin kamu!" Peringat sang ibu, seraya menatap kekasih dari anaknya ini yang sudah menunggu anaknya yang belum juga datang.

Mendengar ucapan sang ibu, membuat Haechan langsung menoleh. Menatap arah mata sang ibu yang menunjuk kekasihnya yang sedang duduk manis dikursi meja makan. Melihatnya, Haechan langsung mendecak. "Aku kira, aku udah ditungguin anaknya Presiden. Ternyata cuma anak curut! Kalo kayak gitu, ya.... biarin aja dia nunggu, Mae!" Ujarnya, yang langsung duduk disamping sang kekasih.

Mendengar ucapan sang anak, membuat Ten langsung membalas decakannya. "Mae heran sama Renjun. Kok dia mau sih sama bekatan modelan kamu? Dia itu cantik, putih, bersih, pinter, tangannya ajaib, cantik lagi kayak cici cici. Tapi kok dia mau ya pacaran sama modelan bekatan kayak kamu? Mana sering bikin emosi lagi." Ujarnya, yang tidak suka dengan perkataan sang anak.

Mendengar itu, Haechan langsung mendesis dan menyahuti ucapan ibunya. "Yaelah, Mae! Joke Mae, Joke!" Ujarnya, yang tau kalau misalkan ibunya ini nganggep serius ucapannya.

"Tau Mae, Chan! Tapi ucapan Mae tuh bukan bercandaan. Kamu sama Renjun tuh jauh, kayak Mae sama Daddy kamu... ah! Gak! Renjun berati kayak Mae yang terima cowo apa adanya." Ujar Ten, yang langsung membanggakan diri.

"Renjun, tenang aja! Walaupun anaknya Mae ini jelek, tapi hartanya dia banyak kok. Perusahaan Daddynya Haechan ada dimana-mana. Jadi, kamu gak rugi banget kalo sampe jadi sama anaknya Mae." Sambungnya, yang langsung menatap calon mantunya.

"Oalah! Jadi, Mae ini nerima Daddy karena Daddy kaya?" Tanya Haechan, yang gak habis pikir sama jalan pikiran ibunya, yang bisa-bisanya ngomong kayak gitu didepannya?!

Tanpa pikir panjang, Ten langsung menyahuti ucapan anaknya. "Ya jelas dong! Mae mah bukan cewe bodoh Chan! Buat apa Mae mau sama Daddy kamu, kalau misalkan Daddy kamu miskin? Kontol doang mah gak bisa bikin puas Mae seutuhnya! Emangnya kamu mau punya orang tua miskin? Punya orang tua kayak kami aja, kamu selalu pengen jadi anaknya Raffi Nagita!" Balasnya, akan ucapan sang anak.

"Habisnya---" Protesan yang akan diberikan Haechan pun menggantung, karena ibunya yang sudah lebih dulu mengintrupsi dirinya. Tidak memberikan dirinya kesempatan untuk membela.

"Udah ah, Chan! Kamu berisik banget sih pagi-pagi! Ada kelas pagi kan, kamu sama Renjun? Lebih baik kamu makan, terus cepet-cepet berangkat ke kampus, biar cepet lulus!" Ujarnya, yang langsung memasukkan makanan milik anaknya ke dalam mulut sang anak.

Haechan yang saat itu tengah menguap, hanya bisa membelalakkan matanya, begitu ibunya memasukkan suapan makanan yang sangat besar ke dalam mulutnya. Berbeda dengan Renjun yang saat ini tengah tertawa dengan keras, begitu melihat raut wajah sang kekasih.
***

"Selesai kelas jam berapa?" Tanya Haechan kepada kekasihnya yang pada saat itu tengah membuka helmetnya. Sementara dia tengah berada diatas motornya, menunggu kekasihnya.

"Kalo dosennya ada, jam 11 juga udah kelar. Tapi kalo dosennya gak ya langsung balik. Hari ini kelas gue cuma 1." Jawab Renjun, seraya memberikan helmet yang sudah ia buka kepada kekasihnya.

"Gue ada 2 kelas hari ini. Sampe jam 2an. Jadi, lo mau nunggu gue apa gimana? Gue suruh si Jaemin atau Jeno buat anterin lo balik? Atau lo mau balik bareng temen lo, atau ojek mungkin?" Tanya Haechan yang sebenarnya gak mau biarin kekasihnya ini menunggu. Dia juga tau kalau misalkan kekasihnya ini enggan menunggu lama.

"Lo bisa tolong jemput gue di Caffe yang gak jauh dari sini gak? Yang ada diperempatan sana? Gue sama Karina sama Winter juga mau nongkrong disana dulu. Tapi kalo gak bisa, gue balik naek ojek online aja." Pinta Renjun, yang gak mau maksa kekasihnya, kalau kekasihnya ini gak bisa.

"Gue jemput. Lo jangan kemana-mana ya? Nanti gue kabarin lagi kalo misalkan kelas gue udah kelar. Atau emang lo mau kemana-mana, jangan lupa kabarin gue dulu, ya?" Jawab Haechan, yang langsung memberikan permintaan kepada kekasih mungilnya ini.

"Yaudah iya. Kalo gitu gue masuk dulu ya." Ujar Renjun yang memilih untuk pamit masuk ke dalam gedung fakultasnya, karena sebentar lagi kelasnya dimulai.

Sedangkan Haechan pun menganggukkan kepalanya, melihat kekasihnya lebih dulu sampai menghilang dalam pandangannya, baru lah dia pergi menjalankan motornya dari fakultas milik kekasihnya, ke gedung fakultasnya sendiri, setelah memastikan kekasihnya sudah masuk ke dalam gedung fakultasnya dengan selamat.

UNUSUAL PAIR - HYUCKRENWhere stories live. Discover now