Bab 5

3 1 0
                                    

Bab 5

Tok,,, tok,,, tok,,,,!

"Mbak, Mbak Bulan" Terdengar suara Mbak Ina memanggil namaku.

"Iya Mbak, tunggu sebentar!" Sahutku lalu segera aku membuka pintu kamarku.

"Ada apa ya mbak Ina?" Tanyaku.

Terlihat dari cara berdiri Mbak Ina yang tidak tenang dan seperti orang kebingungan. Entah apa yang terjadi padanya. Kenapa dia ketakutan kaya gitu.

"Anu,,, Mbak! Maaf sebelumnya ya mbak! Tadi pas mbak Ina lagi di kamar mas Aksara, Oma manggil. Katanya mbak Ina sudah panggilan mbak Bulan. Padahal mbak Ina sudah katakan pada oma kalau mbak Bulan lagi belajar. Tapi Oma malah marahin mbak Ina karena dia mengira mbak Ina tidak mau mengikuti perintahnya sebab tidak mau memanggilkan Mbak Bulan. Beliau meminta mbak Bulan untuk naik ke kamarnya. Maaf ya! Mbak Ina kurang tahu Oma nyuruh mbak Bulan ngapain. Padahal Mbak Ina, udah nawarin diri ke Oma dan bilang padanya biar mbak Ina saja yang bantunya. Terus omanya malah marah-marah. Malah bilang mau ngadu ke Nyonya segala kalau Mbak nggak nurutin perintahnya!" Paparnya panjang lebar tentang semua perbincangannya dengan oma.

"Iya nggak apa-apa kok Mbak! Lain kali jika Oma nyuruh panggil Bulan, mbak Ina langsung cari Bulan saja. Jangan sampai nanti Mbak Ina yang jadi sasaran kemarahan Oma!" Tuturku memberikan pengertian padanya karena aku tak ingin mbak Ina atau yang lainnya menjadi sasaran kemarahan Oma dan orang-orang yang berkuasa di dalam rumah ini.

Mbak Ina menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu menyengir. "Iya sih mbak Bulan! Tapi tadi kata bibi Surti sudah memberikan ultimatum pada mbak Ina. Kalau Oma nyariin mbak Bulan, mbak Ina di suruh b ini bilang kalau Mbak Bulan lagi sibuk karena sedang banyak tugas sekolah."

Kutatap Mbak Ina yang berapa didepanku. "Ya udah Bulan beresin buku dulu setelah itu Bukan akan segera ke kamar oma!" Putusku.

Mbak Ina mengangkat kepala yang dari tadi tertunduk, tak mau melihat ke arahku. Akupun tersenyum padanya, memastikan bahwa semua akan baik-baik saja. Kemudian aku segera melakukan apa sebelumnya sudah aku katakan padanya. Dan segera mengayunkan kakiku menuju ke kamar Oma yang terletak dilantai dua.

"Oma, oma ini Bulan!" Panggilku dengan tangan mengetuk pintu kamar Oma. Tidak lama kemudian terdengar suara Oma dari dalam yang menyuruhku untuk masuk ke kamarnya. Namun sebelumnya aku menarik napas panjang lalu aku hembuskan perlahan agar rasa tidak nyaman di hatiku ini segera terbuang dan membuatku lebih rileks. Baru setelah aku membuka pintu yang ada dihadapanku dan melangkah masuk.

"Darimana saja kamu, dari tadi dicariin nggak keliatan. Pulang sekolah bukannya langsung pulang. Kamu harus ingat, kamu ini cuma numpang dirumah anak saya. Emang dasar di Iren itu bo***. Harusnya dia biarin aja kamu ikut ibumu yang kampungan itu. Malah dibiarkan anak gembel kaya kamu berkeliaran di rumah mewah anakku,,,,,?" Semburnya marah kepadaku saat tubuhku baru saja masuk ke dalam kamarnya.

Meskipun aku sudah biasa mendengar kata-kata Oma yang keras dan kasar padaku. Tapi hati ini selalu saja tak siap dan itu membuatku sedih. Karena sikap mereka membuat mentalku menjadi down. Setiap mereka marah selalu saja menyangkut pautkan dengan mama. Padahal mama tak pernah punya masalah dengan mereka.

"Maaf Oma, tadi aku pulang sekolah kerumah teman habis kerja kelompok. Setelah selesai aku segera pulang dan menyelesaikan tugas sekolah yang belum selesai dulu, Oma!" Ucapku dengan kepala tertunduk, berusaha untuk memberi pengertian padanya yang sudah pasti tidak akan di dengarnya.

"Alasan saja kamu, kalau kamu sudah nggak betah tinggal dirumah ini! Silahkan pergi dari rumah ini. Dasar anak tidak berguna. Orangtua ngomong, bantah melulu. Angkat kepala kamu. Jangan kira saya bisa kamu bohongin. Kamu harus campak di kepala kamu itu jika kamu hanya menumpang. Ingat numpang,,,!" Semburnya berteriak marah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BULAN MERINDU Where stories live. Discover now