EPILOG

86 9 0
                                    

Epilog : Tulis Tangan Allah

Aina duduk di pelataran balkon seraya memeluk lututnya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Aina duduk di pelataran balkon seraya memeluk lututnya. Rambut panjangnya terurai. Ia mengedarkan seluruh pandangannya kepada setiap penjuru halaman yang sudah cukup lama tidak ia singgahi.

Bukan tanpa alasan Aina dan keluarganya pulang ke rumah Hanan. Selain karena Kyara dan Khairan yang merindukan nenek kakeknya, Aina datang ke Jakarta untuk menjadi pendamping pengantin, yaitu Sahabatnya Kaysha.

Sore itu, Kyara dan Khairan menghabiskan waktu sorenya bersama Salma dan Hanan. Mereka benar-benar meluapkan kerinduan mereka masing-masing. Dan karena hal itu, Aina bisa sedikit bersantai di kamarnya.

Aina beranjak dan duduk di kursi kecil, menghadap ke meja belajarnya. Ia membuka setiap laci, mengeluarkan isinya dan menemukan album foto bersampul hitam miliknya. Aina membolak-balikan satu demi satu foto didalam album tersebut, bibirnya tersenyum.

Aina menompang dagunya dengan tangan, kekehan kecil keluar dari bibirnya. Rasanya tiba-tiba ia merindukan masa-masa saat ia sekolah, rindu teman-temannya, dan rindu setiap waktu yang pernah ia lewati.

Pada lembar foto berikutnya, ia kembali tersenyum. Menemukan potret dirinya dan Shaquile yang berfoto di depan gerbang, memakai baju seragam SMA yang sama. Aina tertawa kecil saat melihat senyumannya dan senyum Shaquile yang lebar.

Foto itu diambil ketika Pekan olahraga dan seni, Aina masih mengingatnya. Dan mengingat tentang Shaquile, kini lelaki itu telah memiliki seorang gadis kecil. Anak perempuan Shaquile sebaya dengan Khairan, Hikari namanya.

Hikari yang berarti cahaya, anak perempuan itu memang cahaya bagi Shaquile dan Sakura. Bahkan sampai saat ini, mereka masih bertukar kabar, membicarakan tumbuh dan kembang anak mereka masing-masing dan lain halnya.

Ada salah satu foto yang untuknya menggemaskan. Aina sontak tertawa saat melihat foto itu kembali. Foto tersebut adalah ketika Aina tertidur di kelas, saat jam mengaji suaminya, Ali.

Meski sebenarnya saat itu Ali belum melamarnya. Pada waktu itu, saat jam mengaji oleh Ali, Aina tertidur dan Ali justru memotret Aina yang terlelap.

"Kayaknya suami aku udah suka aku sejak ini deh" monolognya seraya tertawa kecil.

Tawa Aina mengendur dan tangannya berhenti pada satu foto. Ia tidak ingat kapan ia menyelipkan foto itu di sana. Tetapi, Aina masih mengingat kapan foto itu di ambil, Aina dan seseorang itu mengambil foto di jalanan panjang menuju sekolah Aina.

Dalam potret tersebut, Aina tersenyum lebar, pun dengan lelaki itu, senyumnya mengembang dan kini Aina tidak pernah lagi melihat senyuman miliknya, bahkan Aina tidak dapat menemukan lelaki itu di penjuru dunia mana pun, lelaki itu telah berpulang.

"Hey..." ujarnya pelan, Aina tersenyum tipis. Jika dulu selalu ada perasaan ngilu dihatinya, kini Aina tidak merasakan apa pun lagi. Luka di hatinya telah sembuh sejak lama, retak di hatinya telah dipulihkan oleh suaminya.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Oct 30, 2023 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Tulis Tangan Allah [Tamat | Proses Revisi]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt