LIHAT, LANGIT PERINGKAT 1 (lagi)!

Start from the beginning
                                    

Waktu terus berjalan maju tanpa bisa diundur ataupun diperlambat. Langit telah banyak mempelajari materi-materi yang sebenarnya sudah sangat ia kuasai.

Langit adalah salah satu siswa berandalan di sekolahnya. Tapi disisi lain, Langit juga seorang siswa yang berprestasi. Terbukti dari kemampuannya. Dari SD, Langit sudah mempelajari materi-materi yang seharusnya belum ia kuasai. Selain itu, dari kecil Langit juga sudah berlatih bela diri, basket, dan futsal. Tak tanggung-tanggung, setiap perlombaan ia selalu menyabet piala dan medali. Nilai akademiknya juga di atas rata-rata dan selalu mendapat peringkat pertama serta selalu memenangkan banyak ajang olimpiade.

Tapi, apa pernah ia merasa usahanya dihargai oleh kedua orang tuanya? Orang lain saja tak pernah menghargai Langit, apalagi orangtuanya? Memangnya ada manusia di dunia ini yang mengharapkan kehadiran Langit? Padahal Langit selalu ingin mendengar sebuah kata yang bisa menyemangati dirinya. Langit ingin itu keluar dari mulut kedua orang tuanya.

"Kira-kira kapan ya, Mama sama Papa bilang semangat sama gue?" monolog Langit. "Apa nanti kalau gue udah gak ada?"

Langit menggelengkan kepala dengan cepat. "Gue ngomong apaan sih." ujarnya lalu melanjutkan belajar.

Langit membuka lembaran demi lembaran baru. Hari-harinya hanya penuh dengan belajar, belajar, dan belajar. Langit ingin istirahat, walaupun hanya sebentar. Langit ingin menjadi seperti teman-temanya.

Tapi apa mungkin?

Jarum jam terus berputar. Waktu terus berjalan. Hari semakin malam. Tapi Langit tak berhenti belajar. Mungkin malam ini sama seperti malam-malam lainnya. Hanya diisi dengan aktivitas belajar. Tak berselang lama, Langit terlelap di meja belajarnya yang berada tepat disamping jendela kamar. Tanpa disadari, seorang gadis turun dari mobil. Ia memandang ke arah kamar Langit. Cukup lama gadis itu memandang lekat Langit, lalu melenggang pergi dengan beribu pikiran dibenaknya.

"Dia kenapa?" Batinnya.

~•o•~

"LANGIT ANGKASA!"

Langit berjingkat kaget kala namanya dipanggil dengan keras oleh seseorang. Ia sedang menikmati tidurnya namun harus terbangun kala seorang wanita memanggil namanya dengan emosi yang membara. Semua itu terlihat dari mata dan mimik wajahnya.

"SAYA DARITADI MENJELASKAN MATERI TAPI KAMU ENAK-ENAK TIDUR!! JANGAN MENTANG-MENTANG KAMU SUDAH MENGUASAI SEMUA PELAJARAN LALU KAMU MENGABAIKAN SAYA DISINI! SAYA GURU KAMU, LANGIT!!" ujar seorang wanita berkacamata.

Langit mendatarkan wajahnya. Semalam ia hanya tidur satu jam saja karena Papanya kembali menggedor pintu kamar Langit dengan keras dan kembali menghukum Langit dengan membiarkan Langit tidur di luar rumah padahal malam itu langit malam sedang menumpahkan isinya. Itupun hanya karena Langit tidak membersihkan ruang kerjanya. Sepele bukan? Tapi itu adalah hal besar bagi Papa Langit yang gila dengan pekerjaan dan uang.

Brakk Brakk Brakk!!

"LANGIT BUKA PINTUNYA!!" ujar Papa Langit dengan suara keras.

Langit tersadar dari mimpinya. Ia segera beranjak dari tidurnya dan melangkah membuka pintu.

Cklek

Plakk!!

Kepala Langit tertoleh ke samping kanan kala tamparan mendarat pada pipi kirinya. Langit memegang pipinya. Lalu menundukkan kepala.

"TADI PAGI SAYA MENYURUH KAMU UNTUK MEMBERSIHKAN RUANG KERJA SAYA TAPI KENAPA MASIH KOTOR?!" bentak pria itu.

"M—maaf, Pah, Langit lupa." lirih Langit seraya mempertahankan posisinya menunduk dan memegangi pipinya.

I NEED SOME RESTWhere stories live. Discover now