1• Percobaan Bunuh Diri Yang Gagal

200 76 294
                                    

Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan silent reader, ya!❤️

Typo bersebaran harap dimaklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.

“Setiap orang nyatanya memiliki alasan untuk hidup, dan layak menjalani hidup.”

˙❥Happy reading❥˙


Bima, sedang berjalan mencari udara segar tengah malam di sekitar jalan Pasupati. Sesekali ia menendang batu kerikil yang kecil-kecil. Namun, pada saat ia mengedarkan pandangannya lurus ke depan, Bima melihat ada seorang gadis yang sedang duduk di jembatan. Gadis itu menangis begitu sesegukan, keadaannya begitu memprihatinkan.

Awalnya Bima tak peduli dan ingin berlalu begitu saja. Namun, langkah kakinya seakan memberat untuk meninggalkan gadis itu sendirian di sana. Ia takut jika sewaktu-waktu gadis akan melompat kebawah dan ia malah jadi satu-satunya orang yang melihat peristiwa itu. Bima tidak ingin dirinya dihantui rasa bersalah, karena sudah membiarkan gadis itu mengakhiri hidup dengan cara yang tak sewajarnya.

Dengan helaan napas panjang, Bima membalikkan badannya, di mana gadis itu sudah berdiri dah hendak ingin terjun bebas ke bawah. Hal itu sontak membuat Bima berlari ke arahnya dengan jantung yang berdegup dua kali lipat dari biasanya.

"WOI MBAK, NGGAK USAH GILA!!" teriak Bima sembari meraih lengan gadis itu, lalu menariknya hingga mereka berdua jatuh secara bersamaan kebawah.

Gadis itu jelas terkejut ketika ada seseorang yang berusaha menggagalkan rencananya. Ia segara menatap Bima dengan tatapan sengit, meski mata sembabnya tak akan pernah menjelaskan bahwa ia sedang marah ke arah Bima.

"LO NGAPAIN TARIK GUE, HAH?!" protes gadis itu.

Bima kembali menatapnya dengan wajah yang kesal. "Bukannya terimakasih karena udah diselamatin, ini malah marah-marah!" gerutunya.

Gadis itu langsung membalas tatapan Bima, dengan sorot mata penuh amarah. "Heh, gue nggak minta buat lo buat nyelamatin gue, ya! Lagian lo ngapain mau bantuin orang yang bahkan orang itu udah nggak mau bertahan hidup?" tanya gadis itu dengan nada yang dinaiki satu oktaf.

Bima hanya tersenyum tipis. "Emangnya lo udah punya apa buat di bawa mati? Beban hidup?" sahut Bima, kepada gadis itu. "Lo pikir mati dengan cara keji kayak tadi bisa ngurangin beban lo? Enggak. Mending kalau lo di terima Tuhan. Kalau enggak, emangnya lo mau jadi hantu gentayangan di sini?" tanyanya balik.

"Baru dikasih hidup sekali aja, udah lelah. Pake acara mau bunuh diri lagi," celetuk Bima dengan wajah yang datar.

Mendengar itu, gadis ini kembali tersulut. Tangannya yang lumayan mungil itu ia kempal kuat-kuat. Meski beberapa detik kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah lain.  "Enteng banget ya, mulut orang yang nggak pernah menderita," ucap gadis itu dengan senyuman miring. "Selama  hidup, lo pasti nggak pernah ngerasain hidup di dunia yang isinya hanya hitam dan abu aja, kan?" tanya gadis itu. Bukannya menjawab Bima justru malah tertawa.

"Ada yang lucu?" tanya gadis itu dengan wajah yang menahan kesal.

Bima hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. "Ada..." sahut Bima sembari sedikit memberi jeda.

Gadis itu masih terdiam sembari terus memperhatikan gerak-gerik Bima yang tampak belum selesai berbicara. Bima tahu, ucapannya sedang di tunggu. Namun, ia enggan terburu-buru untuk menyelesaikannya. Jadi perlahan ia menghela napasnya cukup panjang, lalu menaruh kedua tangannya di depan dada. "Memangnya hidup manusia mana sih yang isinya bahagia setiap hari? hidup manusia mana juga yang harinya penuh warna?" tanya Bima. Hal itu praktis membuat gadis itu terdiam. "Nggak ada, kan? Jadi nggak usah ngerasa cuma lo doang yang paling menderita."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

It Will Rain || LHCWhere stories live. Discover now