01

1K 107 2
                                    

"pengen banget loncat ke tengah jalan abis itu ditabrak terus pindah dunia deh" monolog seorang pemuda yang sedang menatap ketengah jalan raya yang ramai akan kendaraan.

pemuda itu menghela nafas pelan lalu mengalihkan perhatiannya ke telapak tangan yang sedang menggenggam sebuah benda pipih berbentuk persegi.

sebuah senyuman terbit di wajahnya tatkala otak kecilnya sedang memikirkan sebuah ide yang ia yakini pasti akan seru jika dilakukan.

"heheheheh MWHEWEHEHEHEH" tawa jahatnya pecah, ia lalu menekan salah satu nama di kontaknya.

Tut, Tut,Tut, panggilannya dijawab di dering ketiga oleh orang di seberang. "hallo?" ucap orang diseberang ketika panggilan sudah tersambung. "kenapa lo nelpon gue anjing?" tanya orang diseberang namun tak kunjung ada balasan.

"Haikal anjing" teriak orang di seberang membuat pemuda yang diyakini bernama Haikal itu mengulum bibirnya agar tak tertawa.

"Ali! Al! gue minta maaf kalo gue punya banyak salah sama lo" orang di seberang yang mendengar suara rapuh temannya langsung panik.

"oi anjing! Lo bikin masalah apa lagi hah? Lo juga Kesambet apaan tiba-tiba minta maaf kayak orang lagi sekarat aja Lo"

"gu-gue kecelakaan Al" ucap Haikal dengan terbata-bata, Ali yang mendengar itu pun syok berat. padahal baru tadi mereka bertemu di sekolah tetapi sekarang temannya itu menelepon lalu berkata bahwa ia sedang kecelakaan.

"kal? jangan bercanda deh Lo" berbeda dengan Ali yang mentalnya sedang terguncang, Haikal malah asik cekikikan di pinggir jalan sembari menggenggam ponselnya rapat-rapat agar tawa kecilnya tak didengar oleh orang di seberang.

"gue serius Al, no lie. kepala gue kebentur, darah..... ada banyak darah gue di aspal, organ dalam gue rasanya pindah semua, mata gue burem, rasanya susah banget buat ngomong, gue ditabrak truk" jelas Haikal panjang lebar dengan suara pelan.

"bangsat! kalo keadaan Lo kayak gitu mana mungkin Lo bisa nelpon gue. Lo mau ngerjain gue? ngaku Lo anjing!" Ali berbicara dengan nada kesal, Haikal tahu pasti temannya itu sudah tersulut emosi akibat ulahnya.

"hahahaha jangan marah dong Al, gue gabut doang tadi" ucap Haikal tak ingin melanjutkan ulahnya lagi. "dasar keturunan bekantan Lo" umpat Ali, ia tak habis pikir dengan Haikal. Ia takut apa yang jadi bercandaan hari ini akan terjadi suatu hari nanti.

"yeeeee si anjing, baperan banget. gue itu keturunan mama bulan sama papa Arga yang kebahenolannya kebangetan adududuhhhh ya"

"udah deh, gausah marah Lo nanti gue traktir bakso di war-" belum sempat Haikal melanjutkan ucapannya, tubuhnya sudah lebih dulu terpental. sesaat Haikal tersadar, seharunya ia berhati-hati dengan mulutnya.

"HAIKALLL" Ali sontak berteriak ketika mendengar suara benturan yang begitu keras di seberang telepon. perasaannya tak enak, buru-buru ia membanting ponselnya dan bergegas keluar menuju garasi rumahnya.

saat hendak menaiki sepeda motornya ia diam sesaat, sungguh ia merutuki dirinya karena tak tahu dimana lokasi Haikal sekarang.

ia tak henti-hentinya mengucapkan doa dalam hati, semoga temannya itu tak kenapa-kenapa, semoga yang ia dengar tadi hanya kejadian di area sekitar, semoga itu semua hanya akal-akalan Haikal untuk mengerjainya.

Ali tak bisa membendung air matanya, ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, ia akan pergi ke rumah Haikal dulu, bertanya kemana perginya bocah itu pada keluarganya.

disaat Ali dilanda akan kepanikan, Haikal sibuk meratapi nasibnya, ia menyesal! benar-benar menyesal.

kenapa dia harus menjahili Ali tadi? andai saja dia tak melakukan itu akankah dirinya masih baik-baik saja sekarang?. ia belum mau bertemu dengan sang pencipta, dosanya masih terlalu banyak, masih ada banyak makanan yang belum ia coba, tolong! ia memohon agar hidupnya tak diambil dulu.

bagai aktor yang sedang melakukan syuting film, keadaannya benar-benar naas, apa yang ia ucapkan tadi pada Ali itulah yang ia alami sekarang. kepalanya terbentur sangat keras, aspal sudah dipenuhi dengan darah segar miliknya, untuk mengeluarkan suara begitu susah dirasakannya, pengelihatannya mulai kabur, secara perlahan ia menutup matanya.

Bad StoryWhere stories live. Discover now