chapter 26

251 43 1
                                    

Eren menatap sayu pada langit-langit. Matanya memerah kering. Sulit sekali untuknya bisa bernafas dengan semua ikatan tali diseluruh tubuhnya dan segumpal kain yang menyumpal didalam mulut.

Dingin.

Sendirian.

Dalam ruangan gelap yang asing.

Dia tidak tahu apa semua teman-temannya masih hidup diluar sana. Atau mati. Pasti ada bebarapa yang mati. Mengingat sebelum cart titan membuka mulutnya lebar-lebar menelannya. Segalanya tampak gelap. Ujung lidahnya menyecap rasa yang mengerikan.

Armin terbakar hangus. Dia takkan selamat. Serum yang kapten levi bawa juga tidak berguna. Semuanya sia-sia. Air mata mengalir diujung matanya. Dia berteriak dalam sumpalan kain. Terus berteriak keras dan mencoba untuk terlepas dari tali-tali sialan.

Ranjangnya berderit heboh mengikuti gerakan eren yang muak dengan nasip sialnya. Dia menggerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan brutal. Berusaha menciptakan luka gores pada lehernya.

Rasa tersayat-sayat dari serat tali yang menusuk kulitnya semakin membuat eren bergerak lebih cepat. dia tak peduli gerakannya akan membuatnya mati karena lehernya bisa saja malah tercekik. Seakan tidak peduli dia terus bergerak. Asap tipis menyeruak dari luka goresan dilehernya.

Eren menarik kedua ujung bibirnya membentuk seringai lebar.

"Kubunuh kalian semua."

*
*
*
Ledakan besar terdengar menggelegar dari gedung tua. Pasukan marley yang berjaga langsung terdiam di tempat. Mereka menatap ngeri pada kepulan asap dari gedung yang runtuh.

Suara erangan raksasa semakin membuat segala kegiatan di kamp khusus itu mendadak menjadi hening. Rainer yang saat itu sedang duduk dengan segelas kopi segera keluar dari ruangannya. Dia mendongak melihat eren yang entah bagaimana bisa berubah menjadi titan.

"Semuanya pergi ke tempat aman!"

Kamp khusus itu tidak ada senjata yang bisa melawan titan setinggi lima belas meter. Mereka hanyalah pasukan yang baru dilantik untuk menjalankan tugas yang ringan sebelum di ajak ke medan perang yang sesungguhnya. Namun sialnya bagi mereka. Perang malah datang ke tempat mereka. Bukan mereka yang membuat perang.

Reiner segera mengiris pergelangan tangannya. Kilat berwarna keemasan menggelegar mengerikan. Asap ada dimana-mana. Tidak bisa dihindari pertarungan antara dua sahabat itu akan terjadi lagi.

Dua raksasa itu saling berhadapan. Reiner mengamati eren yang masih diam saja dengan kepala mendongak. Dia menatap langit yang saat itu sedang cerah. Dia teringat dengan Armin. Satu-satunya sahabat yang bahkan hingga titik akhir nyawanya. Dia tidak kenal takut.

Mulut Reiner terbuka, mendesis, mengeluarkan asap tebal putih. Dia berancang-ancang menyerang eren dari samping. Obat yang disuntikkan ke eren beberapa jam yang lalu memiliki efek melumpuhkan sistem kerja otot. Reiner mengambil kesempatan itu untuk bisa menahan pergerakan eren dan mencabutnya dari tubuh titan.

Bumi bergetar mengikuti langkah kakinya. Eren masih diam tak bergerak. Dalam bentuk raksasa dia memiliki rambut panjang sepundak yang hampir menutupi wajahnya. Dendam dalam dadanya bergemuruh. Amarah yang dia oendam sejak runtuhnya dinding Maria sekarang saatnya untuk dia keluarkan.

Tidak akan ada rasa sakit lagi. Karena malam ini dia akan membunuh orang yang membuatnya sakit.

Tangan eren mengepal dengan cepat buku-buku jarinya mengeras membentuk lapisan kristal berwarna kebiruan. Reiner yang tak menyadarinya sudah melangkah terlalu dekat. Dia tak bisa menghindar dari tinju keras eren. Tubuhnya terpelanting kebelakang menimpa seluruh tenda-tenda.

Coureuse (AOTxReader)✔️Where stories live. Discover now