04. Interaksi

4.5K 306 4
                                    

Sejak sampai di gazebo yang ada di taman FISIP, Dara kesulitan untuk bersikap tenang

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Sejak sampai di gazebo yang ada di taman FISIP, Dara kesulitan untuk bersikap tenang. Kakinya terus digerak-gerakkan dan tangan yang tidak berhenti memilin ujung kemeja untuk menghalau gugup. Hari ini adalah hari pertama pertemuan kelompok 147 dan dia menjadi orang pertama yang sudah berada di lokasi pertemuan.

Dara sendirian di sana. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berlalu lalang di sekitar taman.

“Kalau gini ceritanya, mending aku ikut Moza ke kantin dulu,” gumam Dara yang menyesali kehadirannya terlalu cepat.

Sudah lebih dari sepuluh menit Dara menunggu di gazebo, tapi dari sembilan yang tersisa belum ada memunculkan batang hidungnya. Dari grup whatsapp yang sudah terbentuk kemarin malam, beberapa dari mereka memberi kabar kalau sedang berada di perjalanan.

Sepertinya sudah menjadi sebuah kebiasaan, janjian jam berapa, datang satu jam kemudian. Bagi Dara yang terbiasa datang tepat waktu, menunggu itu sangat menyebalkan.

“Jam karet semua, sih, kayaknya,” dumel Dara yang sudah mulai bosan.

Mood Dara memang sudah buruk dari awal. Ia terlalu gugup dan berharap kalau dugaannya itu adalah salah. Mungkin ada Bisma lain yang sama persis nama lengkapnya dengan Bisma sang mantan. Mungkin. Dara mencoba menghibur diri.

Ditambah lagi dengan keterlambatan teman-teman kelompok KKN-nya. Padahal ini adalah pertemuan pertama, seharusnya mereka lebih menghargai waktu dan menjadikan kesan pertama yang baik.
Kebiasaan ngaret yang sudah membudaya memang sulit untuk diubah.

Dara tengah menatap kakinya yang berayun-ayun. Alisnya mengernyit tiba-tiba saat mendapati ada kaki lain menapak di tanah. Sontak Dara menegakkan kepala untuk memastikan siapa orang yang berdiri di hadapannya.

“Udah nunggu lama?”

Dara tidak langsung menjawab. Otaknya membeku beberapa detik, sebelum akhirnya ia mengerjapkan mata beberapa kali dan menelan salivanya susah payah. Lidahnya masih terlalu kelu untuk sekadar menjawab.

“Maaf, saya tadi ada urusan dulu.”

Dara mengangguk pelan. Entah untuk menjawab pertanyaan, atau untuk memaklumi keterlambatan. Mungkin keduanya.

“Yang lain belum datang?” tanya orang itu lagi.

Dara menggelengkan kepala, lalu tatapannya mengitari sekitar, berusaha mencari teman-teman lain—yang sebenarnya belum pernah ia temui dan kenali.

“Dara…”

Ada bagian hati Dara yang mendadak tercubit sesuatu, saat mendengar suara itu memanggil namanya.

“Apa kabar?”

Sial! Dara merasa oksigen di sekitarnya seperti terebut paksa. Terasa menyesakkan. Namun, dengan cepat gadis itu menguasai diri. Ingat! Ia tidak boleh terlihat lemah.

Dara menoleh ke arah orang itu dengan kepala yang tegak.

“Selalu baik!” Suara pertama Dara yang keluar dengan tak gentar, sekalipun dalam hatinya gemetar.

“Syukurlah.”

Dara dapat melihat senyuman kecil dari bibir lawan bicaranya. Hal itu membuat Dara mendengkus tipis.

“Kamu masih kenal saya, kan, Ra? Atau kita perlu mengenalkan diri dari awal lagi?”

Mendengar pertanyaan-pertanyaan itu berhasil membuat Dara menertawakan keadaan ini di dalam hati. Apa bertemu dan interaksi kembali dengan mantan pacar harus sekonyol ini?

Benar! Pemilik kaki yang tiba-tiba muncul ini adalah Bisma. Sialnya, Bisma yang ada di hadapannya ini adalah Bisma yang tidak ia harapkan, alias sang mantan pacar. Benar-benar mimpi buruk.

“Kayaknya kamu lupa sama saya. Kalau gitu, biar saya memperkenalkan diri lagi. ” Laki-laki itu mengulurkan tangannya ke hadapan Dara. “Saya Bisma Kamandaka, dari jurusan Teknik Geologi.”

Dara menyambut tangan itu dan menjabatnya beberapa detik. “Saya Dara Ginanita, jurusan Fisika.”

Bisma mengangguk-angukkan kepalanya, lalu menatap Dara dengan tatapan yang sulit diartikan. “Saya masih nggak nyangka kalau kita bisa satu kelompok di sini.”

Ngana pikir, aku nyangka gitu? Kepikiran buat ketemu lagi aja,  mikir-mikir lagi, gerutu Dara yang sayangnya hanya dalam hati.

Dara tidak menanggapi perkataan Bisma lagi. Hal ini membuat keheningan tercipta di antara keduanya. Jujur saja, Dara tidak nyaman berada dalam situasi ini. Ia tidak suka jika harus berduaan dengan Bisma dalam waktu yang lama.

“Duh! Kalian udah nunggu lama, ya? Maaf ya.”

Dara mengembuskan napas lega. Akhirnya, satu per satu anak-anak kelompoknya datang memecah keheningan. Setidaknya ia bisa menghindari interaksi lebih dengan Bisma. Ia bahkan sudah tidak peduli dengan rasa kesalnya akibat menunggu tadi, yang terpenting berkat adanya mereka, Dara bisa bersikap lebih tenang.

Hanya tersisa satu orang lagi yang belum hadir di antara mereka bersepuluh. Namun, orang itu berpesan untuk dimulai saja rapatnya, karena masih dalam perjalanan dan terjebak macet. Alhasil, mereka memulai perkenalan lebih dulu, dari pada harus membuang waktu lebih lama lagi.

Anak-anak kelompok KKN 147 total sepuluh mahasiswa. Lima laki-laki dan lima perempuan. Mereka berasal dari jurusan yang berbeda-beda. Ada Aksa dari jurusan Manajemen, Bani dari jurusan Teknik Elektro, Bisma dari jurusan Teknik Geologi, Caca dari jurusan Jurnalistik, Dara dari jurusan Fisika, Hansel dari jurusan Sosiologi, Indah dari jurusan Biologi, Janu dari jurusan Kimia, Manda dari jurusan Psikologi dan Nadin dari jurusan Akuntansi.

Tidak sulit bagi mereka bersepuluh untuk berbaur. Baru berkenalan setengah jam saja, suara tawa sudah mendominasi gazebo.

“Gimana kalau kita pilih ketuanya dulu? Nggak mungkin, kan, kalau kelompok gini nggak punya ketua? Ada yang mau mencalonkan?” tanya Aksa memberi usul.

“Aku ngikut aja, dah!” sahut beberapa yang lain.

“Jangan gitu atuh. Kita teh kan mahasiswa, harus punya pilihan. Jangan main ngikut-ngikut aja! Kalau kalian diarahin ke jalan nggak bener, mau ikut juga?” celetuk Bani dengan logat sundanya yang khas.

Dara setuju dengan pendapat Bani. Sebagai mahasiswa, tentu saja harus berpikir diplomatis dan kritis. Jangan terlalu mengikuti arus.

“Kalau gitu, gimana kalau setiap orang tulis satu nama di kertas? Hasilnya kita hitung siapa suara terbanyak untuk jadi bakal calon ketua kita nanti. Setelah itu, kita voting lagi sampai mengerucut. Gimana? Kalau mau voting, sih, itu juga,” saran Bisma.

Seluruh anggota menyetujui usul dari Bisma. Mungkin akan membutuhkan waktu sedikit lebih lama, ditambah lagi mereka belum mengenal satu sama lain. Anggap saja ini sebagai ajang pendekatan untuk mereka bersepuluh.

“Tapi kita belum bisa mulai, kalau semuanya belum datang,” ucap Bisma.

Benar. Masih ada satu orang lagi yang belum hadir.

“Maaf temen-temen, udah bikin nunggu lama. Macet banget di jalan tadi.”

Panjang umur. Satu orang yang belum hadir kini sudah ada di antara mereka. Napasnya terengah seperti sudah berlarian.

“Ayo! Ayo duduk! Pas banget kamu dateng. Kita baru aja mau mulai voting buat calon ketua kelompok,” kata Caca mempersilakan orang itu untuk duduk di sebelahnya.

Sebelum vote dimulai, orang tersebut memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

“Sebelumnya, aku mau minta maaf karena udah terlambat. Perkenalkan namaku Nadin, jurusan Akuntansi. Salam kenal semuanya!” ucap gadis yang bernama Nadin itu dengan nada ceria.

Sekalipun terlihat lelah, tapi senyum bulan sabit di wajah Nadin membuat semua orang di sana ikut merasakan hangatnya. Namun, lain lagi dengan Dara. Gadis itu tiba-tiba terpaku saat tak sengaja melihat pandangan Bisma yang menatap Nadin dengan senyum yang mengembang.

Ingatan Dara seketika terlempar pada kejadian memalukan di dekat lapangan basket tempo hari. Ia mengingat dengan jelas wajah perempuan yang sedang berseda gurau dengan Bisma saat itu di lapangan, sebelum kejadian menjungkal bersama Moza terjadi. Dan perempuan itu adalah Nadin—yang baru saja bergabung dengan mereka hari ini.

Apa mereka berdua berpacaran? Pertanyaan itu terlintas di kepala Dara begitu saja. Entah mengapa, Dara tidak suka kebetulan semacam ini.

Kebetulan satu kelompok dengan Bisma.

Kebetulan satu kelompok dengan gadis—yang Dara yakini—pacarnya Bisma, alias Nadin.

Kebetulan yang sangat kebetulan.

Sepertinya, mulai detik ini perjalanan move on Dara akan segera dimulai.

Hayolooooh!

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Hayolooooh!

Sampai ketemu besoook!

Luv,
HD💜

Langit Tak Selalu BiruKde žijí příběhy. Začni objevovat