23. Lebih Baik

3.3K 262 4
                                    

"Nyesel, deh, gue pernah ceng-cengin si Dara sama si kutu kupret. Untung lu kagak mau, Dar. Masih selamat lu, walau ujungnya kena jambak cewek nggak jelas," cerocos Janu yang masih tidak menyangka dengan kelakuan Gala selama ini.

"Lagian saya mah udah nggak begitu percaya dari sama si pekok! Baik mah baik, tapi pas ada maunya aja," sahut Bani yang sudah tidak terlalu kaget, karena sejak awal dia sudah dapat membaca modus-modus dari Gala.

Dara-nya aja memang yang terlalu positive thinking, selalu merasa kalau semua orang baik. Pengecualian perilaku gadis itu pada Bisma. Itu lain cerita.

Semua kini sedang berkumpul di rumah Pak Sanusi. Beruntung Pak RT datang di saat mereka tengah kebingungan. Karena rumah pak RT tidak bisa menampung sepuluh anak-anak itu, maka Pak Sanusi menawarkan diri pada mereka untuk tinggal di rumahnya, walau tidak sebesar rumah Pak Dasa.

Omong-omong soal Pak Dasa dan Gala, Pak RT sudah berkunjung dan mencoba menjadi penengah untuk para mahasiswa itu, namun Pak Dasa masih tetap dalam pendiriannya untuk meminta mereka meninggalkan rumah itu dalam keadaan bersih tanpa mengurangi suatu apa pun. Keputusan Pak Dasa sudah tidak bisa diganggu gugat.

"Tapi, aku beneran nggak nyangka loh Kak Gala seculas itu. Soalnya dia baik sama kita ya, Ra?"

Dara meringis mendengar pernyataan Manda. Ia merasa menjadi manusia paling bodoh sekarang, karena sudah terlalu naif dan menganggap semua orang adalah orang baik. Ia menyesal karena secara tidak langsung ia yang membuat teman-temannya terkena masalah sekarang.

"Aku minta maaf, ya, Temen-temen. Kalau aja aku nggak terlalu deket sama Kak Gala, mungkin kejadiannya nggak akan kayak gini," sesal Dara untuk kesekian kalinya.

Sekali lagi, Gala di mata Dara itu adalah laki-laki yang super baik dan mengagumkan. Meskipun Dara tidak jatuh cinta pada laki-laki itu, namun tidak ada alasan bagi dirinya untuk tidak menyukai Gala. Penilaian Dara selama ini rupanya salah. Setelah ia bisa mencerna semuanya dengan baik, kedekatannya dengan Gala itu memang salah.

Seharusnya, Dara tidak menutup telinga terlalu kencang, sehingga ia bisa mendengar perkataan orang lain yang menilainya buruk karena dekat dengan Gala. Seharusnya, Dara menerima saat Bisma berkata kalau ia harus jaga jarak dengan Gala saat itu.

Gala sudah memiliki kekasih. Kepergian Gala tiap kali ke kota itu adalah untuk menemui Najla, kekasih sekaligus orang yang sudah menjambak rambut Dara tempo hari. Kalau saja Dara tahu kalau Gala sudah memiliki kekasih, mungkin ia memilih untuk berjaga jarak.

Sayangnya, Dara terlalu naif.

“Maaf, ya!” katanya lagi.

Tentu saja ini langsung dibantah oleh semuanya.

"No! No! Berhenti minta maaf, ok?" Nadin menggelengkan kepala lalu merangkul Dara. Gadis itu kemudian tersenyum dan memandang satu persatu teman-temannya. "Satu hal yang perlu kita syukuri sekarang, Tuhan memperlihatkan hal-hal baik untuk kita semua. Bukankah setiap ada kesulitan, selalu ada kemudahan membersamai? Kita diusir Pak Dasa, tapi ada Pak Sanusi yang baik yang mau nampung kita. Iya, kan?"

Nadin mengerlingkan sebelah matanya dan membuat teman-teman yang lain menyoraki gadis itu. Nadin memang paling bisa untuk mencairkan suasana. Sudah cukup dua hari ke belakang, mereka merasakan kesakitan karena merasa tersudutkan. Namun, sisi lain dari kejadian kemarin adalah ikatan kekeluargaan mereka makin erat. Kejadian ini membuat mereka belajar untuk menghadapi suka dan duka bersama.

“Eh, gue baru sadar, si Bisma ke mana?” Janu celingak-celinguk menyadari kalau mereka hanya ada bersembilan di ruangan ini. Ruangan dengan dinding bilik yang menghangatkan.

“Kayaknya masih di rumah Pak Kades, deh!” sahut Aksa menerka-nerka.

Ini masih jam empat sore, setelah kejadian kemarin, Bisma akan pulang ke posko menjelang magrib. Keesokan harinya, Bisma mendapat teguran dari dosen pembimbing mereka mengenai kasus pemukulan yang dilakukan oleh laki-laki itu. Sekalipun alasan Bisma memukul Gala ini adalah untuk membela perempuan, tapi tetap saja tidak bisa dibenarkan. Maka dari itu, sebagai hukuman, Bisma harus bersedia membantu pekerjaan di kantor Desa.

“Jadi, gimana, Dar?”

Dara terkejut mendengar pertanyaan Janu yang tiba-tiba. Alisnya bertaut kebingungan. “Gimana apaan?”

Bukannya menjawab, Janu malah menaik-turunkan alisnya.

“Saya nggak mau ikutan, ah,” balas Bani ketika Janu menepuk bahu dan memberi kode yang Bani sudah mengerti arah tujuannya.

“Hubungan kamu sama Bisma lah!”

Bukan Janu yang menyahut, melainkan Aksa yang kini tengah menyunggingkan senyum jailnya.

“Baik, kita kan emang temenan,” balas Dara kikuk. Ia sama sekali tidak ekspektasi akan diberikan pertanyaan macam ini.

Dara jadi penasaran, memang seperti apa sih hubungannya dengan Bisma yang ada dalam pandangan mereka? Alih-alih seperti orang yang pernah saling menyayangi, hubungan Bisma dan Dara lebih mirip seperti musuh bebuyutan. Ada saja huru-haranya.

“Temenan, atau mantan pacar, nih?”

Mendengar itu, sontak Dara menoleh horor ke arah Bani. Ia membulatkan matanya dan meminta penjelasan Bani atas celetukan Aksa barusan. Tatapan mata Dara seolah bertanya, “Kok mereka bisa tau?”

Sementara itu Bani mengangkat kedua bahunya seolah tak tahu menahu. Lagi pula, Bani memang menepati janjinya untuk tutup mulut. Jika ada orang lain yang mengetahui hubungan Bisma dan Dara di masa lalu, itu berarti bukan dari Bani.
Bukan hanya Dara yang terkejut, melainkan Caca, Indah dan Manda pun sama terkejutnya dengan pertanyaan Aksa.

Manda terlihat menatap Dara dengan penasaran. Ia mengingat sesuatu yang pernah dibicarakan oleh anak laki-laki malam itu. “Ah, aku inget sesuatu! Apa ini yang dimaksud rahasia sama kalian waktu itu?”

Mendengar pertanyaan Manda dan respon dari anak-anak laki-laki lainnya membuat Dara berpikir apa yang sudah ia lewatkan mengenai obrolan anak-anak tentang rahasia.

“Jadi, kamu beneran mantannya Bisma, Dar?” bukan hanya satu orang, melainkan hampir semuanya menanyakan hal yang sama.

Dara bingung harus menjawab apa. Mau mengelak, berita ini memang sudah tidak bisa diselamatkan. Mau mengaku… pandangan Dara seketika tertuju pada Nadin yang ada di sebelahnya. Ia akan menjadi tidak enak jika harus mengaku, terlebih ada Nadin yang notabene-nya gadis yang selama ini dekat dengan Bisma.

“Kenapa kamu liatin aku kayak gitu?”

Dara tersentak karena Nadin melontarkan pertanyaan itu. Ia meringis kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Nggak perlu canggung gitu kali, Ra. Nggak apa-apa kok kalau kamu emang beneran mantannya Bisma,” balas Nadin dengan wajah yang semringah. Tak lama, seringaian jail terpampang di wajahnya sembari menatap satu persatu temannya seolah ingin memberikan informasi penting. “Lagian nih, ya, aku sama Bisma itu sepupuan, tau!”

“Hah?”

Lagi-lagi bukan hanya Dara yang terkejut, melainkan anak-anak yang lain pun sama tidak percayanya. Tidak habis pikir.

“ANJIR! Plot twist macam apa ini? Setelah Aksa bilang kalau dia tau hubungan Dara sama Bisma pas SMA, sekarang tiba-tiba si Nadin bilang kalau dia sepupunya Bisma. Kebetulan yang membagongkan,” celoteh Janu dengan mengacak-acak rambutnya frustrasi.

Sementara itu, Dara sontak menatap horor ke arah Aksa. Pantas saja, tiap kali melihat Aksa, Dara selalu merasa tidak asing. Ternyata, dia adalah Aksa si anak kutu buku yang pernah satu kelas selama satu tahun bersama Dara dan Bisma.

Dunia ini benar-benar sempit.

Luv,HD💜

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Luv,
HD💜

Langit Tak Selalu BiruOnde histórias criam vida. Descubra agora