R. [05] Proposal.

76 8 1
                                    

Deon memandang wanita berambut pendek itu dengan pandangan bingung. Bukan bingung siapa wanita itu, melainkan ia bingung kenapa wanita itu mendatangi dirinya lagi.

"Untuk apa kau datang kemari lagi?"

Wanita itu tersenyum lebar, ia melirik ke arah belakang Deon dan senyum itu seketika hilang. Dia langsung menatap Deon kembali dengan tatapan bingung. "Siapa wanita itu?" wanita di hadapan Deon tidak menjawab pertanyaan Deon melainkan melempar pertanyaan juga padanya.

"Kau tidak perlu tahu."

"Baiklah," wanita itu mengangguk karena tidak penasaran juga, mungkin saja wanita yang dibelakang Deon itu hanya salah satu karyawan yang bekerja bersama Deon.

"Jawab pertanyaanku, kenapa kau di sini?" tanya Deon dengan nada dan aura yang begitu dingin.

Kay yang melihat Deon berubah menjadi seperti itu pun terkejut, ia menaikkan satu alisnya karena baru kali ini ia melihat sisi lain Deon.

Kay tidak tahu saja, jika deon di hadapan karyawan lain ia akan menjadi seorang Direktur yang begitu kejam.

"Aku dengar, Papah mu membelikan gaun untuk calon menantunya?"

Deon mengerutkan alis, "Darimana kau mengetahui hal itu?"

"Tentu saja dari Ibuku."

"Tapi gaun itu bukan untukmu."

Wanita berambut pendek itu terkejut mendengar ucapan Deon. "Memangnya siapa bilang aku menginginkan gaun itu?"

"Matamu terlihat sekali ingin memiliki gaun itu. Bukankah kau ke sini diam-diam untuk mengambil gaun itu?"

"Aku? Tidak." wanita itu mengalihkan tatapannya, menghindari kontak mata dengan Deon.

Deon menghela napas kesal. "Zoya, apa tujuanmu kemari?"

"Hhhmm ... bertemu denganmu?" kata wanita bernama Zoya itu dengan menatap Deon menggoda pria itu.

"Tapi aku tidak. Pergilah."

Kay sangat takut saat melihat Deon yang terlihat tengah menahan amarahnya, ia takut jika Deon akan melampiaskan amarah itu pada dirinya, ia takut kalau wanita itu tahu siapa dirinya ia akan dimaki-maki oleh wanita itu.

"Baiklah, aku akan pergi setelah kau memberitahu siapa wanita itu? Dari divisi mana ia bekerja?"

"Sudah ku bilang itu bukan urusanmu, Zoya."

Zoya menghela napas dan memutar bola matanya, "Ya sudah jika kau tidak ingin memberitahuku, aku pergi." Zoya berbalik dan meninggalkan dua orang di ruangan Deon itu.

Deon menghela napas panjang untuk menghilangkan amarahnya, setelah itu ia berbalik untuk melihat Kay yang sedang menatap dirinya kebingungan. "Akan ku jelaskan nanti saat di mobil. Sekarang, ayo kita pulang." Deon menahan pintu agar Kay bisa keluar lebih dulu.

Kay yang mengerti maksud Deon, berjalan lebih dulu dan keduanya berjalan ke arah lift. Keduanya masih terus diam hingga sampai di mobil.

Deon menjalankan mobilnya secara perlahan. "Dia adalah salah satu wanita yang ingin dijodohkan denganku," kata Deon memulai cerita dengan suara yang begitu tenang dan hangat. Sangat berbeda dengan Deon yang ia lihat sebelumnya.

"Dia adalah tipe wanita yang serakah. Walaupun fisiknya begitu cantik, tapi aku tidak menyukai sikapnya yang terlalu kekanakan. Ia akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan apa yang dirinya suka. Dia bisa saja mengambil gaunmu itu."

Kay terus diam mendengarkan Deon bercerita dengan tenang.

Deon melirik Kay sebentar karena Kay tidak beraksi apapun, "Apa cerita itu tidak menarik untukmu?"

RadeonWhere stories live. Discover now