"aku tak punya pilihan lain."

"yang tidak kau punya adalah OTAK! Paham."

"Jean sudah." Coba Sasha untuk melerai.

"tidak, Sasha. Aku harus meluruskan otak orang sinting ini."

"aku tidak sinting." Bantah (y/n).

"ya, kau sinting."

"kau yang sinting."

"kau."

"KAU!"

Langkah kaki terdengar bergerak turun dari lantai dua. Remasan Jean mengendur. Dia melepaskan (y/n) kasar untuk menghormati kapten Levi yang baru datang. Cara dia berjalan sudah normal.

Levi melihat ke kaki (y/n) yang sudah menekuk ke belakang, berancang-ancang untuk menendang selangkangan Jean. Sebelum tendangan menyakitkan itu mengenai sasarannya. Levi lebih dulu mencegahnya.

"luruskan kedua kakimu."

Decihan kesal keluar begitu saja dari lidah (y/n).

Pasukan pengintai mengambil 3D maneuver gearnya. Mereka bersiap melawan musuh bebuyutan yang telah menewaskan banyak sekali teman sejawat. (y/n) bergerak mundur sejauh yang dia bisa. Sampai akhirnya berhenti ketika tak sengaja menabrak seseorang.

Levi mendorong bahu (y/n) pelan untuk menyingkir dari jalannya. Sementara semua pasukan pengintai sibuk memakai 3D maneuver gear (y/n) berdiri, bersandar di dinding dekat perapian. Tangannya bersedekap.

Dia tidak tahu mau berbuat apa. Dia sendiri yang minta untuk dilindungi namun perasaan lemah tak berdaya. Seakan-akan tidak berguna. Membuatnya semakin jengkel sendiri.

"aku butuh pedang lengkap."

Kalimat dari Levi langsung diiyakan oleh semuanya. Kotak pedangnya segera terisi penuh. Dengan ini tidak ada lagi jalan untuk monyet raksasa itu untuk kabur. Levi keluar paling dulu. Untuk urusan dibelakang dia menyerahkannya kepada Hanji.

Jean melirik (y/n) saat sedang memakai 3D maneuver gear di tubuhnya. Namun sialnya tatapan mereka malah bertemu yang kemudian membuatnya langsung buang muka. Dia mendekati Hanji untuk mendengarkan perintah. Rencananya sederhana. Mikasa sudah baikan sehingga dia ditempatkan di rumah ini untuk melindungi (y/n) dan Hanji.

"Hanji-san juga?" tanya Sasha.

"yeah, kau lupa tanganku patah."

"ini tidak akan terjadi jika perempuan bar-bar itu tidak asal mengamuk dan asal menyerang orang yang tidak salah dengan membabi buta."

Jean sengaja menekan kalimat terakhirnya.

"apa maksudmu?" sahut (y/n) dari kejauhan.

"aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tak perlu emosi."

"aku tidak emosi." Jawab (y/n) emosi. "Aku hanya tanya apa maksudmu menyindirku seperti itu?" tambahnya semakin emosi.

Hanji tertawa kecil tanpa sebab. Sasha yang disampingnya bertanya apa ada hal yang lucu. Dia berbisik ditelinga Sasha semnetara Jean dan (y/n) masih saling melontarkan kalimat pedas.

"mereka sudah baikan." Bisik Hanji.

"baikan? Bukankah ini malah semakin buruk?" balas Sasha berbisik. Hanji menggeleng lemah.

"semuanya baik-baik saja."

Hanji tersenyum yakin.

*

*

*

Beast titan berdiri menjulang di atas tembok. Bulu-bulunya berkilau di bawah sinar matahari. Kemenangan tinggal sedikit lagi berada di tangannya. dia memandang lurus pada tembok rose yang belum dia sentuh sama sekali. Terlihat sangat perawan dari kejauhan.

Rekor terbesar marley sampai saat ini adalah belum terkalahkan. Mereka hanya menyerahkan sedikit tim handal dan bisa menghancurkan seluruh pasukan pengintai dalam hitungan detik. Ujung bibirnya tertarik ke belakang. Dia bermaksud untuk masuk ke tembok rose mencari annie. Misi ini sebenarnya akan diberikan pada Pieck Finger, pemilik Cart Titan. Namun, misi itu tidak jadi diberikan dengan alasan cara berjalannya yang belum kembali normal.

Cara berjalan Cart Titan yang merangkak membuat Pieck meskipun sudah kembali ke wujud manusia. Cara dia berjalan jadi ikut merangkak juga. Tungkai kakinya melemah dan ini tidak lucu jika dia akan menjadi mata-mata semenatar cara berjalannya seperti itu. Tak butuh sejam untuknya ditangkap.

Eren dijaga ketat oleh marley di ruangan khusus.terbaring tak berdaya di ranjang apek dengan seluruh tubuh yang terikat. Mulutnya bahkan disumpal untuk mencegahnya melukai dirinya sendiri yang memicu perubahan ke wujud titan. Dia ditempatkan disana dengan Reiner yang selalu mengawasi. orang yang selama masa kadet Eren anggap sebagai sahabat ternyata adalah pengkhianat. Setiap kali Eren melihatnya duduk di kursi mengawasinya. Ingin rasanya dia meludahi wajahnya. Rasa dendamnya kepada marley malah semakin kuat.

Suatu hari nanti teman-temannya akan datang dan dia bisa membalaskan dendam dengan leluasa. Eren mendengus lalu tertawa di bawah bayang-bayang dendam kesumat. Yang membuat beberapa pengawas termasuk Reiner terdiam kaku di ruangan itu. Tawa Eren sama dengan kegilaan. Semakin keras dia tertawa hal-hal gila akan terjadi. Tinggal menunggu waktu semua akan terwujud. Dia melepehkan sumpalan kain dari dalam mulutnya.

"akan kubunuh kalian semua. SEMUANYA AKAN MATI DISINI!"

Rasa dingin entah dari mana datangnya merayap di seluruh punggung Reiner. Semakin lama dia dekat dengan Eren. Dia merasakan perasaan terancam yang begitu pekat. Aiura yang dikeluarkan Eren terasa tidak nyaman dan mengancam. Ditambah dengan mata hijaunya mudah berkilat meskipun diterpa sedikit cahaya lampu.

Senyum bengis di wajahnya telah menjelaskan semua. Rencana-rencana keji, pembunuhan massal, atau lebih parah lagi. keruntuhan marley.

"sumpal mulutnya dengan lebih banyak kain."

Lima orang langsung bergerak mendekati Eren. Meskipun rasa ngeri akan ancamannya terasa kuat. Mereka berhasil menahan kepala Eren dan mengikatnya ke ranjang. Eren terus memberontak. Dia mencoba untuk melepaskan diri. Tali yang mengikat tangan, tubuh, dan kakinya berderit mau putus. Dia menggila sampai akhirnya suntik bius membuatnya menyerah. Pupilnya membesar bersamaan dengan perasaan tenang dan seluruh tubuhnya lumpuh.

Dari jauh namun masih berada didalam ruangan. Reiner menatap ngeri. Eren yang tertidur dengan seluruh tubuhnya diikat dengan mulut tersumpal terlihat mengerikan dibandingkan pasien rumah sakit jiwa. Sekarang tinggal menunggu arahan dari Zeke yang saat ini sedang berada di paradise.

Arahan untuk mewariskan kekuatan titan Eren ke kadet marley. Kadet yang sudah berdedikasi penuh kepada marley dalam perang meskipun umurnya masih sangat muda. Dengan wajah ceria dia melangkah masuk ke ruangan Eren.

"orang itukah yang akan aku makan?"

Jari telunjuknya menunjuk Eren lurus. Reiner segera menurunkannya dan mendorong tubuh orang itu untuk keluar dari ruangan.

"ini bukan tempat yang aman untukmu, Gabi. Sekarang keluarlah."

Tbc.

Coureuse (AOTxReader)✔️Onde as histórias ganham vida. Descobre agora