"Masih ada waktu dua bulan, Yah. Ayo kita liburan bareng sekeluarga."

"Iya. Ayo, Nak."

・⁠・⁠・

Kay berada di kantin, ia tengah duduk di kursi yang dekat dengan jendela besar kantor. Kay termenung menatap jalanan kota yang padat, memikirkan kehidupannya yang akan berubah total di masa depan. Setelah makan siang, ia tidak langsung ke mejanya seperti biasa.

Vyca yang satu hari sebelumnya ia beritahu kabar itu, kini temannya itu hanya bungkam. Temannya tidak mengatakan apapun saat itu, ia langsung pergi begitu saja. Kay belum berani untuk menghampiri temannya lagi.

"Kay."

Kay menoleh saat ada seseorang yang memanggil, "Vyca?" baru saja ia memikirkan temannya, temannya ternyata langsung datang menghampirinya.

Vyca tersenyum canggung, "Rooftop, yuk?"

Kay tersenyum senang dan mengangguk.

Saat keduanya sudah sampai di rooftop, hanya keheningan yang menghiasi suasana, angin bertiup kencang dan suara klakson kendaraan terdengar begitu nyaring.

"Maaf, kemarin gue pergi gitu aja." Vyca memulai pembicaraan.

"Kenapa?"

"Berita itu terlalu tiba-tiba. Gue bingung harus bereaksi gimana, jadi gue butuh waktu buat itu. Lo beneran diajak nikah sama Pak Deon?"

"Manfaatnya gue bohong sama lo buat apa?"

"Ini beneran, deh! Gue nggak nyangka kalau Pak Deon selama ini emang sengaja bikin lo bolak-balik buat ketemu dia dengan embel-embel tanda tangan berkas ternyata cuma buat ketemu sama lo doang?"

"Masa, sih?"

"Nggak peka dasar."

"Lo juga baru peka sekarang, kan?"

Vyca mendengus kasar dan beralih menatap gedung-gedung tinggi di depannya, "Kapan Pak Deon bilang mau nikahin lo?"

"Tiga minggu lalu kalau nggak salah."

"Tepatnya pas kapan?"

"Lo inget nggak? Yang pas pengawalnya Pak Deon nyamperin gue di basemen?"

"Oh, iya gue inget."

"Waktu itu gue diajakin dinner sama Pak Deon, dan pas itu dia bilang mau ngajakin gue nikah."

"Terus lo langsung setuju?"

Kay menggelengkan kepala, "Waktu itu gue masih ragu."

"Kenapa harus ragu? Pak Deon aja langsung nembak gitu."

"Vyca, lo tahu 'kan kondisi keluarga gue gimana? Orang tua gue masih punya banyak hutang, rentenir dari mana-mana pada dateng ke rumah buat nagihin hutang. Gue malu kalau Pak Deon sampe liat hal itu."

"Pak Deon udah tahu soal itu?"

Kay mengangguk pelan. Vyca menoleh pada Kay dan melihat anggukan kepala Kay. Vyca menghela napas panjang, "Apa kata Pak Deon?"

RadeonWhere stories live. Discover now