Bab 2 Lonely lightning and white maiden chapter 1 : Wanderer and Traveler

122 12 3
                                    

Pangeran Abyys!

Pangeran!

Abyys...

Tempat yang dia pimpin berdasarkan takdir yang di berikan oleh “Dia”

Saat itu, dia duduk di atas ruin Golem, namun tiba-tiba sosok hitam muncul di depannya dan semua nya gelap dalam satu kedipan.

Kakak!


Kakak!

Kak Aether!!

“Suara ini?”

Dia tak ingin mendengarkan nya lagi, seorang kakak sepertinya selalu menangis ketika tahu adiknya akan menghalangi jalannya. Dia ingin melupakan wajah adiknya demi kesehatan mentalnya.

Aku ingin tidur saja.

Setelah pertemuan di saat itu, yang dia rasakan Cuma rasa bersalah karena telah meninggalkan adiknya.


“Kakak!!”
Berisik!

Mungkin kekuatan abyys sudah merusak otak nya.

Namun...


Plak!

“Aduh!”

Dia terbangun di ranjang dengan baju yang aneh, semacam baju ketat yang menutupi seluruh tubuhnya serta pipi yang kesakitan, lalu Kejutan tak terduga pun muncul di didepannya.

“Apa ini! Lumine?”

Adik kecilnya langsung memeluknya dengan erat serta dengan penuh ras rindu sampai berlinang air mata.

“*Hiks... Syukurlah, ini beneran kakak kan? Kakak benar-benar akan pulang bersama denganku kan?”

Dia masih merasa bersalah, dia langsung melepaskan pelukan adiknya.

“Tunggu! Sudah kubilang jangan ikuti aku!”

Gadis pirang itu langsung mengkerutkan dahinya. Dia baru saja mengawatirkan kakaknya namun malah ini yang dia dapatkan.

“Bohong ya? Ini salah ku gitu? Aku telah membatu selama 500 tahun dan kau seenaknya bilang aku tak boleh berada disisimu!? Menganggap diriku ini lemah, Cuma karena kau tahu lebih tahu soal semua di Teyvat, Huh!!!”

Dia memukul kakaknya dan menghempaskan Aether ke tembok putih. Dia menarik kerah baju kakaknya lalu menghantam kepalanya ke tembok.

“Kalau kau benar-benar tahu, ada kah aku tahu betapa menyedihkannya aku berusaha mencarimu. Menanyainya semua dewa-dewa tanpa mendapatkan jawaban yang jelas dan kau bilang bahwa kau tahu segala-galanya!!”

Pemuda itu malah memalingkan matanya yang menambahkan amarah adiknya. Dengan pelan Lumine melihat kakaknya kembali berbicara.

“Kau... Tak tahu apapun, maaf.”

Matanya terbelalak tak percaya dengan apa yang dia dengar.


Ini lagi?


INI LAGI!!!

“Cukup! Aku tak ingat punya saudara kembar lagi.”

Hati Lumine hancur ketika dia mengangkat tangannya siap untuk memberikan pukulan sekali lagi.


“Sudah cukup sampai disitu.”

Suara berdenting terdengar di kepala Lumine.

“Apa yang... Eaahhhhhhhh!!!”

Kepalanya terasa seperti mau meledak. Semua darah mengarah ke otaknya, mulai memompanya untuk segera meledak. Gadis menggeliat kesakitan mendorong Aether untuk menolongnya.

“Lumine, kamu tak apa?”

Plak!

Lumine menepis tangan kakaknya dengan tatapan penuh amarah.

“Jangan... Aku tak butuh bantuanmu... Eaahhhhhh!!”

Pintu besi terbuka secara otomatis, memasukkan seorang wanita bertopeng yang berjalan santai ke arah mereka.

“Hipertensi, tak kukira penyakit yang di idap kakekku bisa berguna sebagai senjata.”

Wanita dewasa dengan kulit eksotis dan topeng yang mirip di pakai oleh para penjaga dari sumeru.

“Warga sumeru ya? Siapa dan apa yang kau inginkan!”

Aether berdiri mengancam wanita itu. Namun sama sekali tak berefek, malahan wanita itu langsung menundukkan nya dengan satu tombol di tangannya.

“Jaga bicaramu! master akan bertemu dengan kalian. Aku harap kalian tak bertingkah seperti ini di hadapan beliau.”


Sementara itu di dunia lain, Teyvat sedang dihebohkan dengan untuk pertama kalinya tertutup nya akses dari kota paling terbuka dari penjuru Teyvat.


Seorang pendatang liyue sedang mengeluh ke rekannya di kedai teh.

“Keluargaku sedang berlibur di Mondstadt merayakan acara disana. Sementara aku sibuk mengurusi daganganku di toko. Aku pun terpaksa untuk tak melihat mereka beberapa bulan. Terus saat aku mencoba menjemput mereka, tiba-tiba jalan di tutup! Kan, enggak jelas!” Pria itu memukul meja dan temannya mencoba mencoba untuk menenangkannya.

“Tenanglah, dulu juga pernah ada tebing longsor saat kita kesana. Kau seperti tak pernah berdagang jauh saja.”

“Tapi...”


Sementara itu seorang penulis muda sedang memamerkan buku soal teori konspirasi ke penerbit Inazuma. Orang itu membicarakan teori tentang fatui, abyys bahkan rencana dewa.
Seorang pelajar tua, sedang membersihkan kamarnya siap untuk pulang ke Mondstadt untuk bertemu orang tuanya.

Semua orang cuma bisa mengeluh, berteori dan bahkan tak tahu apapun yang terjadi. Sebuah ancaman yang akan merobek dunia ini seolah menjadi bencana kecil bagi mereka yang tak punya wawasan tinggi.

Karena itulah Cuma mereka yang paling cerdas dan paling bijak yang tahu. Karena itulah, sang pemilik arti dari kebijakan itu sendiri terus termenung diatas ayunan di pohon tertinggi di sumeru sambil memikirkan hal yang baru dia rasakan dari iriminsul.

Lamunan nya di hancurkan oleh suara ranting patah dan daun yang bergoyang.

“Ih... kotor.”

Seorang dengan caping yang terlalu besar untuk memanjat pohon datang dari bawah dengan daun dan ranting menyangkut.

“Kau bisa? Atau mau kubantu.”

“Huh!? Enak aja, enggak! Akan kulalui tantangan ini dengan mudah, jangan remehkan aku!”

Dia meraih dahan terakhir namun suara retakan terdengar dan dia pun jatuh ke bawah. Suara teriakan terdengar semakin lama semakin jauh dan diakhiri dengan suara terjatuh di semak-semak.

“Yakin nih!?”

“Iya!”

Dia Wanderer yang masih kekanak-kanakan seperti biasa. Telah di tantang oleh Kusanali untuk menemui nya tanpa terbang. Dia pun sampai dengan banyak luka lecet di tubuhnya.

“Selamat, kamu memang rajin ya? Bagaimana rasanya pergi tanpa harus terbang?”

“Menyedihkan dan sakit sekali.”

“Baguslah, dengan ini kau bisa bergantung dengan cara berpergian selain terbang. Lalu untuk hadiahnya, sini biar ku elus kamu.”

Wanderer mengalingkan wajahnya dengan pipi yang memerah.

“A-apa yang kau lakukan. Ja-jangan bertingkah seolah kau ini ibuku. Langsung ke intinya saja! apa yang kau inginkan?”

“Aku ada tugas untukmu. Setelah Aku merasakan ada entitas yang tak terdaftar di radar iriminsul.”

“Seorang Decender lagi huh?”

“Mungkin saja, namun kali ini berbeda. karena hal ini berhubungan dengan sebuah luka yang tiba-tiba menggerogoti Iriminsul.”

Wanderer terlihat khawatir.

“Tunggu, seharusnya kau sudah menghapus keberadaan Ruka-“
Hampir dia saja dia mengatakan itu. Sebagai orang yang pernah masuk ke Iriminsul. Dia tahu alasan pembusukan pohon itu, munculnya Eleazar dan bagaimana cara orang didepannya menyelamatkan dunia ini.

“Ada apa Wanderer?”

“Ta-tak apa, apa kau tahu asal dari kerusakan itu.”

“Entahlah, makanya aku ingin menyuruhmu. Aku mendapatkan fakta, bahwa kemungkinan sumber masalah iriminsul berada di luar Sumeru.”

“Huh? Jadi aku harus keluar gitu? Untuk bertemu dengan para manusia itu? Heh! Jangan bercanda.”

Nahida tersenyum dan langsung melontarkan godaan ke boneka asuhnya itu.

“Aduh, jadi sepertinya usahaku biar kamu dekat dengan manusia gagal ya?”

Wanderer langsung berlagak angkuh seperti remaja pada umumnya.

“Huh!? Tentu, semua mahkluk rendah itu tak tahu apa-apa soal aku dengan masakanku. Semua orang terus menunjukkan makanan yang kurang memuaskan, sekarang lihatlah masakan yang kuperbaiki dari resep mereka. Mereka pasti memuja-muja dan menyembahku sekarang.... Bwhahahahahaha! Sekarang mereka tahu betapa berbedanya mereka mahkluk rendah dengan diriku ini!”

Wanderer terus melanjutkan perkataannya tanpa sadar dia ternyata telah membuat Sang Archon Dendro tertawa. Dia pun terdiam dengan wajah memerah seperti sebuah apple.

“Diam...”

“Iya-iya, sepertinya berhasil. Bagaimana kalau uji coba lagi?”


Setelah percakapan yang merendahkan dirinya sendiri, Wanderer pun menyetujuinya dan harus memanjat untuk turun.

Bruk!

Iya, dia jatuh lagi dan menggerutu sambil membersihkan bajunya.

“Kau memang beruntung ya?” Dia mendengar suara yang menyinggung dirinya dari samping, dari Seorang pelajar berambut abu-abu sedang bersandar sambil membaca buku. Mata Wanderer terlihat kesal melihat orang itu.

“Kau lagi? Malam-malam begini masih baca buku. Sungguh kegiatan yang tak berguna, ya?”

“Buku ini juga yang membuatmu merengek saat lomba tanya jawab. Aku terheran-heran, kenapa orang bodoh seperti dirimu adalah orang yang diutus untuk ikut Cuma untuk kalah.”

“Alala~ mau coba lagi gitu.  Soal itu Cumalah permainan anak-anak. Al-Haitam, aku Cuma merendah dan kau manusia fana yang harusnya melihat belas kasihanku ke orang-orang.”

“Oh tentu, lalu orang fana ini juga yang ditugaskan menjadi guru privatmu dari Archon Dendro sendiri. Bagaimana? Rasanya di gurun oleh manusia fana ini.”

“I-iya, astaga!”

“Jangan lupa, Pekerjaan rumahmu.   Sudah 2 Minggu kau tak mengumpulkan nya.”

“Iya! Ada tugas sekarang, aku tak bisa mengerjakannya untuk beberapa hari.”

“Alasan yang sangat murahan, akan beri F untuk kali ini.”

“Hei!”

“Aku bercanda.” Ucapnya dengan datar.

“Cih!”

Wanderer pergi dengan amarah yang meluap-luap.

“Astaga, dasar boneka. Tetapi mengajarnya tetap bukan hal yang membosankan.”


Sementara itu jauh di dunia lain di balik gemerlap kota modern yang berbanding 360° dari Teyvat. Seorang berambut putih sedang memandangi kota yang baginya sudah tak ada artinya bagi usahanya untuk mengalahkan Honkai.


Pada saat itu, gadis elf nan polos berkata dengan penuh Ego di hatinya.

Katanya mengingat sebuah nada lembut yang sering menghiburnya.

“Aku ingin dunia surga tanpa adanya rasa sakit ataupun penderitaan. Dunia dimana penuh kedamaian, dimana gadis manis seperti aku bisa hidup dengan anggun dan teman-temanku bisa hidup di mimpi mereka.”


Dunia itu, akhirnya kami temukan. Walaupun dia telah tiada, namun aku sendiri melihat dengan mata kepalaku sendiri.

Dunia fantasi seperti dongeng pengantar tidur. Penuh petualangan dan keajaiban. Semua ras hidup dengan damai tanpa adanya kebencian. Naga terbang di udara dan hal seperti “sihir” masilah hal luar biasa bagi masyarakat.

Dunia yang di bangun oleh Emosi atau Ego mereka.

Namun Ego merekalah yang tak bisa mengalahkan Honkai. Ego merekalah yang telah membangun peradaban dan memaksa hukuman para dewa untuk turun tangan.


“Apa yang kau bicarakan? Lalu kau siapa?!”

Seorang pemuda asing berambut pirang menanyakan kebenaran alasan dia dan adiknya berada di sini.

“Selamat datang, petualang dari dunia lain Atau bisa ku panggil dengan Aether dan Lumine. Aku adalah Kevin pemimpin World serpent.” Kevin itu berbalik dengan tatapan Es kearah pion untuk mengalahkan Honkai.


“Kami tak tahu siapa kau dan apa yang kau inginkan.”

Grey serpent muncul dari kegelapan membawa koper berisi suntikan serum khusus. Si kembar di tundukkan oleh dua Mecha di belakangnya untuk di suntikkan dengan serum tersebut. Mereka memberontak, namun sia-sia musuh mereka mahkluk dengan kekuatan 5 ruin Golem.

“Tenang ini tak akan sakit.”

Serum di suntikkan. Sebuah gejolak muncul di tubuh mereka. Cahaya dari bintang menyala menyinari gelapnya malam dan menghempaskan semua Mecha yang menahan mereka. Kekuatan mereka telah kembali, Kevi sama sekali tak terkesan.

“Bagus, sekarang...”

Sebelum selesai berbicara si kembar langsung melesat dengan kecepatan suara dan mengarahkan pedangnya ke Kevin.

“Aku jelas-jelas masih ingin berbicara, kalian ini mengecewakan.”

Sebelum mereka mencapai orang itu. Tubuh mereka membeku dan terjatuh ke lantai.

“Beruntung kalian tak pecah ketika jatuh.” Kevin menyedot hawa dingin dan membebaskan si kembar dengan tubuh masih lemas akibat dinginnya tubuh mereka.

“Apa yang kau inginkan! Jangan ambil adikku!”

“Siapa yang ingin adikmu. Aku Cuma ingin memberi tugas ke kalian.”

“Tugas?”

“Iya, kalian tahu ada chip yang berada di otak kalian. Maka kalian harus patuh denganku.”
Lumine dengan kaki yang masih lemas kembali menghunuskan pedangnya ke Kevin.
“Huh! Jangan seenaknya saja! Aku tak akan membiarkanmu membuat aku melawan teman-temanku!”

“Aku tak akan menyuruh kalian membunuh kawanmu. Aku Cuma ingin kalian melakukan satu hal. Bunuhlah seseorang dengan julukan White Maiden, itu saja.”


“Kenapa harus kami?” tanya Lumine.

“Percayalah saja, karena kita berasal dari dunia yang sama.”
“...!”
,,,,,,,
Sementara itu kembali di sumeru, Wanderer berdiri di depan gerbang keluar kota sumeru bersama dengan jenderal Mahamatra yang dirinya sendiri tak terlalu suka ada orang yang ikut dengannya.

“Kenapa kau harus disini sih?”

“Untuk menjaga pantat kecilmu itu, tentu saja. Atas nama Leseer lord Kusanali.”

“Kau inj membosankan tahu, selalu berbicara dengan tugasmu soal Mahamatra demi keadilan atau apalah gitu.”

“Oh ya, kalau begitu bagaimana kalau berbicara sambil bercanda di jalan?”

“Huh!? Bercanda? Dengan kau? Candaanmu yang Cuma bisa dimengerti oleh Kusanali, ogah. Lebih baik aku pergi dengan Aranara saja.”

Bukannya tersinggung Cyno malah bangga dengan perkataan Wanderer.

“Oh, ternyata selama ini candaanku berkelas. Luar biasa.”

“E-eh ini bukan pujian!”

Ketika mereka sedang sibuk berdebat, seorang gadis kecil berambut kepang berlari kearah Wanderer.

“Wanderer! Tunggu!!”

“Rana?”
Dia adalah salah satu grup memasak yang Wanderer hadiri.

“*Terengah-engah... Wanderer, aku... Sudah membawa yogurt buatanku! Tolong coba!”

Membawa dua buah gelas dari tanah liat berisi yogurt kental di dalamnya.

“Kau tahu aku tak suka manis kan? Sudah beberapa kali kau masih berani memberikanku ini?”

“Tapi...”

“Akan kucoba, tapi itu karena kau aku tiba-tiba membuang waktu untuk tugas tau!”


Tapi kau sendiri yang memaksaku untuk menunggu dia kan?

Pikir Cyno dengan tatapan keheranan.

Mereka berdua mencoba Yogurt yang ternyata semua yang masuk di mulut mereka benar-benar luar biasa. Kekentalan yang pas, manis dan asam yang seimbang. Cyno langsung memuji sementara Wanderer yang masih terus binggung dan canggung ketika mencoba mencari kejelekan di Yogurt ini, namun gagal.

“Bagaimana?”

“L-lumayan...”

“Yey! Akhirnya usaha semalaman tak sia-sia. Omong-omong ada alasan apa Wanderer dan Jenderal Mahamatra disini.”


Kembali ke ketika Wanderer bertemu dengan Nahida.

“Saat aku menyelidiki kerusakan di Iriminsul. Aku mendapatkan sebuah kata-kata yang terbisik di telingaku.”

“Apa itu?”

“Seorang White Maiden akan datang dan sambutlah dia sebagai penyelamat kalian.”


“Seperti dongeng.”


“Iya aku tahu, namun jika kamu nanti sudah sampai ke liyue atau region lain. Aku harap carilah informasi dari White Maiden itu.”

“Kenapa? Bagaimana jika itu Cuma ilusi?”

“Entah lah, Ilusi Cuma bisa dikatakan kalau itu ilusi jika dicari asal ilusi itu.”


Bilang saja jika kau ingin aku bergabung dengan semua sifat kekanak-kanakan mereka semua.

Namun seharusnya kau tahu, aku sendiri tak pantas untuk itu.

Aku Cuma Boneka sejak awal, tak ada hubungan yang pantas selain di manipulasi untuk diriku ini.

Pikir Wanderer ketika memikirkan alasan yang tepat untuk Rana.

“Kami Cuma ingin berpatroli di gurun saja.”

“Uwahh~ pasti keren ya?”

Begitu saja kau bahagia ya? Sungguh kekanak-kanakan, haha....


Tanpa sadar di tersenyum tipis.


Sementara itu Cyno masih menikmati yogurt nya.

“Hmmm... Enak, terimakasih minuman sucinya.”

Semua terdiam menatap Cyno dengan tatapan bingung dan kecewa.

“Ah ini bercanda loh, jadi gini. Yogurt ini putih ya? Lah putih sama saja dengan suci. Lah gitu.”

Wanderer ingin buka mulut namun sebelum itu Rana langsung mendatangi Cyno dengan senyum datar.

“Ah mau tambah ya? Akan saya beri dengan rasa yang menutup mulut Anda selamanya.”

Jenderal Mahamatra terkejut bukan main.

“Jaga mulutmu, Wanderer! Jika kau beri contoh ke anak kecil yang bener.”

“Siapa juga yang jadi mau jadi contoh dia, woi!”

Kedua sisi telah mulai bergerak sebelum sang White Maiden datang dan mengubah takdir Teyvat untuk selamanya.












Genshin impact : Burn to imaginary  (Genshin x honkai impact 3 fanfic)Where stories live. Discover now