"Kau bercanda?"
Valerio menggeleng. "No."
"Ucapanku hari itu tidak perlu diseriuskan, Val. Aku hanya bercanda." Benar, saat itu Lisa hanya iseng dengan mengatakan menginginkan mobil rancangan khusus untuk ulang tahun pertama putranya pada Valerio. Dia tidak menyangka laki-laki menyeriusi tuturannya.
"Biarkan dia mendapatkan mobil pertamanya di usia pertamanya juga, Alisa," tutur Valerio sembari mengusap lembut pipi Ryder. "Putramu adalah putraku dan Jennifer juga, bukan?"
"Kau memang gila ..."
Valerio smirk.
Ah, bukan kah hidup Lisa semakin sempurna? Seakan mengenal Valerio dan kehadiran laki-laki itu di kehidupan keluarganya memberi tambahan warna. Valerio bahkan sering memberikan hadiah mewah untuk putranya. Mengatakan bahwa, jika besar nanti dia sangat ingin mengajak Ryder mengelilingi Eropa, mengenalkan putra Lisa itu pada keindahan dan kemewahan benua biru tersebut.
"Cepatlah besar jagoan, kita akan menjadi teman terbaik kelak."
• • •
TH: Part 02
2 bulan kemudian
Tawa Bryan pecah di ruang ganti setelah tampil di acara penghargaan musik di negeri gajah putih Thailand. Mungkin dia merasa senang karena bisa tampil di negeri kelahirannya dan bertemu dengan keluarganya.
Percayalah setelah badai yang dia dan grupnya hadapi serta lewati, nama mereka semakin melambung dan populer. Grup berisi enam pemuda tampan itu semakin banyak menarik perhatian penikmat musik Korea. Penggemar mereka semakin besar dan bisa dibilang mereka menjadi salah satu boygroup populer di antara grup-grup seniornya yang lain.
Tak henti Bryan bercengkerama dengan keluarganya yang mengunjunginya di belakang panggung. Dia berbicara Thai dan membuat anggota grupnya yang lain hanya senyum, karena tidak paham dengan apa yang mereka katakan, termasuk Jeka.
Pemuda dengan nama belakang yang tidak dipublikasikan hanya tersenyum lebar dan menerima dengan ramah ketika keluarga rekannya itu meminta untuk berfoto bersama. Entah, mengapa, tapi bahasa yang dia dengar seakan mengingatkan dirinya pada seseorang yang pernah singgah di hatinya.
Lisa. Dia sering mendengar Lisa dan Bryan berbicara Thai, walau dia tidak mengerti, tapi dia selalu menikmati setiap aksen dan lafal yang dia dengar dari dua orang itu.
Apa keluarga Bryan mengenal Lisa? Apa mereka tau di mana perempuan itu?
Bahkan ketika Jeka sudah berada di kampung halaman Lisa pun mengapa semua semakin samar, dan semakin sulit. Usahanya untuk melupakan perempuan itu mengapa selalu saja menemui jalan buntu, dan memaksanya melewati jalan yang lain?
"Jeka ..." Suara seorang gadis dengan lembut memanggil saat langkah Jeka mulai menjauh dari keluarga Bryan.
Jeka menoleh dan mendapati wajah manis yang menyapanya. "Hei, Juli ..."
Itu Juli. Gadis yang kini diketahui seisi negeri adalah kekasihnya. Walau awalnya mendapat kecaman dari beberapa pihak dan penggemar, tapi berita yang dikeluarkan agensi tentang hubungan mereka perlahan mulai diterima dan bahkan mereka bak menjadi pasangan fenomenal tahun ini yang meraup banyak keuntungan. Tapi, ingat lah mereka hanya lah pasangan pengaturan di depan kamera, seakan berkencan sudah menjadi bagian dari pekerjaan tambahan mereka untuk mendapatkan uang. Tapi, di balik kamera dan layar online, Jeka dan Juli hanya sebatas teman.
Dan sikap Jeka pun mulai ramah pada gadis itu. Percaya lah perlahan Jeka mulai berdamai dengan dirinya sendiri, masa lalunya dan mulai mengikuti saran teman-temannya bahwa tidak salah untuk membuka hati bagi orang lain, setelah didorong keras oleh kenyataan.
"Ingin berfoto bersama?" tanya Juli dengan ramah.
Hei, Juli ini gadis manis. Dia juga baik, walau di awal kisah Jeka sangat tidak menyukainya. Tapi, setelah kejadian itu Jeka pun menyadari, tidak ada yang salah dari Juli, gadis itu hanya menyukainya. Kesalahan ada pada dirinya yang saat itu kehilangan Lisa dan mengabaikan semua orang di sekitarnya.
Jeka merangkul Juli. "Mari berfoto bersama."
Yeah, mereka mengambil foto bersama beberapa kali dan hal itu diam-diam membuat Bryan yang memerhatikan dari kejauhan tersenyum sesak. Entah sampai kapan dia bisa menyimpan rahasia itu. Tapi, demi melihat senyum di wajah rekannya, dia mengubur semua fakta yang dia tau dalam-dalam bahkan buang jauh dari pikirannya.
• • •
TH: Part 03
Bulan berikutnya
Rosaline merebut tablet yang sedang digunakan Lisa membaca sesuatu di dalam sana. Hari masih sangat pagi saat gadis berambut blonde itu baru selesai berolahraga dan melihat Lisa di dekat kolam renang. Semenjak ada Ryder dan adiknya di kediaman orang tua mereka, Rosaline memang sangat jarang pulang ke rumahnya.
Dia melihat isi yang terpampang di layar tablet tersebut. Tulisan dengan aksara Hangeul yang benar-benar tidak dia mengerti, tapi melihat foto pemuda yang muncul secara tidak langsung membuatnya tau apa yang tengah dicermati adiknya ini.
"Rose ..." Lisa melirih.
Rosaline mendecih dan dengan cepat membuang benda pipih mahal itu ke dalam kolam. Dan Alisa hanya menghela napas pasrah. Kehilangan salah satu benda mahal tidak akan membuat Alisa pun Rosaline menjerit. Itu bukan apa-apa, mereka bisa membeli lebih dari sepuluh, jika ingin. Bah tissue sekali pakai.
"Kau berjanji untuk melupakannya." Rosaline berucap tegas.
"Aku berusaha," jawab Lisa.
"Dengan masih mencari tau kabarnya?"
Percayalah yang Lisa baca tadi adalah tentang kabar dating Jeka dengan Juli yang dikonfirmasi benar adanya. Walau berita itu sudah tesebar berbulan-bulan lalu, tapi baru hari ini Lisa berani melihatnya sendiri.
"Tidak seperti itu!"
"Berhenti membodohi dirimu sendiri, Alisa! Jika kau masih terus seperti ini, akan ku pastikan mulutku terlepas di depan orang tua kita."
"Rose, please ..."
"Please to yourself."
See you di chapter berikutnya :)
YOU ARE READING
ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋ
Fanfiction15+ From Instagram Liskook's fanfiction by @storiesbybelleza • Tentang Alisa Fernandes yang harus berjuang mempertahankan anaknya dan meninggalkan mimpi besarnya sebagai seorang idola pop Korea. "Dia bukan putramu, jangan sekali-kali mengatakan itu...
• Time Hopping •
Start from the beginning
