02. Perjanjian dan Penerimaan.

240 39 7
                                    


Perjanjian dan Penerimaan

- Bahkan bulan yang tidak memiliki cahaya pun bisa mencapai titik paling tinggi dan bersinar dalam gelapnya malam. -















•••••










Semuanya masih seperti mimpi, Nusa tidak tau harus bereaksi seperti apa. Dia masih tidak percaya bahwa dia telah merasuki tubuh orang lain. Dari ciri-cirinya, Nusa tau siapa orang yang dia rasuki, tidak, tidak mungkin dia tidak tau.

Rambut berwarna merah dengan putih di sebagai gradasinya, matanya hijau cerah seperti daun muda dengan tubuh yang tegap dan tinggi serta kulit berwarna tan.

Mungkin kata sexy adalah kata paling sempurna untuk menggambarkan sosok yang kini dia lihat di cermin.

"Haaahh.." Nusa mendesah kencang, masih tidak bisa percaya apa yang sedang terjadi.

Tok... Tok... Tok...

Nusa menatap pintu dengan tangan yang gemetar, dia menelan salivanya dengan susah payah dan mencoba menenangkan dirinya sebaik mungkin.

"Ya?"

"Kak, ini aku, Vietnam." suara dari balik pintu itu membuat Nusa semakin gemetaran, dengan langkah ragu dia berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Viet, ada apa?" Nusa tersenyum, mencoba terlihat senatural mungkin.

"Ayo turun kak, sarapan sudah siap."

"Ah.." Nusa merasa bahwa dia tidak akan bisa makan di situasi seperti ini, 100% dia akan mual dan berakhir mengeluarkan isi perutnya.

Jadi Nusa memilih untuk menggeleng. "Maaf Viet, bisa katakan pada yang lain bahwa aku tidak bisa sarapan bersama? Aku masih memiliki tugas yang menumpuk, dan aku harus segera menyelesaikannya. Aku rasa sarapan bukan yang utama saat ini." Nusa menggeser tubuhnya dan memperlihatkan buku dan kertas-kertas yang menumpuk dan tampak berserakan di meja belajarnya.

Vietnam yang melihat itu mengangguk pelan. "Baiklah, kakak juga jangan memaksakan diri oke?"

Nusa tersenyum tipis. "Pasti."

"Yaudah, nanti aku kasih tau Papa dan yang lain kalau kak Indonesia tidak bisa makan bersama. Meski aku yakin Papa akan marah dan adik-adik akan cemberut seharian, hehe." Vietnam terkekeh kecil, seolah sedang membuat skenario di kepalanya.

Nusa yang mendengar itu hanya tertawa kecil. "Katakan maaf ku ya."

Vietnam mengangguk. "Siap kak."

Setelah itu Nusa hanya memperhatikan Vietnam yang jalan menuju tangga dan turun. Setelah Vietnam tidak terlihat, barulah Nusa merasa lega.

Nusa kembali masuk kedalam kamar dan segera mengunci pintu. Menyenderkan tubuhnya di pintu, Nusa mengehela nafas lelah. Dia berjalan menuju kasur dan menidurkan dirinya. Menatap langit-langit kamar dengan seksama, dan Nusa tau bahwa ini bukan mimpi.

Memejamkan matanya, Nusa memilih untuk tidur.










•••••














Saat membuka mata, hal pertama yang dia lihat adalah hamparan bunga dandelion dan bunga berwarna ungu yang dia sendiri tidak tau bunga apa itu.

Dia melangkah, mencoba untuk menyelusuri hamparan bunga-bunga itu. Lalu matanya menangkap seseorang yang tengah menatap langit tak berawan itu dengan damai.

SAVE ME!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu