15. Perihal Rasa

Mulai dari awal
                                    

"Hrehm... Ehm!" Deheman tabib Xiao memecah keheningan.

"Untuk jawaban pertanyaan itu, bagaimana jika menanyakannya secara langsung?" Lanjut sang Tabib yang menawan.

"Bagaimana caranya, ayah?" Han Wang Ji menyahut dengan semangat. Bertanya pada Kasim Xiang itu mudah saja, tapi membuatnya menjawab dengan jujur adalah masalah lain.

"Aku punya rencana."

___

"Bagaimana kabarmu, Xiao Wei? Kau terlihat lebih segar tanpa tumpukan bedak dan aksesoris."

Lan Xichen memecah keheningan. Setelah pertemuan itu kini hanya mereka berdua yang tertinggal. Penampilan Xiao Wei Xian sekarang membuatnya kembali teringat masa lalu, pada pertemuan pertama mereka. Lan Xichen tidak bisa menahan diri untuk tak memuja sosok yang kenangannya selalu dia simpan dimanapun berada.

Tabib Xiao Ling Yu kembali ke kediamannya, begitupun dengan dayang Lin. Sementara itu Han Wang Ji kembali sebentar ke kediaman raja untuk mengambil sesuatu. Hadiah yang sudah lama dia simpan untuk Lan Xichen, katanya.

"Ah, benarkah? Aku hanya merasa kurang nyaman karena akhir-akhir ini kepalaku sering sakit."

"Bagaimana sekarang? Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya cemas, segala kesan sangar dari panglima besar itu luruh. Ternyata karakter asli Lan Xichen sangat lembut.

"Tidak masalah, semuanya berangsur membaik setelah batu kabut dan obat palsu itu ditemukan." Karena merasa tak nyaman Xiao Wei Xian memutuskan keluar. Kini mereka berdua berjalan pelan menyusuri koridor paviliun. Udara malam yang sejuk menerpa anak rambutnya, sedikit berkibar ketika dia melangkah. Lan Xichen tak henti mengamati pemandangan indah itu.

"Untunglah, aku sangat khawatir. Bagaimanapun mereka yang terlibat harus dihukum, melakukan rencana pembunuhan terhadap ratu adalah kejahatan yang tak termaafkan!"

"Hm, aku setuju! Bagaimana kabar anda selama di perbatasan?"

Demi membelokkan tema pembicaraan, Xiao Wei Xian memutuskan berbasa-basi.

"Aku baik, masih hidup, sama seperti dulu."

"Jawaban macam apa itu?" Batin Xiao Wei Xian kesal.

"A... hahahaha, begitu rupanya."

Percakapan berakhir ketika mereka mencapai saung, duduk disana dengan canggung. Untung saja tak berapa lama kemudian Han Wang Ji datang, membawa sesuatu di tangannya.

"Ternyata kalian ada disini. Xichen Ge ini anggur kesukaanmu." Han Wang Ji meletakkan satu baki berisi seteko anggur dan beberapa cangkir kecil di atas meja. Sebenarnya dia bisa memerintahkan pelayan untuk membantu, tapi tampaknya Lan Xichen memang sangat istimewa bagi Han Wang Ji.

"Ah, kau masih ingat rupanya! Bukankah anggur ini hanya bisa didapat saat musim semi di gunung Wuxi?"

Han Wang Ji mengangguk, menyodorkan satu gelas anggur pada Lan Xichen.

"Aku menyimpannya setiap musim, untuk diminum bersama ketika kau kembali."

"Wah, Wang Ji, tak kusangka kau cukup melankolis!"

Lan Xichen menegak anggur itu, wajahnya tampak puas.

"Aku ingin menggunakannya untuk membujuk Xichen Ge, agar memaafkanku." Jawaban lugas Han Wang Ji membuat raut Lan Xichen berubah. Jari tengahnya mengetuk pelan bibir cangkir, mempertimbangkan kata-kata.

"Apalagi yang perlu dimaafkan? Xiao Wei sejak awal tak pernah memilihku, kalian hanya perlu berbahagia, bukan?" Lan Xichen menyeringai, merasakan perih di ulu hatinya.

Han Wang Ji masih diam, dahinya berkerut karena belum lega. Sementara itu Xiao Wei Xian yang terjebak diantara mereka, bingung harus bersikap apa.

"Lihatlah, kau membuat adik Wei merasa tak nyaman! Ayo, ayo, kita minum saja!" Untunglah pada akhirnya Lan Xichen mengalah, bergantian menuangkan secangkir anggur, masing-masing untuk Wang Ji dan Xiao Wei Xian.

"Tapi Xichen Ge, saya tidak berani minum terlalu banyak."

Lan Xichen terlihat kaget.

"Benarkah? Kau memang jarang minum, tapi biasanya kau yang terkuat diantara kita bertiga?"

Xiao Wei Xian terkekeh dengan gugup.

"Hehehehe, baru-baru ini ada hal memalukan terjadi karena aku terlalu berlebihan."

Han Wang Ji menghentikan gerakannya menyesap anggur, hampir tersedak. Dia memandang Xiao Wei Xian dengan senyum tipis yang sulit diartikan.

"Jangan khawatir, kami berdua akan menjagamu. Ayo, kita habiskan saja anggur langka ini!" Ucapan Han Wang Ji sukses membuat Xiao Wei Xian melotot. Han Wang Ji ini benar-benar tak tahu malu ternyata.

"Wang Ji benar, jangan sungkan adik Wei! Aku rindu pada kebersamaan kita bertiga."

Mendengar ucapan Lan Xichen, akhirnya Xiao Wei Xian menyerah. Dia teguk juga anggur itu, manis dan tajam. Rasanya memang khas.

___

Tubuh panglima itu memang yang paling gagah, tapi ketahanan alkoholnya adalah yang terparah. Lan Xichen jatuh tertidur setelah cangkir ketiga.

"Kita tak akan bisa memindahkannya, biarkan saja dia disini." Ujar Wang Ji sembari meletakkan jubah terluarnya untuk menyelimuti kakak sepupunya itu. Xiao Wei Xian setuju saja.

Menunggu Lan Xichen sadar, mereka berdua memutuskan berjalan santai di kolam kecil, tak jauh dari sana. Han Wang Ji bilang biasanya Lan Xichen akan terbangun di tengah malam ketika mabuk.

"Kau sengaja meninggalkan kami berdua, bukan?" Tanya Xiao Wei Xian, melempar sebuah batu kecil ke dalam kolam. Tercipta percikan kecil serta suara kecipak yang memecah hening malam.

"Benar, maafkan aku Xiao Wei, kupikir dia sangat merindukanmu. Aku tak ingin dia merasa sungkan karena keberadaanku."

"Wah, kalian sangat dekat rupanya! Apa kau bahkan tidak cemburu, yang mulia?"

Han Wang Ji menoleh, dengan cepat dia meraih tangan Xiao Wei Xian, menekankannya ke dada.

"Cemburu, aku sangat cemburu! Tapi Xichen Ge sangat menyedihkan, dia terlihat begitu memujamu." Ujarnya begitu dekat, tepat di mata Xiao Wei Xian.

"Paling tidak katakan padaku lebih dulu! Aku ketakutan, khawatir dia mengenali perbedaanku dengan Xiao Wei Xian yang dia kenal. Bagaimanapun ini adalah pertemuan pertamaku dengannya."

"Baiklah, aku salah, maaf sudah membuatmu takut."

"Hm, kumaafkan karena kita teman!"

Han Wang Ji memajukan bibir, cemberut tak ubahnya anak balita. Bagi Han Wang Ji mereka selalu adalah suami-istri, tapi bagi Xiao Wei Xian mereka hanya sekedar teman.

"Kenapa sekarang kau tampak marah?"

Han Wang Ji diam.

"Wang Ji?"

"Hn, apa sekarang kau mabuk?" Akhirnya laki-laki itu bicara.

Xiao Wei Xian menggeleng, "Tidak."

"Aku mabuk."

Setelahnya Xiao Wei Xian melebarkan pupilnya, terkejut karena Han Wang Ji tiba-tiba meraih tengkuknya. Dengan terburu Han Wang Ji melumat bibir merah itu. Nafasnya bercampur dengan aroma anggur yang manis. Pada akhirnya Xiao Wei Xian menyerah, mungkin Han Wang Ji memang sedang mabuk, dan dia memutuskan mengalah. Ya, mereka berdua sedang tak sadar sekarang, benar-benar tidak ingin memikirkan apapun. Biarkan semua logika menunggu esok hari.

___

Don't Marry Her [S1 End - S2 Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang