16. Into You

2.7K 395 11
                                    

*Jangan lupa vote ya kalau suka, itu mood booster banget buat saya. Hihi*
😁


"Xiao Wei, Xiao Wei, bangunlah, Xiao Zhan..." Suara berat Han Wang Ji menembus kesadaran Xiao Wei Xian. Tubuh laki-laki itu menggeliat, merasakan udara hangat yang merayap.

Perlahan tapi pasti matanya terbuka.

"Emm, kau sudah bangun lebih dulu, Wang Ji? Jam berapa sekarang?" Ujarnya dengan wajah berkerut, yang sangat imut.

"Entahlah, tapi sepertinya masih belum terlalu siang." Han Wang Ji menjawab pelan dengan ujung telinga yang memerah. Tapi bukan itu yang membuat Xiao Wei terkejut, namun penampilan Han Wang Ji yang tak memakai sehelai benangpun, berbaring setengah duduk di sampingnya.

"Wang Ji? Pakaianmu?" Xiao Wei Xian akhirnya benar-benar sadar kali ini. Matanya beralih pada dirinya sendiri. Oh, tidak! Dia mengucek dua bola netra itu beberapa kali, berharap masih berada dalam mimpi.

"Arrgh!"

Sakit. Nyeri merayap dari belakang pinggangnya ketika Xiao Wei Xian berniat bangun. Rasa lengket dan basah juga melekat berkedut di titik krisannya. Tidak salah lagi, dia tahu betul keadaan macam apa ini.

Mata Xiao Wei Xian melotot, tapi Han Wang Ji dengan sigap menangkap punggung sekaligus membekap mulutnya.

"Jangan berteriak, ada dayang berjaga di luar!" Bisik Han Wang Ji di telinga kanannya. Terlalu dekat, bulu kuduk Xiao Wei Xian meremang.

"Mm mm mm, mm mm mm?"

Tapi bagaimana aku tidak berteriak, jika keadaannya seperti ini? Kira-kira itulah yang ingin dikatakan Xiao Wei Xian jika mulutnya tidak dikunci.

"Aku tahu, tenanglah, sebaiknya kau mandi dulu!" Anehnya Han Wang Ji seakan mengerti gumaman-gumamam tak jelas itu, bahkan menjawabnya.

Seperti layaknya suami idaman, Han Wang Ji bangun, mengangkat tubuh polos itu dalam gendongannya. Dengan mudah dia berdiri membawa Xiao Wei Xian masuk ke ruang basah untuk mandi. Sayang laki-laki itu tidak memberikan pakaian apapun untuk menutupi tubuh keduanya, membuat Xiao Wei Xian sangat amat malu dengan posisi mereka sekarang.

"Dewa, kenapa kau tidak melindungiku tadi malam, seperti sebelum-sebelumnya?!" Rutuk Xiao Wei Xian, tapi sayang hanya terdengar dalam batin saja.

Dengan sangat hati-hati Han Wang Ji membenamkan tubuh kurus Xiao Wei Xian ke dalam bak beraroma mawar. Pasti para pelayan sudah menyiapkan semua ini sejak matahari belum muncul. Han Wang Ji meraih tangan Xiao Wei Xian, mengusapnya lembut dengan air.

"Hentikan, aku bisa melakukannya sendiri." Akhirnya Xiao Wei Xian bisa bersuara. Kamar basah cukup jauh dari lokasi para dayang, jadi mereka bisa berbicara bebas sekarang.

"Aku akan memandikanmu, tubuhmu masih lemah."

"Wang Ji..., Tapi..."

"Aku tidak akan minta maaf." Balas laki-laki itu cepat, membuat dahi Xiao Wei Xian berkerut.

"Tadi malam aku tidak mabuk, dan aku tahu kau juga sama. Kita berdua menikmatinya."

"...."

Xiao Wei Xian tidak menjawab, dia tahu betul kata-kata Wang Ji adalah kebenaran.

"Terimakasih Xiao Wei, Xiao Zhan, karena membalas perasaanku. Siapapun dirimu saat ini, hanya kaulah yang kuinginkan."

"Tapi aku..."

"Kau adalah kau, istriku!" Tukas Han Wang Ji sembari menuangkan sabun herbal beraroma cendana di punggung istrinya. Sudah sejak lama Han Wang Ji memikirkan definisi perasaannya pada Xiao Wei Xian. Dia bingung, mengapa hatinya tetap kerap berdebar meski mengetahui jiwa di dalam tubuh istrinya bukan lagi sama. Malam tadi, ketika bergelut dengan kecemburuan melihat perlakuan Lan Xichen pada Xiao Wei Xian, dia yakin cinta itu masih ada.

Wajah Xiao Wei Xian merona, apa dia berhak bahagia dengan pengakuan itu? Bagaimanapun, tetap ada rasa takut di sudut hatinya, karena menginginkan milik orang lain.

"Wang Ji, tidak bisakah kita menganggapnya kesalahan?"

"Tidak."

Ada jeda beberapa menit, karena mereka berdua tidak bersuara.

"Hmh, baiklah..., mari kita coba." Ujar Xiao Wei Xian, pelan, semacam gumaman. Dia menghela nafas seperti tak yakin akan kata-katanya sendiri.

"Xiao Wei, apa maksudmu?"

Kini gerakan Wang Ji terhenti, terkejut dengan pikiran yang melintas di kepalanya karena kata-kata Xiao Wei Xian.

"Mari kita coba hubungan ini?"

"Kau yakin?" Mata Han Wang Ji berbinar, ah, mengapa sekarang Xiao Wei Xian baru sadar leher laki-laki itu penuh dengan bercak kemerahan? Tampaknya dia tidak bisa disebut sebagai korban, jika mereka sama-sama saling menyerang. Xiao Wei Xian menggeleng kecil mengenyahkan pikiran kotor dari kepalanya, ya, kali ini dia ingat betul tiap detail penyatuan panas mereka berdua malam tadi.

"Hm, aku menginginkannya!" Xiao Wei Xian mengangguk, dia sudah pernah mati dan hidup kembali. Kali ini dia ingin melakukan apapun kata hatinya, selagi bisa, dia tidak ingin terlalu banyak berfikir.

"Tolong jangan tarik lagi kata-katamu." Han Wang Ji mendekat, mencium dahi istrinya.

Xiao Wei Xian tersenyum, kini dia balas menyentuh bibir Han Wang Ji dengan miliknya. Tak butuh waktu lebih dari satu menit ketika pada akhirnya kecupan itu berubah menjadi lebih dalam.

"Sekali lagi?"

"Han Wang Ji, pinggangku hampir patah!"

"Aku akan pelan-pelan." Jawabnya menyeringai, kembali menyusuri tiap jengkal leher Xiao Wei Xian. Kini entah bagaimana Han Wang Ji sudah beranjak masuk ke dalam bak. Air beraroma mawar tumpah ke lantai, terdesak muatan yang terlalu penuh.

"Wang Ji..." Tubuh Xiao Wei Xian lemas, bersama dengan kesadarannya yang perlahan memudar. Han Wang Ji tak menjawab, sibuk menyesap inchi demi inchi bahu terbuka istrinya. Bekas-bekas kemerahan yang hampir hilang sebagian, kembali merona.

"Wang Ji..." Han Wang Ji terkejut saat tangan Xiao Wei Xian jatuh lemah ke dalam air, tak lagi mendekapnya. Dia mendongak, mendapati istrinya telah kehilangan kesadaran.

"Xiao Wei!"

___

"Tidak ada masalah serius, dia hanya kelelahan. Efek buruk opium dan batu kabut belum benar-benar hilang dari tubuhnya." Jelas tabib Xiao setelah memeriksa nadi anaknya. Pagi ini dia dibuat terkejut saat Han Wang Ji tiba-tiba mengetuk keras pintu kamarnya. Wajahnya pucat mengabarkan Xiao Wei Xian yang jatuh pingsan.

Han Wang Ji menghela nafas lega.

"Apa butuh perawatan khusus untuk menghilangkan efeknya, ayah?"

Tabib Xiao menggeleng, meletakkan kembali tangan Xiao Wei Xian di pembaringan.

"Tidak perlu, serahkan pada waktu. Hanya saja, jangan dulu melakukan kegiatan yang menguras tenaga!" Sudut mata Xiao Ling Yu jelas menatap perpotongan leher anak menantunya. Bercak-bercak merah itu memang tak bisa disembunyikan sepenuhnya.

"Ah, baik ayah! Kami memang sempat kehilangan kendali." Han Wang Ji menunduk dengan wajah memerah.

Tabib Xiao tertawa pelan, "hm, bukan berarti tak boleh, tapi jangan terlalu bersemangat dulu!"

"Baik, ayah!" Han Wang Ji semakin malu.

"Ayah tak mempermasalahkan perasaanmu, atau perubahanmu, karena ayah yakin Wei Xian juga bahagia melihatmu menerimanya. Paling tidak, mengurangi rasa bersalah yang pasti dia rasakan karena telah memilih meninggalkanmu selamanya." Xiao Ling Yu menepuk lembut bahu menantunya. Mereka sama merindukan Xiao Wei Xian, laki-laki lembut yang sangat baik dan penuh perhatian. Namun semua sudah terjadi, yang berlalu biarlah berlalu. Mata Han Wang Ji sudah basah, entah sejak kapan.

"Ayah resepkan teh herbal, untuk memulihkan tenaga, berikan padanya saat bangun."

Han Wang Ji mengangguk.

"Aku pergi dulu, pastikan Xiang Ru Feng tidak menyadari apapun. Kita tunggu waktu yang tepat."

"Baik ayah, terimakasih."

"Hm, kali ini jaga dia baik-baik!"

"Aku berjanji, ayah!"

___

Don't Marry Her [S1 End - S2 Ongoing]Where stories live. Discover now