05. Debar Yang Tak Biasa

196 102 441
                                    

Hai readers ✨🖤

Gimana kabarnya masih semangat gak buat baca cerita ini?

Sebelum baca jangan lupa untuk vote ya:)

Penuhi setiap bab dengan komentar

Dipersilahkan menandai typo:v








Layaknya sebuah senandung.
Jantung juga memiliki irama saat berada di dekat pujaannya.

~Jevan dan Shena~

___________________________________

"Mama hari ini gak ke toko bunga?" tanya Shena di sela-sela kunyahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama hari ini gak ke toko bunga?" tanya Shena di sela-sela kunyahannya. Ia kini sudah tampak rapi dengan seragam sekolahnya.

"Pergi, cuma agak siangan. Loh, handphone Mama mana, ya? Apa di dalam kamar? Yasudah kamu cepat habiskan sarapannya nanti terlambat Mama mau ambil handphone dulu." Shena hanya mengangguk memperhatikan mamanya yang sudah menjauh dari meja makan.

"Bang, Shena udah nih yuk berangkat."

Bukannya merespon Alvaro hanya terdiam dengan pandangan kosong ke depan. Bahkan makanannya itu hanya diaduk-aduk tanpa berniat memakannya.

"Bang? Abang!" panggil Shena lagi karena merasa kesal diabaikan.

Alvaro memang aneh akhir-akhir ini. Semenjak Nanta pulang, dia jadi sering melamun.

"Yaudah kalau Abang gak mau antar Shena, Shena pergi sendiri aja!" Ia pun bangkit dari duduknya dan meninggalkan Alvaro.

Shena yang hendak memesan taksi pun terhenti ketika melihat Jevan yang sedang mengeluarkan motornya. Ia pun segera menghampiri pria itu. "Pagi calon suami!" sapanya riang yang hanya dibalas dengan tatapan datar oleh Jevan.

"Shena?" Linka berjalan menghampiri dua remaja itu dengan setelan jas kerja yang sudah rapi.

"Eh, Tante. Pagi, Tante." Shena langsung menyalami tangan Linka.

"Mau berangkat bareng Jevan, ya?"

"Rencananya sih gitu kalau Jevannya mau, soalnya kalau sama Bang Alpha takut telat."

"Yasudah sama Jevan saja. Jevan pasti mau kok. Mulai sekarang pergi pulangnya kalian barengan saja biar Alvaro juga enak. Kasihan dia, dia juga ngurus kafe sekarang, ya?"

"Iya Tante. Jadi beneran aku boleh bonjengan sama Jevan?" tanya Shena lagi yang sudah merasa sangat senang.

"Boleh dong." Linka mengusap bahu Shena.

"Mau sekolah gak sih?! Kalau lama gue tinggal!" ucap Jevan sedikit kesal.

"Eh, iya mau kok bentar ya Shena ambil helm dulu." Ia pun segera berlari mengambil helm yang sudah terletak di atas motor abangnya dan kembali menghampiri Jevan.

Jevan dan Shena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang