hantu

16 8 0
                                    

Move on¡☆

Hari liburan tiba, Jeena melewati hari ujian dengan lancar apalagi selalu di temani oleh Junkyu.

Ngomong-ngomong soal Junkyu, laki-laki itu semakin menempel pada Jeena. Tapi tidak tau untuk sekarang, apalagi liburan.

Jun-kyuala🐨

Jeena-yaaa~
Mau jalan-jalan?

kemana?

Hm.. kemana ya..

oh iya!

Apa apa??

bunda lagi ga dirmh
trs persediaan makanan abis
anterin belanja mau?

Mau! sekarang kan?

emng gpp mlm mlm bgni?

Gapapa, aku otw ya!

.

"Eh? cepet banget mau otw."

Jeena merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya.

--belakangan ini gue jarang mikirin mashiho lagi, berarti gue udah move on? tapi ucapan mashiho selalu bikin gue gak bisa lupain dia. Salah kah gue kalo masih ngarepin kehadiran dia lagi?

Jeena mengacak rambutnya, Mashiho selalu bisa memporak-porandakan hatinya.

"Gue mau move on.." lirih gadis itu pelan.

•🐨•

Jeena mengunci rumahnya, lalu menghampiri Junkyu.

"Cepet banget datengnya."

"Pake kecepatan express, gimana? berapa rate pemesanan ojeknya?"

"Apasih Jun, lo bukan ojek."

Junkyu menyengir lalu memberikan helm pada Jeena. "Pakein dong~" canda Jeena.

Jantung Junkyu berdegub kencang, dengan gugup ia memasangkan helm pada Jeena.

"Eh? dipasangin beneran? padahal bercanda lho."

Jeena tertawa pelan, apalagi melihat wajah Junkyu yang sudah memerah padam. --astaga.. gemes banget.

"Ta-tadi kan kamu yang minta."

Sekarang hobi Jeena bertambah, selain menggambar dan membuat komik, ia mulai memiliki hobi menjahili Junkyu.

Wajah Junkyu itu suka sekali memerah seperti saat ini, dan itu terlihat menggemaskan di mata Jeena.

"Iya deh iya, yauda yuk berangkat."

Jeena naik ke atas motor Junkyu lalu berpegangan pada jaket laki-laki itu.

•🐨•

"Makasih banyak ya, lo gak mau mampir dulu?"

Junkyu menggeleng. "Nggak, kalo gitu aku pulang dulu ya, ini juga mau ujan."

"Iya hati-hati, jangan ngebut."

"Aku mau kamu masuk dulu ke rumah, baru aku pergi," ucap Junkyu dengan pipi yang mulai memerah, lagi.

Jeena terkekeh geli, Junkyu bersikap seperti seorang pacar saja.

"Iya, gue masuk."

Jeena melambaikan tangan lalu memasuki rumahnya. Bertepatan baru saja selangkah masuk, suara petir datang.

"BUNDA!!" teriak Jeena histeris lalu berjongkok.

Jeena takut dengan petir, apalagi malam-malam begini.

Tiba-tiba saja semua lampu padam, membuat Jeena semakin ketakutan. Dia juga takut mati lampu, karena jika mati lampu, ia takut jika ada hantu.

Junkyu menyalakan senter ponselnya lalu menghampiri Jeena.

"Je-jeena-yaa, kamu gapapa?" tanya Junkyu panik.

"Jun.. gue takut, ka-kalo ada hantu gimana? bunda lagi gak ada di rumah."

Junkyu bingung harus berbuat apa. Ia merangkul Jeena lalu membantu gadis itu berdiri.

"Ya-yauda sekarang ke dalem aja dulu, aku temenin sampe bunda kamu pulang."

Jeena mengangguk dalam kegelapan, ia mencengkram jaket Junkyu kuat.

Junkyu berada di depannya, sambil memegang ponsel yang menerangi jalan mereka.

"Duduk di sini, aku temenin kamu, jangan takut Jeena, aku di sini."

Hati Jeena menghangat, ia mendadak merasa aman saat Junkyu mengucapkan hal itu.

Mereka duduk berdua di sofa ruang tamu dengan tangan Jeena yang masih menggenggam jaket Junkyu.

Tak ada obrolan, mereka diam. Sampai tigapuluh menit kemudian, kepala Jeena jatuh tepat di pundak lebar Junkyu.

"Je-jeena?"

Junkyu menoleh, dan di saat itu juga ia melihat wajah damai Jeena. Gadis itu terlelap, membuat Junkyu mengulas senyum tipis.

--Selamat tidur, Jeena-ya~

Move on¡☆

A/n: Kurang uwu? kurang keknya ya?

[Sudah revisi]✔

Move OnWhere stories live. Discover now