Bertepatan dengan lilin terakhir yang menyala, pintu walk-in closet itu terbuka dengan lebar. Memperlihatkan Dareen yang sudah memakai baju super santai.

"Kau memakai baju santai? Memangnya kau tak kekantor?"

"Aku tidak kekantor hari ini. Tapi aku akan ada rapat ke pack tetangga nanti sore"

Alisha mengangguk paham. Dengan tangan yang sudah memegang kue ulang tahun, mata coklat itu menatap Dareen dengan tulus

"Make a wish, Dareen"

Pria itu menatap kelima lilin dalam diam sebelum mengucapkan permintaanya "Aku ingin mateku tidak terluka sampai aku menjemputnya untuk pulang kerumah kita" guman Dareen pelan sebelum meniup lilin-lilin tersebut

Alisha yang mendengar permintaan itu langsung terdiam ditempat, seakan bingung dengan kalimat yang diucapkan Dareen barusan. Ia bertanya-tanya, kenapa pria itu selalu mengatakan kepadanya untuk tidak terluka dan tetap hidup? Tapi untuk sekarang Alisha memilih untuk diam. Ia tak ingin menghancurkan suasana yang indah ini

"Maafkan aku tak bisa memberimu hadiah. Karena aku bingung harus membelikanmu apa" Ujar Alisha dengan wajah yang cemberut

"Kau sudah datang jauh-jauh kemari merupakan hadiah yang terindah untukku, Honey"

Alisha tersenyum dengan lebarnya "Kalau begitu, untuk sarapan, kau harus menghabiskan kue ini sampai tak tersisa"

"Kita yang akan menghabiskan kue ini" Koreksi Dareen

Dan pada akhirnya. Kedua sejoli tersebut seakan-akan tidak peduli dengan dunia luar. Mereka asik dengan dunia mereka sendiri. Apalagi Dareen yang tak pernah melepaskan tangan kekarnya itu dari pinggang Alisha. Seperti takut jika ia melepas tangannya, dan matenya akan pergi dari gengamanya

Dengan posisi sama-sama terduduk di atas kasur. Mereka berdua saling menyuapi potongan kue tersebut sedikit demi sedikit

"Dan potongan terakhir adalah untukmu, Honey. Sekarang buka mulut mu" Ujar Dareen dengan tangan memegang potongan kue yang kebanyakan berisi cream berwarna biru

Alisha tentu saja dengan senang hati membuka mulutnya, menerima suapan itu dengan penuh semangat. Karena memang potongan kue tersebut mempunyai cream yang lebih banyak. Mulut Alisha kini belepotan karena cream berwarna biru tersebut

Tangan mungil itu kemudian terangkat untuk membersihkan sisa cream di sekitar mulutnya. Tapi, tangan Alisha langsung terhenti di udara karena tiba-tiba saja Dareen memegang tangannya dengan pelan

Dan tanpa aba-aba, Dareen memajukan wajahnya, hingga kini hanya berjarak beberapa centi saja dari wajah Alisha. Mereka bahkan bisa merasakan hembusan nafas masing-masing

Merasa tak ada perlawanan dari matenya. Dareen pun langsung menjilat sisa cream dari sudut bibir matenya lalu mencium bibir itu dengan lembut. Tubuh kekar itu kemudian mendorong pelan tubuh Alisha agar tertidur di kasur tanpa melepas pangutan mereka

Ciuman itu semakim intens ketika matenya membalas pangutan bibirnya. Dengan tangan yang menopang tubuhnya agar tidak menindih tubuh Alisha. Dareen dengan pelan mengigit bibir bagian bawah Alisha agar lidahnya dapat bermain-main didalam sana lebih leluasa

Tok tok tok tok

Pangutan keduanya terhenti seketika. Dareen dan Alisha sama-sama melirik ke arah pintu yang entah kenapa kembali sunyi

Tanpa peduli dengan suara ketukan tadi. Dareen kemudian beranjak dari atas tubuh matenya, lalu bergulir kearah samping. Ketika baru saja ingin memeluk tubuh Alisha. Suara ketukan kembali terdengar. Kali ini disertai dengan suara yang memangil dirinya.

QUEEN FOR ALPHA Where stories live. Discover now