Part 3 : With Mommy-to-be

11.8K 1.3K 75
                                    

DISELA keramaian kota, nampak tiga lelaki berbeda umur sedang melangkah beriringan di trotoar jalan. Dua diantara mereka masing-masing membawa kantung belanjaan berwarna putih dengan rasa canggung.

Dan selama perjalanan menuju rumah, ketiganya hanya dilanda oleh hening tanpa obrolan.

Tak tahan dengan keheningan tersebut, lantas remaja berstatus anak sulung, membuka suara.

"Apa ssaem selalu berbelanja sendiri bila bahan dapur sudah menipis?"

Hanya anggukan yang diberikan oleh Lee Taeyong atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Mark barusan. Lelaki cantik itu sibuk menikmati semilir angin yang menerpa wajah karena rasanya begitu menenangkan untuknya.

Meski jalanan cukup ramai kendaraan, namun polusi tak mampu mengotori udara karena pepohonan yang rindang dan hijau.

Ah, ia tak salah memilih kawasan ini.

Mark menatap Jeno yang juga menatapnya. Diotak keduanya masing-masing memikirkan pertanyaan agar tercipta obrolan diantara mereka dan sang guru.

Ayolah, Rumah Lee Taeyong itu masih berada dihujung sana, tak mungkin mereka menghabiskan waktu jalan kaki yang santai ini tanpa obrolan!

Jeno berdehem. Menelan ludah untuk tak gugup. "Ssaem, anda menginginkan calon bayi anda berjenis kelamin laki-laki atau perempuan?" tanyanya sedikit berhati-hati.

Satu-satunya lelaki yang mengandung diantara ketiganya sontak mendongak dan menatap secara bergantian dua lelaki yang lebih muda.

"Hm, jenis kelamin, ya?" Taeyong tersenyum kecil, kembali memandang lurus kedepan. "Aku ingin anak laki-laki,"

"Ohh tapi–"

"Tapi kalau Tuhan memberikan anak perempuan, ya tidak masalah. Aku tetap menerima karena dia anugerah besar yang aku nanti selama 10 bulan." lanjut Taeyong memotong ucapan Jeno. Senyum masih merekah diwajah cantiknya.

Ia merasa senang bila membahas tentang calon bayinya. Bahkan tadi saat mereka masih dikawasan Rumah Sakit, ia menceritakan tentang kandungannya pada dua remaja itu dengan raut binar.

Taeyong sungguh sudah tak sabar melihat bayinya lahir didunia ini. Tapi ia harus bersabar, masih ada 8 bulan untuk dilalui.

Untuk beberapa saat, Mark dan Jeno terpana melihat senyum kecil yang menghiasi wajah cantik sang Guru. Tanpa sadar pula, sudut bibir keduanya terangkat membentuk senyum tipis.

"Cantik sekali calon Mommy ku."

Bila batin tersebut terlisankan, mungkin kedua putra Jung Jaehyun akan langsung bersitatap karena mengcapkan itu secara bersamaan.

"Semoga saja bayi anda nanti lahir dengan selamat dan berjenis kelamin laki-laki sesuai harapan anda, ssaem." ujar Mark.

Taeyong mengangguk kecil. "Terima kasih," balasnya. "Oh iya, bisakah kalian berdua jangan terlalu formal? Jangan panggil aku ssaem juga karna kita tidak sedang di wilayah sekolah sekarang."

Kedua remaja ditempat itu tersedak air liur sendiri. Lagi-lagi suara lembut Taeyong membuat darah mereka berdesir. Degup jantung bahkan kembali berlomba.

Mark berdehem pelan. "B-bisa, t-tapi kami harus m-memanggil ssaem dengan p-panggilan apa?"

Oh, holy shit! Bagaimana bisa Mark jadi segugup itu?! Jeno yang mendengarnya hanya bisa menunduk malu.

"Santai saja, Mark. Jangan terlalu gugup." Taeyong terkekeh. Kenapa anak ini terlalu gugup, huh?

Mark hanya mengangguk malu menanggapi.

Win A Mother《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang