prolog

172K 1.4K 16
                                    

Harap bijak memilih bacaan ya ges ❗❗❗

***Happy reading***

¶¶¶¶

Dua orang anak kecil yang berbeda umur itu sedang berdebat kecil.

"Pokoknya aku gak mau nanti besar nikah sama kamu, kamu kan tepos", ujar anak lelaki berumur 10 tahun itu, yang memiliki rambut coklat khasnya.

"ISH, AYAN", teriak sang bocah perempuan berumur 6 tahun, dengan melengking.

Mata yang berbinar polos itu berkaca-kaca.

"Emangnya tepos itu apa?", Tanya nya pada bocah laki-laki itu yang diketahui namanya Ayan.

Ayan menyerngitkan keningnya pertanda bingung juga, "gak tau, tapi kata Papa, kalau cari cewek itu jangan yang tepos, biar enak kalau ena-ena". Ujarnya dengan tatapan datar biasa miliknya.

Papanya Ayan ternyata penganut sekte sesat.

Bocah perempuan yang bernama Olivia itu mengerutkan keningnya lalu berucap, "emangnya ena-ena itu apa, Ayan?", Ujarnya menatap polos mata hijau Ayan.

Ayan berdecak, "ck, ena-ena itu proses pembuatan bayi, Oliv".

Percayalah bocah-bocah itu sekarang berada di taman yang ramai.

Para orang tua mereka sama-sama sibuk dengan percakapan mereka disekitar taman, sedangkan kedua bocah itu sedang berayun. Tidak, lebih tepatnya Oliv sedang duduk di ayunan dan Ayan yang sedang mendorong Oliv dari depan.

Orang dewasa yang juga sedang berada disekitar taman itu terkekeh mendengar penuturan kedua bocah tersebut.

"Ohhhh", gumam Oliv pelan.

"Ayan, kalau gitu supaya nggak tepos itu gimana?", Lanjutnya bertanya pada Ayan yang sedang membenarkan rambutnya yang berterbangan.

"Kata papa, harus sering grepe-grepe", ujar Ayan datar seperti biasa.

Ayan, kamu dikasih makan apasi sama ortu kamu???.

"Ihs, Oliv nggak ngerti. Bahasa Ayan terlalu sulit dimengerti sama otak Oliv", dia memegang kepalanya, yang tiba-tiba berdenyut nyeri mendengar penuturan bocah tampan didepannya.

"Makanya cepet-cepet dewasa", Ayan mengusap pelan pipi tembam milik Olivia, dan berlalu pergi menemui kedua orang tuanya yang tengah memanggilnya.

Benar, kedua orang tua bocah-bocah itu bersahabat.

Begitupula anak-anak mereka.
Ayan dan Oliv juga sudah dekat sejak bayi.

Oliv yang selalu menatap kagum pada sosok Ayan yang terlihat begitu tampan, padahal baru umur segitu.

Dan Ayan yang selalu menatap datar Oliv, menurutnya Oliv itu terlalu berisik, dan juga jangan lupakan, Oliv itu tepos, kecuali pipinya yang terlalu besar dan kelebihan daging. Papanya kan menyuruhnya untuk mencari perempuan yang nggak tepos.

¶¶¶

"AYAN", suara bocah perempuan itu melengking di setiap sudut ruangan rumahnya.

Ayan sedang dititipkan ortunya kerumah Olivia.

Sedangkan bocah laki-laki itu sedang menatap kucing peliharaan yang sedang berada dipangkuan dengan gemas.

"Avio", gemasnya menguyel-nguyel pipi tembam sang kucing Persia. Kucing itu hadiah dari Mamanya, kucing yang memiliki badan gempal dengan bulu putih-abu lebat itu diberi nama Avio, diambil dari namanya ArAV arsenIO.

"AYAN", teriakan melengking kembali terdengar.

Bahkan, Avio sampai ingin kabur mendengarnya, untungnya Ayan memegang erat badan mungil itu.

"Dicariin dari tadi, ternyata disini. Dipanggil juga nggak nyahut-nyahut", ucap Oliv keras ditelinga Ayan. Namun, tidak semelengking tadi.

Tapi, cukup membuat Ayan merasa tuli.

Ayan tetap memandang kucing yang baru berumur 8 bulan itu, tangannya  tidak pernah lepas dari mengusap bulu lembut itu.

Merasa terabaikan, Oliv cemberut. Namun, hanya sesaat, perhatiannya teralihkan kepada hewan yang berada dipangkuan Ayan.

Matanya berbinar senang, dengan segera mengambil duduk disamping Ayan yang sedang bersantai ria diruang tamu rumahnya.

Dengan tidak berdosanya, Oliv langsung memindahkan kucing Persia itu kepangkuannya, dan mengelus pelan bulu lembut itu.

Tapi, itu hanya sesaat, sebelum kegemasan Oliv naik level, dan menjadikan Avio seperti boneka.

Memeluknya erat, Avio hanya bisa menatap melas pada Ayan. Tertekan sekali dia.

"Meaoww..."

Dan

"Huaaaaaa....Bundaaaaaaaa".

Oliv berlari sambil menangis histeris, setelah melempar Avio kearah Ayan, yang untungnya dapat Ayan sambut dengan tepat.

"Hiksss, kucingnya Ayan jahat, Ayah". Adunya pada sosok laki-laki yang masih terlihat muda itu.

Mata, hidung dan pipinya memerah karena menangis. Dengan tangan yang disodorkan kearah Ayahnya.

"Kenapa, hm?", Tanya Sang Ayah, yang bernama Cadent.

Blasteran turki nih boss, senggol dong.

Olivia kembali menyodorkan tangannya yang terdapat cakaran kucing yang lumayan panjang juga berdaraaahhh.

Tidakkk,,, Oliv sangat takut anggota badannya mengeluarkan darah.

Kembali menangis histeris, Cadent malah terkekeh, anaknya ini ada saja.

Tak lama dari itu, datang lah Ayan dengan membawa kucing di gendongannya. Menatap Oliv dengan tatapan datar khasnya.

"Ayan, lihat tangan aku berdarah", Adunya dengan mata yang masih berair pada Ayan, yang hanya ditanggapi dengan gumaman tidak jelas oleh Ayan.

"Ayah", rengeknya keras, sembari mengangkat kedua tangannya. Meminta digendong.

Cadent gemas, dengan segera menggendong Oliv.

"Ayo, kerumah sakit", bukan perkataan dari Cadent. Melainkan dari Ayan yang mendongak menatap kasihan pada Oliv.

¶¶¶

Itu aja dulu untuk prolog nya gimana?

Masih stay here? Or go away?.

Next dong?.

743 worlds
9, Maret 2023

Discipline Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang