• Mereka Bertemu •

Start from the beginning
                                        

Dia tersenyum melihat banyaknya penggemar yang datang untuk menonton mereka. Dia akan menampilkan yang terbaik, terlepas dari sosok Juli yang terus saja berusaha berbicara dengannya. Seperti saat ini, ketika kamera berpindah darinya dan mengarah pada anggota grupnya yang lain, Juli sontak menghampirinya.

"Sangat ramai di luar sana. Banyak sekali yang memanggil namamu," ucap si perempuan.

Jeka memutar bola matanya dengan malas. Dia tidak ingin menanggapi ucapan Juli, sungguh. Dan biarkan dia sendiri. Apa Juli tidak lelah? Bukan kah sudah dia katakan berulang kali, jika dia tidak tertarik?

Jeka berjalan meninggalkan Juli, melewati anggota grup lain yang sebenarnya juga tau apa yang tengah terjadi di antara Jeka dan Juli. Sudah menjadi rahasia umum di antara para idola tentang status sebenarnya antar Jeka dan Juli, bahkan bukan hanya mereka yang menjadi korban pasangan imajinasi penggemar dan pengaturan agensi, melainkan ada pula beberapa idola lain yang seperti itu. Tapi, ada beberapa yang menikmati, dan ada juga yang risih seperti Jeka.

"Jeka, apa sulit bagimu menerima ini?" tanya Juli berusaha menarik tangan Jeka agar mau berbicara dengannya.

Dengan cepat Jeka menarik kembali tangannya dari genggaman Juli. "Sulit bagiku. Dan kau menikmatinya. Apa kau tidak tau aku benci situasi seperti ini? Jangan mencoba mengajakku berbicara."

"Aku sudah tau tentang kekasihmu," ucap Juli dan membuat langkah Jeka sontak saja enggan untuk beranjak.

Jeka menoleh dengan pandangan sedikit terkejut. Maniknya bertanya apa yang dimaksud Juli.

"Kekasihmu seorang bekas trainee. Dia seharusnya debut dengan grup baru itu, tapi dia gagal, bukan begitu." Juli bertutur, tidak menyadari geram yang mulai menjalar dalam diri Jeka. "Dan dia kembali ke negara asalnya. Ayo lah, Jeka, bahkan agensinya tidak tau dia di mana. Dan hubungan kalian seharusnya sudah berak—"

Ucapan Juli terputus saat tangan Jeka menarik kasar lengannya. Tatapan Jeka sarat akan rasa kesal. Perempuan itu kaget bukan main. Jarak mereka cukup dekat, seperti yang Juli inginkan selama ini, tapi tidak, situasi sekarang bukan lah yang benar-benar dia inginkan. Jeka ketika marah, dia tampak lebih menyeramkan.

"Siapa yang memberitahumu?" tanya Jeka cepat dan penuh penekanan.

"Jek—"

"Katakan siapa yang memberitahumu tentang dia?"

"A–Aku ..."

"Apa saja yang kau ketahui tentang aku dan dia?"

"J—Jeka, aku tidak ..."

"Katakan!" Suara Jeka membesar.

Jangan berpikir bahwa keberadaan keduanya tidak ada yang melihat, sebab di tempat itu tidak lah sepi. Ada banyak idola di sana dan banyak staff, tapi seakan semua hanya menjadi penonton sejenak sebelum manajer grup menarik Jeka saat suara pemuda itu meninggi pada Juli. Memisahkannya dari gadis itu dan membawa Jeka pada sekat ruangan yang diberikan khusus untuk mereka.

"Apa kau sudah gila, Jeka?" Manajer pria dewasa itu bertanya dengan tegas. "Kau bisa hancur karena berperilaku sinting seperti itu padanya!"

"Katakan padanya untuk tidak ikut campur dengan urusan orang lain." Ini adalah ucapan Jeka untuk Jeffrey yang berada tepat di sampingnya untuk dia katakan pada sang manajer.

Jeffrey memandang bingung, dan cukup heran mengapa Jeka tidak mengatakan sendiri langsung pada manajer mereka.

"Jeka, kendalikan dirimu. Juli itu adalah seniormu pada industri ini. Perilakumu tadi sangat tidak sopan. Kau bisa memperburuk reputasimu di depan banyak orang." Sang manajer masih terus berbicara, dan Jeka hanya bisa bungkam sembari mendecih. "Setelah ini kau harus minta maaf."

ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋWhere stories live. Discover now